Tiap baca cerita ini pasti deh nangis, ingat ma daffa, yg udah jarang
bgt aku mandiin, secara semuanya serba tinggal nyuruh mbaknya hiksss...



-----Original Message-----
From: Lenny Sari [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, December 05, 2008 8:48 AM
To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: [balita-anda] FW: Mandikan Aku Bunda


 Renungan bagi kita yang disibukkan dengan karir....... .
>
> Subject: MANDIKAN AKU BUNDA {01}
>
>
>>
>>>>Topik: MANDIKAN AKU BUNDA
>>>>
>>>>
>>>>
>>>>
>>>>*Mandikan Aku Bunda*
>>>>
>>>>Di bawah ini adalah salah satu contoh tragis.
>>>>
>>>>Sering kali orang tidak mensyukuri apa yang diMILIKInya sampai
akhirnya
>>>>.....
>>>>
>>>>Rani, sebut saja begitu namanya. Kawan kuliah ini berotak cemerlang
dan
>>>>memiliki idealisme tinggi. Sejak masuk kampus, sikap dan konsep
dirinya
>>>>sudah
>>>>jelas: meraih yang terbaik, di bidang akademis maupun profesi yang
akan
>>>>digelutinya. ''Why not the best,'' katanya selalu, mengutip seorang
>>>>mantan presiden
>>>>Amerika.
>>>>
>>>>Ketika Universitas mengirim mahasiswa untuk studi Hukum
Internasional di
>>>>Universiteit Utrecht, Belanda, Rani termasuk salah satunya. Saya
lebih
>>>>memilih menuntaskan pendidikan kedokteran.
>>>>
>>>>Berikutnya, Rani mendapat pendamping yang ''selevel''; sama-sama
>>>>berprestasi, meski berbeda profesi.
>>>>
>>>>Alifya, buah cinta mereka, lahir ketika Rani diangkat sebagai staf
>>>>diplomat,
>>>>bertepatan dengan tuntasnya suami dia meraih PhD. Lengkaplah
kebahagiaan
>>>>mereka. Konon, nama putera mereka itu diambil dari huruf pertama
>>>>hijaiyah
>>>>''alif'' dan huruf terakhir ''ya'', jadilah nama yang enak didengar:
>>>>Alifya.
>>>>Saya tak sempat mengira, apa mereka bermaksud menjadikannya sebagai
anak
>>>>yang pertama dan terakhir.
>>>>
>>>>Ketika Alif, panggilan puteranya itu, berusia 6 bulan, kesibukan
Rani
>>>>semakin menggila. Bak garuda, nyaris tiap hari ia terbang dari satu
kota
>>>>ke
>>>>kota lain, dan dari satu negara ke negara lain.
>>>>
>>>>Setulusnya saya pernah bertanya, ''Tidakkah si Alif terlalu kecil
untuk
>>>>ditinggal-tinggal? '' Dengan sigap Rani menjawab, ''Oh, saya sudah
>>>>mengantisipasi segala sesuatunya. Everything is OK!'' Ucapannya itu
>>>>betul-betul
>>>>ia buktikan. Perawatan dan perhatian anaknya, ditangani secara
>>>>profesional
>>>>oleh baby sitter mahal. Rani tinggal mengontrol jadual Alif lewat
>>>>telepon.
>>>>Alif tumbuh menjadi anak yang tampak lincah, cerdas dan gampang
>>>>mengerti.
>>>>
>>>>Kakek-neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata
wayang
>>>>itu,
>>>>tentang kehebatan ibu-bapaknya. Tentang gelar dan nama besar,
tentang
>>>>naik
>>>>pesawat terbang, dan uang yang banyak.
>>>>
>>>>''Contohlah ayah-bunda Alif, kalau Alif besar nanti.'' Begitu selalu
>>>>nenek
>>>>Alif, ibunya Rani, berpesan di akhir dongeng menjelang tidurnya.
>>>>
>>>>Ketika Alif berusia 3 tahun, Rani bercerita kalau dia minta adik.
>>>>Terkejut
>>>>dengan permintaan tak terduga itu, Rani dan suaminya kembali menagih
>>>>pengertian anaknya. Kesibukan mereka belum memungkinkan untuk
>>>>menghadirkan
>>>>seorang adik buat Alif. Lagi-lagi bocah kecil ini ''memahami'' orang
>>>>tuanya.
>>>>Buktinya, kata Rani, ia tak lagi merengek minta adik. Alif,
tampaknya
>>>>mewarisi
>>>>karakter ibunya yang bukan perengek. Meski kedua orangtuanya kerap
>>>>pulang
>>>>larut, ia jarang sekali ngambek.
>>>>
>>>>Bahkan, tutur Rani, Alif selalu menyambut kedatangannya dengan penuh
>>>>ceria.
>>>>Maka, Rani menyapanya ''malaikat kecilku''.
>>>>
>>>>Sungguh keluarga yang bahagia, pikir saya. Meski kedua orangtuanya
super
>>>>sibuk, Alif tetap tumbuh penuh cinta. Diam-diam, saya iri pada
keluarga
>>>>ini.
>>>>
>>>>Suatu hari, menjelang Rani berangkat ke kantor, entah mengapa Alif
>>>>menolak
>>>>dimandikan baby sitter. ''Alif ingin Bunda mandikan,'' ujarnya penuh
