Mba, tq banget artikelnya....

sekedar share aja, moga bisa tukaran info ama temen2 lainnya :

kalo case anak ku Daffa ( 5 th ) bisa d bilang late talker...
sekarang lagi aku masukin kelas Fonem u/ belajar baca ...en karena yg ngajar nya guru2 PG en TK dia..mereka dah tau kondisi Daffa...
tentunya selain di rumah juga aku ama ayahnya praktekin juga...

dan dia mulai happy ama kata2 en spelling DA DI DU DE DO...LA LI LU LE LO....
dari pebentukan mulut en suaranya...

waktu libur kemaren...Daffa sempet marah aama aku...
karena dia bicaara...en kita ga ada yg ngerti...
ga aku, ayahnya , kakak ama mba barunya...

akhirnyaa dia narik aku en ngajak masuk ke gudang...en ngacak2 mainan....ngacak2 plastik...
ternyata dia minta ..mainannya di pindahkan ke plastik...

en aku sedihhh banget pas Daffa bilang dg bahasanya dia : Buna...ama ayah siy...ga tau apa yg Apa bilang... ( Bunda , Ayah ga tau apa yg Daffa bilang ?? )
sedih......banget....

aaku peluk dia...rasanya gimana gitu...
moga Daffa ke depannya lebih baik en tetap PD walo dia ga sama dengan temen2 lainnya...

tq ...

*4 hari yg indah have fun ama my hubby en anak2 kok kurang yah* hehehehe




----- Original Message ----- From: "Gopina Goham" <alfin.b...@gmail.com>
To: "BA milis" <balita-anda@balita-anda.com>
Sent: Monday, April 13, 2009 10:28 AM
Subject: [balita-anda] Fwd: [ba_oot] Anak Gagap Jangan Digertak


Satu artikel ttg gagap. Intinya, kita tunggu dengan sabar saat anak mau bicara.


---------- Forwarded message ----------
From: Arie Krishandi <arie_krisha...@yahoo.co.id>
Date: 2009/1/6
Subject: [ba_oot] Anak Gagap Jangan Digertak
To: ba_...@balita-anda.com


ANAK-ANAK yang mengalami kegagapan dalam berbicara, ternyata lebih
sering mendapat gertakan dibandingkan anak yang tidak gagap. Semakin
parah kegagapan mereka, akan semakin sering pula gertakan yang
diterima.

“Bbbbebebe.......bebe.....” Ari yang berusia sembilan tahun itu tak
segera dapat meluncurkan kata “betul” dari mulutnya, saat harus
menjawab pertanyaan dari gurunya. Yang terdengar kemudian justru
teriakan teman-teman di kelasnya dengan bersama-sama melontarkan satu
kata, “Dor!”

Ari tertunduk malu, ia tampak tidak berdaya menghadapi gertakan keras
yang memotong kata yang hendak diucapkannya. Lebih-lebih ejekan dan
suara tawa berseliweran dari teman-teman sekelasnya.

Sayangnya guru di kelas tidak cukup tegas memberikan perlindungan bagi
murid yang mengalami gangguan wicara akibat gagap itu. Senyum tipis
bahkan tersungging di bibir sang guru, meskipun setelah itu terucap
peringatan tanggung, “Ssssttt.... anak-anak tidak boleh begitu. Beri
kesempatan Ari untuk menjawab.”

Dengan situasi seperti itu, yang terjadi hampir setiap saat, Ari
akhirnya lebih suka menarik diri dari pergaulan. Ia tumbuh sebagai
anak yang pemalu, pendiam, dan lebih suka menghabiskan waktunya untuk
belajar, sehingga nilai-nilai rapornya selalu bagus. Ari tumbuh
sebagai anak laki-laki yang tampan dan cerdas, dengan bakat melukis
yang bagus, tetapi gagap saat berbicara.

Anak Laki-Laki
Gagap dapat ditandai dengan ciri-ciri suara mulut yang berulang
(terjadi repetisi), jaraknya panjang antara satu kata dengan kata
berikutnya, atau mengalami blokade ketika akan mengucapkan sebuah
kata.

"Penyebab gagap ini tidak tunggal, melainkan merupakan kombinasi yang
kompleks antara faktor biologis dan kesalahan dalam proses belajar
wicara," ujar William Murphy, peneliti di Department of Speech,
Language and Hearing Science, Purdue University, AS.

Seorang anak dapat dideteksi mengalami kegagapan jika selama enam
bulan atau setahun ia menunjukkan gejalanya terus-menerus. Biasanya
dalam keluarga juga terdapat riwayat orang yang sudah lebih dulu
mengalami kegagapan. Dalam hal ini biasanya lebih banyak terjadi pada
anak laki-laki.

Di Indonesia, kita tidak pernah tahu berapa jumlah orang yang
mengalami gagap. Namun, di Negara Paman Sam diperkirakan sekitar 5
persen anak pra sekolah dan 1 persen orang dewasa mengalami gagap.

