Hi all, Barusan ganti diaper Luigi and nggak bisa tidur lagi, so sambil nunggu ngantuk lagi, jadi ingin sharing pengalaman handle penyakit ini beberapa waktu lalu. Cukup heboh karena tidak saja sibuk melakukan treatment untuk Jovan, tapi juga treatment untuk saya sendiri yang justru 'kena' nya waktu pasca persalinan Luigi.
Bermula dari beberapa teman sekolah Jovan yang kena mumps sejak awal Maret'09. Saya dapat info juga dari supir mobil jemputan sekolah Jovan kalau teman semobilnya ada yang kena mumps juga. Walau Jovan sudah pernah dapat vaksinasi MMR waktu usia 15 bulanan, tapi daya tahan tubuhnya waktu itu sedang lemah karena batuk pilek berhari-hari. Saya tetap ingatkan dia untuk rajin makan dan minum bergizi juga istirahat cukup untuk 'jaga-jaga'. Sehari setelah perayaan ultahnya yang ke-6 di sekolah pertengahan Maret'09 saya sudah ceritakan ke Jovan tentang rencana vaksinasi 'booster' MMR. Nggak disangka, justru di hari yang sama ternyata dia kena mumps juga. Sepulang kantor saya dapati badannya demam (sumeng), dia mengeluh sakit di bagian telinganya dan memang terlihat jelas ada area yang bengkak di sekitar pipi/rahang dan leher kanannya. Sempat getting on-line sebentar lihat artikel tentang mumps di www.mayoclinic.com untuk updated info dan langsung mulai dengan home-treatment untuk Jovan. Ada beberapa hal yang sempat saya khawatirkan: alternatif yang harus dicari kalau sampai Jovan mengeluh nggak bisa makan/menelan makanan (padahal ini salah satu treatment utama untuk melawan virus mumps), kondisi saya yang sedang hamil tua (35-36 minggu usia kandungan), dan Aleta (hampir 14 bulan) yang belum sampai jadwal vaksinasi MMR. Saya cuma sempat ingat info mumps related to pregnancy adalah kemungkinan resiko keguguran, dan ini agak melegakan saya karena usia kandungan saya yang bisa dibilang 'bebas' dari resiko itu. Hari itu juga saya mulai 'karantina' Jovan, hanya di 1 bedroom dengan saya yang jadi 'suster' nya, sementara anak2 lain diasuh papanya :), plus semua peralatan makan/minum Jovan yang terpisah dari orang serumah lainnya. Saya beri pengertian juga untuk Jovan supaya untuk sementara waktu batasi bermain dan kontak langsung dengan adik2nya. Walau tetap sadar, daya tular mumps justru sudah 'on' beberapa waktu sebelum 'benjolan' di pipi Jovan mulai tampak, at least saya coba untuk sebisa mungkin hindari orang serumah lainnya dari infeksi ini yang sudah 'on' entah sejak kapan... Ini berarti juga orang serumah kena dampak 'cerewet' saya untuk rajin makan, minum bergizi dan istirahat cukup :) Bersyukur, saya nggak perlu bingung dengan antisipasi Jovan yang sakit menelan, karena ternyata dia sama sekali nggak kesulitan menelan/mengunyah makanan. Saya sampai perlu tanya berulang kali apa memang dia tidak kesulitan menelan (mengingat ini adalah gejala utama penderita mumps), dan dia merespons dengan minta disediakan beberapa jenis makanan favorit dia ;). So, lihat Jovan saat itu seperti anak yang sakit demam ringan biasa, cuma pipinya membengkak :) Nggak cuma itu, selain selera makan/minum nggak berubah, bengkaknya juga hanya butuh 3 harian untuk kembali normal. Itu mungkin bukti dari informasi bahwa 'anak yang sudah divaksin MMR, kalau pun terinfeksi salah satu penyakit (measle, mumps or rubella), dampaknya tidak separah anak yang belum mendapatkan vaksinasi serupa. Selesai dengan case-nya Jovan, saya observasi dalam 2 minggu setelahnya, bersyukur kalau daya tular mumps tidak sempat 'mampir' kepada Aleta, Rena dan orang rumah lainnya. Eh ... ternyata justru saya yang jadi 'korban' berikutnya :). Mungkin karena nggak sadar kondisi saya agak menurun karena kehamilan dan load kerjaan