Hi mbak Ika, Untuk saya, kalau kategorinya masih batuk dan pilek ringan, bukan demam or demam tinggi yang buat baby sangat tidak nyaman dan bukan setelah ngalamin beberapa treatment medis /obat sebelumnya (untuk yang ini memang perlu dikonsultasikan dulu dengan dokternya), anak masih bisa dijadwalkan imunisasi.
Untuk kasusnya mbak Tira, dengan batuk pilek karena alergi yang dialamin si kecil. Mengingat batuk pilek (kalau memang karena alergi) termasuk yang akan sering dialamin si kecil (kecuali kalau mulai ketemu jenis alergennya dan sebisa mungkin dihindari), dan resiko menunda terus jadwal imunisasi bisa saja kejadian.... Mungkin untuk yang ini bisa dikonsultasikan dengan DSA-nya. Mungkin cara lebih OK adalah jangan sampai melewatkan jadwal imunisasi anak (yang untuk usia < 1 tahun, cukup banyak jumlahnya). Siapa yang tahu, karena kita tunda sebentar, eh... dia sakit dan perlu waktu lebih lama untuk recover (karena 'ping-pong' tertular dengan orang rumah/lingkungan), akhirnya waktu tunda jadi lebih lama dan terlewatkan ... Saya coba posting salah satu info dari _Kompas_ yang memuat salah satu keterangan dari _Dr.Soedjatmiko, SpA(K), MSi_ Ketua Divisi Tumbuh Kembang Pediatrik Sosial, FKUI, RSCM tentang kondisi fit anak vs imunisasi. Semoga jadi tambahan info :) cheers, Sylvia - mum to Jovan, Rena & Aleta --- http://202.146.5.33/ver1/Kesehatan/0702/16/152102.htm *Benarkah Imunisasi Justru Membuat Anak Sakit? * *Imunisasi bukanlah hal baru dalam dunia kesehatan di Indonesia, namun tetap saja sampai kini banyak orangtua yang masih ragu-ragu dalam memutuskan apakah anaknya akan diimunisasi atau tidak. * Kebingungan tersebut sebenarnya cukup beralasan, banyak selentingan dan mitos yang kontroversial beredar, mulai dari alergi, autis, hingga kejang-kejang akibat diimunisasi. Namun, jika para orangtua mengetahui informasi penting sebelum imunisasi, sebenarnya risiko-risiko tersebut bisa dihindari. Apa saja yang perlu diketahui orangtua? Banyaknya penyakit baru yang menular dan mematikan serta penyakit infeksi masih menjadi masalah di Indonesia. Selain gaya hidup sehat dan menjaga kebersihan, imunisasi merupakan cara untuk melindungi anak-anak dari bahaya penyakit menular. Hal tersebut diungkapkan oleh Dr.Soedjatmiko, SpA(K), MSi, Ketua Divisi Tumbuh Kembang Pediatrik Sosial, FKUI, RSCM. "Vaksinasi akan meningkatkan kekebalan tubuh dan mencegah tertularnya penyakit tertentu,"katanya. Di Indonesia, ada lima jenis imunisasi yang wajib diberikan pada anak-anak, yakni BCG, polio, campak, DTP, dan hepatitis B. Menurut badan kesehatan dunia (WHO), kelima jenis vaksin tersebut diwajibkan karena dampak dari penyakit tersebut bisa menimbulkan kematian dan kecacatan. Selain yang diwajibkan, ada pula jenis vaksin yang dianjurkan, misalnya Hib, Pneumokokus (PCV), Influenza, MMR, Tifoid, Hepatitis A, dan Varisela. *Harus Fit* Sebelum anak diimunisasi, ada beberapa kondisi yang membuat imunisasi sebaiknya ditunda, yakni saat anak sedang panas tinggi, sedang minum prednison dosis tinggi, sedang mendapat obat steroid, dalam jangka waktu 3 bulan terakhir baru mendapat transfusi darah atau suntikan imunoglobulin. Intinya si kecil harus dalam kondisi sehat sebelum diimunisasi agar antibodinya bekerja. Imunisasi adalah pemberian virus, bakteri, atau bagian dari bakteri ke dalam tubuh untuk membentuk antibodi (kekebalan). Jika anak sakit dimasuki kuman atau virus lain dalam vaksin, maka kerja tubuh menjadi berat dan kekebalannya tidak tinggi. "Kalau hanya batuk pilek sedikit atau diare sedikit tidak apa-apa diberi imunisasi, tapi jika bayi sangat rewel sebaiknya ditunda satu-dua minggu,"papar Seodjatmiko. Soedjatmiko menyarankan agar orangtua memberitahukan pada dokter atau petugas imunisasi jika vaksin terdahulu memiliki efek samping, misalnya bengkak, panas tinggi atau kejang. *Sesudah imunisasi* Menurut Seodjatmiko, setiap vaksin memiliki reaksi berbeda-beda, tergantung pada penyimpanan vaksin dan sensitivitas tiap anak. Berikut reaksi yang mungkin timbul setelah anak diimunisasi dan bagaimana solusinya. *BCG* Setelah 4-6 minggu di tempat bekas suntikan akan timbul bisul kecil yang akan pecah, bentuknya seperti koreng. Reaksi ini merupakan normal. Namun jika koreng membesar dan timbul kelenjar pada ketiak atau lipatan paha, sebaiknya anak segera dibawa kembali ke dokter. Untuk mengatasi pembengkakan, kompres bekas suntikan dengan cairan antiseptik. *DPT* Reaksi lokal yang mungkin timbul adalah rasa nyeri, merah dan bengkak selama satu-dua hari di bekas suntikan. Untuk mengatasinya beri kompres hangat. Sedangkan reaksi umumnya antara lain demam dan agak rewel. Berikan si kecil obat penurun panas dan banyak minum ASI. Kini sudah ada vaksin DPT yang tidak menimbulkan reaksi apapun, baik lokal maupun umum, yakni vaksin DtaP (*diphtheria, tetanus, acellullar pertussis*), sayangnya hariga vaksin ini jauh lebih mahal dari vaksin DPT. *Campak* 5-12 hari setelah anak mendapat imunisasi campak, biasanya anak akan demam dan timbul bintik merah halus di kulit. Para ibu tidak perlu mengkhawatirkan reaksi ini karena ini sangat normal dan akan hilang dengan sendirinya. *MMR* (*Mumps, Morbilli, Rubella*) Reaksi dari vaksin ini biasanya baru muncul tiga minggu kemudian, berupa bengkak di kelenjar belakang telinga. Untuk mengatasinya, berikan anak obat penghilang nyeri. Orangtua yang membawa anaknya untuk diimunisasi dianjurkan untuk tidak langsung pulang, melainkan menunggu selama 15 menit setelah anak diimunisasi, sehingga jika timbul suatu reaksi bisa langsung ditangani. Bagaimana jika orangtua lupa pada jadwal vaksinasi anak? Menurut Soedjatmiko hal itu tidak menjadi masalah dan tidak perlu mengulang vaksin dari awal. "Tidak ada itu istilah hangus. Sel-sel memori dalam tubuh mampu mengingat dan akan merangsang kekebalan bila diberikan imunisasi berikutnya," katanya. Untuk mengejar ketinggalan, dokter biasanya akan memberi vaksin kombinasi. Meskipun seorang anak sudah mendapatkan imunisasi secara lengkap, bukan berarti ia tidak akan tertular penyakit, namun penyakitnya lebih ringan dan tidak terlalu berbahaya. "Dampak dari penyakitnya lebih ringan, kemungkinan meninggal, cacat dan lumpuh juga bisa dihindari,"kata dokter yang juga menjadi Satgas Imunisasi PP IDAI ini. Pilihan memang ada di tangan orangtua, tetapi bagaimanapun tugas orangtua adalah untuk melindungi anaknya, dan imunisasi adalah cara yang penting untuk mencegah si kecil dari serangan penyakit. Bukankah mencegah lebih baik dari mengobati? *Penulis*: An --- 2008/10/23 Ika Ariyani <[EMAIL PROTECTED]> > mbak Lif, kalo imunisasi pas lagi batpil kata DSA saya imunisasinya nggak > jadi > jadi percuma kalo tetep imunisasi. > apa bener gitu .. > > <deleted> >