---------- Forwarded message ---------- From: Kurnia Setyaningsih <[EMAIL PROTECTED]> Date: Wed, Jun 25, 2008 at 9:14 AM Subject: [kota-bogor] Crossposting : Pelayanan Klinik Permata Bunda Nuraida Bogor To: [EMAIL PROTECTED]
Bekasi, 23 Juni 2008 Kepada Yth, Manajemen Klinik Permata Bunda Nuraida Jl. Bangbarung Raya Bogor Perihal : Surat Terbuka kepada Klinik PBN mengenai Pelayanan Ibu dan Bayi Tembusan : 1. Redaksi Surat Pembaca Harian Kompas 2. Milis SEHAT ([EMAIL PROTECTED] <sehat%40yahoogroups.com>) dikelola oleh YOP (Yayasan Orangtua Peduli) 3. Milis Asiforbaby ([EMAIL PROTECTED]<asiforbaby%40yahoogroups.com>) dikelola oleh AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia) 4. Blog Pribadi : http://kurniarachman.multiply.com/ Dengan hormat, Bersama ini kami menyampaikan beberapa kritik dan saran kepada Pihak Manajemen Klinik Permata Bunda Nuraida (PBN) mengenai penanganan Ibu dan Bayi di klinik PBN. Semoga kritik dan saran ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan agar Klinik PBN dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada konsumennya. Pada tanggal 18 Juni 2008 kurang lebih pukul 20.50, adik saya (an. Hani Fitriyani) melahirkan putri pertamanya di Klinik PBN melalui Operasi Caesar (SC). Operasi dilakukan di RS. Salak karena Klinik tidak memiliki peralatan yang memadai untuk melakukan operasi. Saya meminta kepada Suami ybs agar bayinya segera diberikan imunisasi Hep-B at birth berdasarkan Jadwal Imunisasi IDAI (Lampiran 1) karena Indonesia merupakan negara endemi Hepatitis B. Syukurlah Perawat yang bersangkutan bersedia memberikan imunisasi Hep B tersebut di Klinik PBN. Perawat sempat meminta persetujuan agar bayi diberikan antibiotik selama 3 hari dengan pertimbangan ketuban ibu sudah pecah selama lebih dari 17 jam sehingga diperlukan pemberian AB untuk mencegah infeksi pada bayi. Menurut Newborn Clinical Guide (Lampiran 2), antibiotik diberikan bila sudah dapat dipastikan terjadi infeksi (misalnya sepsis) pada bayi. Antibiotik tidak dapat diberikan hanya untuk mencegah infeksi, terlebih lagi diberikan selama 3 hari berturut-turut. Sehingga tindakan yang akan diberikan tidak sesuai dengan guideline yang ada. Selanjutnya pula, ayah bayi (berdasarkan bimbingan saya) meminta agar bayi tidak diberikan cairan apapun selain ASI (ASI Eksklusif). Namun ternyata, hingga hari berikutnya (19 Juni 2008 pukul 07.45) bayi belum dipertemukan dengan ibu untuk belajar menyusui. Menurut La Leche League International (Lampiran 3) dan Artikel Preventative Management Guidelines dari http://newborns.stanford.edu/Breastfeeding/PMGs.html (Lampiran 4) bayi seharusnya segera dipertemukan dengan ibu untuk melakukan Inisiasi Menyusui Dini. Namun hal ini tidak dilakukan oleh tenaga medis yang ada (Dokter, perawat ataupun tenaga medis lainnya). Setelah itu, pihak PBN memberikan susu formula tanpa persetujuan kepada orang tua terlebih dahulu. Orang tua bayi diminta untuk membayar biaya botol bayi (merk Pigeon) sebagai media pemberian susu formula. Pemberian susu formula kepada bayi, terutama tanpa persetujuan orang tua, telah melanggar kode etik penjualan susu fomula internasional (Lampiran 5 dan Lampiran 6). Sebagai seorang tenaga medis, selayaknya dokter dan perawat yang bertugas memberikan pendampingan agar ibu mampu memberikan