Tingkat kekacauan saat berbicara ini sangat berbeda-beda pada setiap
orang yang mengalami kegagapan. Ada yang tingkat kegagapannya tidak
terlalu parah, tetapi hal itu sudah bisa menyebabkan penderitanya
menarik diri dari pergaulan dan enggan berpartisipasi dalam percakapan
karena merasa minder atau rendah diri.

Sering Digertak
Dalam berbagai kesempatan kita bisa menyaksikan bagaimana anak-anak
yang sudah mengalami penderitaan akibat gagap dalam berbicara ini,
harus semakin tersiksa oleh tingkah laku teman-temannya atau bahkan
oleh orang dewasa lain yang tidak cukup bijaksana.
Anak-anak ini biasanya digertak sedemikian rupa ketika yang
bersangkutan sedang mengalami kesulitan untuk mengeluarkan kata-kata
dari mulutnya. Akibatnya, mereka menjadi semakin kecil hati, rendah
diri, tidak nyaman, takut dan enggan untuk berbicara.

Menurut National Stuttering Association, AS, penelitian membuktikan
bahwa anak-anak yang gagap berbicara justru lebih sering mengalami
gertakan dibandingkan anak-anak lain. Dan semakin buruk kegagapan yang
dialami seorang anak, semakin sering pula yang bersangkutan mendapat
gertakan.

Dalam buku terbaru keluaran Purdue University berjudul Bullying and
Teasing: Helping Children Who Stutter, di mana Murphy juga ikut
menulis, dijelaskan bahwa bagi anak-anak yang gagap, gangguan dan
gertakan dari teman-temannya justru membuat mereka lebih gelisah dan
menderita dibanding gangguan wicara itu sendiri.

Mungkin itu pula sebabnya meskipun anak-anak itu sudah mendapatkan
terapi wicara dan telah mengalami kemajuan dalam keterampilan
berbicara, persoalan tidak dengan sendirinya terlepas dari mereka.

Anak-anak itu tetap saja memiliki perasaan negatif tentang dirinya dan
kegagapannya, ketika mereka tumbuh semakin besar. Keterampilan mereka
berbicara yang boleh jadi sudah tidak memperlihatkan sisa-sisa
kegagapan, masih tetap dibayangi oleh rasa malu dan minder, yang
diperoleh dari gangguan dan gertakan-gertakan yang telah dialami.

Sangat Terganggu
Di sisi lain, orangtua tidak begitu yakin apa yang sebaiknya dan
seharusnya dilakukan jika anak mereka yang gagap mendapat gertakan dan
gangguan dari teman-temannya.  Sebagian orangtua menyarankan anak-anak
supaya membalas gangguan yang diterimanya. Yang lain menganjurkan
untuk mengabaikan saja gertakan yang didapat, dan menjauh dari
teman-teman yang suka menggertak dan mengganggu.

Namun, menurut Murphy, anak-anak tidak bisa sungguh-sungguh
mengabaikan gangguan dan gertakan yang sering diterimanya itu karena
memang mereka merasa sangat terganggu.
Melakukan serangan balik terhadap anak-anak atau orang lain yang
mengganggu juga tidak menyelesaikan masalah, bahkan mungkin
mendatangkan lebih banyak masalah dengan anak-anak yang suka
menggertak itu.

Mengatasi kegagapan tidak semudah yang orang sering ucapkan ketika
menghadapi anak gagap: “Pokoknya tenang dan kalem saja kalau mau
berbicara.” Saran ini mungkin cocok bagi anak-anak yang grogi, tetapi
bukan itu yang diperlukan oleh anak yang gagap.
Yang pasti, gagap pada masa anak-anak dapat diatasi dengan terapi wicara.

Terapi yang dilakukan ketika masih kanak-kanak akan lebih mudah meraih
keberhasilan dibanding saat yang bersangkutan sudah dewasa. Salah satu
contoh orang yang pernah mengalami kegagapan di masa kanak-kanak
adalah Winston Churchill.

Untuk mengatasi perasaan negatif serta rasa malu akibat kegagapan yang
pernah dialami itu, alangkah baiknya jika anak-anak mendapatkan
pendampingan dari psikolog, selama diperlukan. Para guru di sekolah
sangat diharapkan kontribusinya agar anak-anak yang gagap tidak
menjadi semakin terpuruk oleh ulah teman-temannya, akibat sering
menerima ejekan dan gangguan dari mereka.

Ngomong-ngomong, apakah Anda sebagai orangtua juga suka mengganggu dan
menggertak anak Anda yang gagap?

--------------------------------------------------------------
Info tanaman hias: http://www.toekangkeboen.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: peraturan_mi...@balita-anda.com
menghubungi admin, email ke: balita-anda-ow...@balita-anda.com


--------------------------------------------------------------
Info tanaman hias: http://www.toekangkeboen.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: peraturan_mi...@balita-anda.com
menghubungi admin, email ke: balita-anda-ow...@balita-anda.com

Kirim email ke