kantor, termasuk sempat jadi 'suster' nya Jovan, saya akhirnya terinfeksi juga. Sayang memang, rencana untuk vaksinasi MMR untuk diri sendiri hanya tinggal rencana, keburu hamil dan ended up dengan test TORCH untuk mengurangi resiko saat hamil muda;) Ceritanya, saat packing untuk pulang dari RS setelah bersalin Luigi di awal April'09. Saya merasa agak sakit di area belakang telinga kiri saya, terutama saat membuka mulut.Saya raba memang ada semacam benjolan kecil yang agak sakit kalau dipegang. Sempat terlintas pikiran 'jangan2 mumps!', tapi terpikir juga kemungkinan 'efek mengejan saat melahirkan' (walau tetap rasanya janggal karena saya hanya 1x mengejan untuk melahirkan Luigi dan persalinan2 sebelumnya tidak pernah meninggalkan rasa sakit di area leher saya). Tapi untuk 'jaga-jaga' , dalam perjalanan pulang ke rumah, mampir sebentar ke apotik untuk membeli masker dan langsung saya pakai saat itu juga (keputusan yang ternyata sangat tepat karena akhirnya memang saya kena mumps). Ambil waktu sebentar untuk getting on-line, saya sibuk cari info 'mumps and breastfeeding'. Beberapa artikel meyakinkan saya untuk tetap menyusui Luigi dan berupaya untuk tidak sampai ada kontak lewat percikan ludah (logikanya: pada kasus mumps, kelenjar ludah yang sedang 'meradang', so produk 'ludah'nya yang punya daya tular tinggi). Kembali saya bersyukur karena keputusan menggunakan masker lebih awal, walau tetap 'deg-degan' karena hari 1-2 pasca persalinan saya masih 'bebas' kontak dengan baby saya. Saya cuma berasumsi, dengan info bahwa daya infeksi mumps justru terjadi beberapa waktu sebelum muncul kelenjar yang membengkak, juga dari hasil observasi kasusnya Jovan, saya pikir mungkin daya tular mumps sudah berlangsung beberapa waktu sebelum persalinan (bersyukur juga bukan pada hari H persalinan -- bisa dibayangkan sakit gondongan saat harus deal dengan kontraksi intens dan mengejan untuk bersalin). Selain itu, bukannya bayi baru lahir di bulan2 pertama hidupnya masih punya kekebalan pasif hasil supply antibodi ibunya? So hari-hari di rumah setelah persalinan, ada 3 hal yang membuat saya semangat banget melakukannya: rajin kasih ASI buat Luigi untuk bantu sistem imun-nya, rajin pakai masker dan rajin makan/minum/istirahat untuk saya sendiri. Masalah makan/minum ini ternyata nggak mudah karena tidak seperti Jovan, saya ngalamin kesulitan menelan. Tapi demi cepat sembuh, saya coba untuk tetap makan minum teratur. Terbukti, kesulitan menelan cepat berlalu seiring daya tahan tubuh yang membaik. Seminggu pasca persalinan, saat check-up Luigi dengan DSA, saya sempat ceritakan kasus mumps saya kepada beliau. Menurut beliau, memang sedang ada wabah mumps akhir2 ini, dan beliau juga sempat berkomentar, ' ini memang yang kami sudah prediksikan beberapa waktu yang lalu, kalau wabah mumps ini akan kejadian juga seiring dengan masih banyaknya parents yang masih segan menjadwalkan vaksinasi MMR pada anak2nya' Now, sudah hampir 1 bulan berlalu sejak kasus mumps yang saya alami. Bersyukur, Rena, Aleta dan Luigi tidak ada tanda2 terinfeksi penyakit ini :) Dari pengalaman ini saya belajar: - upayakan untuk mengikuti jadwal imunisasi tepat waktu dan tidak menundanya. - serap sebanyak mungkin reliable info dari berbagai sumber untuk bantu kita tidak terlalu panik dan rasional dalam mengambil keputusan - home treatment dan observasi ketat tetap bisa diandalkan saat deal dengan infeksi virus semacam mumps ini .... sudah mulai ngantuk lagi, sorry untuk e-mail yang cenderung jadi 'cerpen' ini ;) semoga anak2 kita tetap sehat di kondisi cuaca yang 'ajaib' seperti sekarang2 ini ya .... cheers, Sylvia - mum to Jovan, Rena, Aleta & Luigi