ASI kepada bayi, melalui pendampingan, pengarahan, mengajari massage payudara dan memerah ASI, serta tidak memberikan susu formula kepada bayi. Informasi yang saya peroleh dari ayah bayi pula, salah seorang perawat yang bertugas menyampaikan bahwa Klinik tidak akan bertanggung jawab bila terjadi apa-apa kepada bayi karena tidak diberikan cairan apapun. Sedangkan, berdasarkan La Leche League International (Lampiran 7) dan Risk of Formula Feeding (Lampiran 8), bayi tidak memerlukan cairan apapun (cairan glukosa, air putih ataupun susu formula) dan mampu bertahan selama 2 hari tanpa asupan apapun. Ukuran lambung bayipun tergolong kecil sehingga tidak memerlukan ASI dalam jumlah yang banyak. Selain itu, pemberian susu formula bukan merupakan jalan keluar yang baik dan akan memberikan efek samping yang lebih buruk kepada bayi. Saat hal ini saya sampaikan pada seoran perawat yang bertugas di sana, perawat justru menyampaikan hal yang tidak sopan dan mengatakan bahwa ASI tidak cukup. Tidak ada istilah ASI tidak cukup. Teguran cukup keras saya sampaikan kepada yang bersangkutan bahwa sebagai tenaga medis selayaknya menyampaikan informasi yang benar dan tepat, bukan informasi yang menyesatkan dan menakut-nakuti yang selama ini diperoleh adik saya selama dirawat disana. Hal ini pun tidak sesuai dengan informasi dalam CDC dan Kidshealth bahwa selayaknya tenaga medis memberikan dukungan kepada ibu untuk memberikan ASI dan tidak menawarkan susu formula sebagai solusi (Lampiran 9). Setiba di rumah, saya meminta botol dan susu formula untuk dibuang dan disingkirkan dan meminta agar bayi disusui secara langsung. Kesulitan dihadapi karena ternyata ibu dan bayi tidak diberikan cukup waktu dan bimbingan agar mampu menyusui dengan baik. Syukurlah setelah diberikan dukungan dan bimbingan yang cukup di rumah, adik saya mampu menyusui dengan baik dan bayinya cukup puas, tanpa susu formula sedikitpun. Saran bagi Manajemen Klinik Permata Bunda Nuraida : 1. Memberikan pendidikan yang cukup dan memadai pada seluruh tenaga medis yang bertugas. Berikan ilmu dan pendidikan yang benar dan tepat agar hak-hak ibu dan bayi tidak disandera oleh tidak berpihaknya aturan yang dibuat oleh manajemen Klinik 2. Memberlakukan Inisiasi Menyusui Dini bagi seluruh ibu dan bayi yang baru dilahirkan. Berdasarkan data WHO, IMD akan menurunkan angka kematian bayi dan mempermudah pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan. 3. Memberikan pendampingan dan bimbingan kepada ibu selama dirawat melalui mengajari cara menyusui, cara melakukan massage payudara dan perawatan bayi. 4. Melakukan rooming-in bagi ibu dan bayi (saat ini masih dilakukan pemisahan bagi ibu dan bayi) untuk mempererat hubungan ibu dan bayi dan meminimalkan pemberian susu formula tanpa persetujuan orang tua. 5. Menghindari pemberian susu formula kepada bayi, terutama tanpa persetujuan orang tua. 6. Meningkatkan pelayanan secara terus menerus mengingat klinik ini memiliki cukup banyak konsumen yang datang. Demikian kritik dan saran yang saya sampaikan. Mudah-mudahan ke depannya Klinik PBN dapat memperbaiki manajemen dan pelayanan yang diberikan agar dunia kesehatan di Indonesia akan menjadi lebih baik. Hormat saya, Kurnia Setyaningsih Kamojing Barat RT 11 / 05 Desa Kamojing – Cikampek 41373 HP : 08128****** _