>>>>harap.
>>>>Karuan saja Rani, yang detik ke detik waktunya sangat
diperhitungkan,
>>>>gusar.
>>>>Ia menampik permintaan Alif sambil tetap gesit berdandan dan
>>>>mempersiapkan keperluan
>>>>kantornya. Suaminya pun turut membujuk Alif agar mau mandi dengan
Tante
>>>>Mien, baby sitter-nya. Lagi-lagi, Alif dengan pengertian menurut,
>>>>meski wajahnya
>>>>cemberut.
>>>>
>>>>Peristiwa ini berulang sampai hampir sepekan. ''Bunda, mandikan
aku!''
>>>>kian
>>>>lama suara Alif penuh tekanan. Toh, Rani dan suaminya berpikir,
mungkin
>>>>itu
>>>>karena Alif sedang dalam masa pra-sekolah, jadinya agak lebih minta
>>>>perhatian. Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya Alif bisa ditinggal juga.
>>>>
>>>>Sampai suatu sore, saya dikejutkan telponnya Mien, sang baby sitter.
>>>>''Bu
>>>>dokter, Alif demam dan kejang-kejang. Sekarang di Emergency.''
>>>>Setengah terbang,
>>>>saya ngebut ke UGD. But it was too late. Allah sudah punya rencana
lain.
>>>>Alif, si malaikat kecil, keburu dipanggil pulang oleh-Nya.
>>>>
>>>>Rani, ketika diberi tahu soal Alif, sedang meresmikan kantor
barunya. Ia
>>>>shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan dia adalah
>>>>memandikan putranya. Setelah pekan lalu Alif mulai menuntut, Rani
>>>>memang menyimpan
>>>>komitmen untuk suatu saat memandikan anaknya sendiri.
>>>>
>>>>Dan siang itu, janji Rani terwujud, meski setelah tubuh si kecil
>>>>terbaring
>>>>kaku. ''Ini Bunda Lif, Bunda mandikan Alif,'' ucapnya lirih, di
tengah
>>>>jamaah yang sunyi. Satu persatu rekan Rani menyingkir dari
sampingnya,
>>>>berusaha menyembunyikan tangis.
>>>>
>>>>Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, kami masih berdiri
>>>>mematung di sisi pusara. Berkali-kali Rani, sahabatku yang tegar
itu,
>>>>berkata, ''Ini sudah takdir, ya kan . Sama saja, aku di sebelahnya
>>>>ataupun di
>>>>seberang lautan, kalau sudah saatnya, ya dia pergi juga kan ?'' Saya
>>>>diam
>>>>saja.
>>>>
>>>>Rasanya Rani memang tak perlu hiburan dari orang lain. Suaminya
>>>>mematung seperti
>>>>tak bernyawa. Wajahnya pias, tatapannya kosong. ''Ini konsekuensi
sebuah
>>>>pilihan,'' lanjut Rani, tetap mencoba tegar dan kuat. Hening
sejenak.
>>>>Angin
>>>>senja meniupkan aroma bunga kamboja.
>>>>
>>>>Tiba-tiba Rani berlutut. ''Aku ibunyaaa!'' serunya histeris, lantas
>>>>tergugu
>>>>hebat. Rasanya baru kali ini saya menyaksikan Rani menangis,
lebih-lebih
>>>>tangisan yang meledak. ''Bangunlah Lif, Bunda mau mandikan Alif.
Beri
>>>>kesempatan Bunda sekali saja Lif. Sekali saja, Aliiif..'' Rani
merintih
>>>>mengiba-iba. Detik berikutnya, ia menubruk pusara dan tertelungkup
di
>>>>atasnya.
>>>>Air matanya membanjiri tanah merah yang menaungi jasad Alif. Senja
pun
>>>>makin
>>>>tua.


>>>>
>>>>-- Nasi sudah menjadi bubur, sesal tidak lagi menolong.
>>>>
>>>>-- >>>>
>>>>Pelajaran yang menyedihkan. ...
>>>>
>>>>

Best Regards,
Lenny Sari



________________________________
=========================================================
This e-mail, including any attachment is confidential and may be
privileged. Use or disclosure of it by anyone other than an intended
adressee is strictly prohibited. If you are not an intended addressee,
please notify the sender by telephone or e-mail and delete the e-mail
and any attachment from your system.

PT Excelcomindo Pratama Tbk. ("the Company") does not accept any
liability in respect of communication made by its employee which is
contrary to the company policy or outside the scope of the employment of
the individual concerned. The employee responsible will be personally
liable for any damages or other liability arising.
=========================================================


--------------------------------------------------------------
Info tanaman hias: http://www.toekangkeboen.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke