PENAMBAHAN DHA DAN AA PADA MAKANAN BAYI : PERAN DAN MANFAATNYA

Boerhan Hidajat
Lab./SMF Ilmu Kes. Anak
FK-Unair/RSUD Dr. Soetomo 
Surabaya



Pendahuluan

Sejarah telah membuktikan bahwa  yang menentukan kemajuan suatu bangsa
bukanlah sumber daya alamnya tetapi lebih ditentukan oleh sumber daya
manusianya. Sumber daya manusia agar berkualitas harus dibangun sejak dini,
sejak dari kandungan, masa bayi sampai menjadi dewasa, bahkan sampai
manulapun diusahakan agar tetap menjadi manusia yang produktif. 

Tumbuh kembang anak harus bertujuan untuk menjadikan anak menjadi manusia
yang berkualitas. Tidak sekedar tumbuh secara fisik namun harus juga
berkemampuan untuk berdaya guna dan berhasil guna baik bagi dirinya,
keluarganya, masyarakat, bangsa serta umat manusia bahkan bagi alam semesta.
Dalam mencapai tujuan ini gizi merupakan modal dasar agar anak dapat
mengembangkan potensi genetiknya secara optimal. Bahan dasar zat gizi yang
dibutuhkan harus disediakan secara seimbang, baik dalam aspek kuantitas
maupun kualitasnya. Kesalahan dalam memberikan makan akan sangat
mempengaruhi kualitas manusia dikemudian hari; makin dini kesalahan
pemberian makanan , maka makin berat akibat yang ditimbulkannya, hal ini
terutama berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan organ vital
terutama otak yang sebagian besar terjadi sangat cepat pada masa prenatal
serta bulan-bulan pertama kehidupan. Bahkan ada yang mengatakan bahwa
pertumbuhan otak hanya terjadi sampai anak berumur 2-3 tahun. Ada pula yang
mengatakan bahwa otak anak berumur 2 tahun sudah mencapai 70% pertumbuhan
otak orang dewasa, pertumbuhan 90% dicapai pada anak berumur 6 tahun. Otak
yang sedang tumbuh ini sangat membutuhkan asuhan gizi yang sempurna. Zat
gizi yang dibutuhkan harus tersedia secara tepat baik kualitas maupun
kuantitasnya, mulai dari protein dengan asam aminonya baik yang esensiel
maupun non-esensiel, sumber kalori, berupa karbohidrat ataupun lemak,
vitamin, dan mineral.

Kenyataan membuktikan bahwa seperempat dari bagian padat otak manusia
terdiri dari fosfolipid yang kondisinya sangat tergantung dengan kondisi
sirkulasi setempat Dengan adanya fakta bahwa pertumbuhan otak dengan bagian
fosfolipidnya terjadi sebagian besar pada masa prenatal dan bulan-bulan
pertama kehidupan, menunjukkan bahwa nutrisi lemak pada masa kehamilan dan
masa postnatal dini sangat penting pada pertumbuhan otak. Pertumbuhan otak
sangat bergantung pada  terbentuknya "long-chain polyunsaturated fatty acids
(PUFAs)" menjadi bagian dari fosfolipids yang terdapat pada bagian cortex
otak. Nampaknya sampai saat ini tidak diketemukan adanya hambatan sawar otak
( "blood brain barrier") pada proses transportasi dari asam lemak ke otak. 1

Docosahexaenoic acids (DHA) dan arachidonic acid (AA), adalah komponen
terbesar  dari long-chain polyunsaturated fatty acids (LC-PUFA), merupakan
bahan yang sangat penting bagi organ susunan saraf pusat. Sebagai suatu
bentuk asam lemak yang essensiel LC-PUFA harus ditambahkan pada makanan.
Oleh karenanya status PUFA pada janin sangat tergantung pada konsumsi PUFA
dari ibunya. Pada kenyataannya selama kehamilan ibu sering tidak mendapat
penambahan konsumsi dari PUFA sehingga status LC-PUFA dalam plasmanya turun,
yang ternyata sering baru dapat kembali normal setelah 32 minggu pasca
kelahiran.2

Karena rendahnya status kadar PUFA dalam plasma pada kehamilan, menyebabkan
pula rendahnya kadar PUFA pada bayi yang baru lahir, terbukti dengan
rendahnya kadar asam lemak pada tali pusat bayi, terutama pada bayi kembar.
Hal ini tentunya dapat merugikan proses tumbuh  kembang anak terutama
pertumbuhan otaknya. Keadaan ini dapat diatasi dengan memberikan LC-PUFA
pada ibu yang sedang hamil, serta pada bayi yang baru lahir.3

Bayi prematur kadar LC-PUFA-nya jauh lebih rendah dari bayi aterm, ternyata
kadarnya berbanding searah dengan berat badan serta tinggi badan dan
lingkaran kepala saat mereka dilahirkan. Dikatakan pemberian LC-PUFA (DHA)
semasa kehamilan dapat memperbaiki prognosa bayi prematur.4

 Pada kehamilan bayi aterm pemberian LC-PUFA + *- asam linolenik pada ibunya
yang sedang hamil, juga berpengaruh positip pada pertumbuhan janin, namun
kalau hanya diberikan asam linolenik maka pertumbuhan lingkaran kepalanya
berbanding terbalik, hal ini diperkirakan karena  dengan  hanya pemberian
asam linolenik justeru akan menghambat pembentukan DHA yang akhirnya dapat
menghambat pertumbuhan otak.5

Kadar LC-PUFA pada air susu ibu cukup tinggi, tetapi tidak demikian halnya
dengan susu formula (PASI) yang pada umumnya kadarnya sangat rendah, bahkan
sering tidak ada. Dari penelitian ternyata bahwa kadar DHA dan AA pada bayi
yang diberi ASI jauh lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan  bayi
yang mendapatkan susu formula (PASI). Dengan adanya kenyataan bahwa DHA dan
AA merupakan komponen penting dari asam lemak di otak, maka pemberian DHA
dan AA pada formula terutama bagi bayi prematur akan sangat bermanfaat dalam
pertumbuhan otaknya.6


Klasifikasi dan metabolisme Asam Lemak

Bahan utama lemak terdapat dalam 3 bentuk:
1.      Gliserida, terutama trigliserida yang merupakan 95-98% dari lemak
makanan. 
2.      Fosfolipid
3.      Sterol
Fosfolipid dan sterol hanya merupakan bagian kecil dari lemak tetapi
merupakan komponen membran sel dan selaput myelin.

Lemak sebagai bagian makanan manusia mempunyai fungsi penting sebagai: 
1.      Bahan bakar metabolisme
2.      Merupakan bahan pokok membran sel
3.      Sebagai mediator aktivitas biologis antar sel.
Sedangkan asam lemak tak jenuh mempunyai fungsi yang lebih kompleks: sebagai
bioregulator endogen, misalnya dalam pengaturan homeostasis ion, transkripsi
gen, signal transduksi hormon, sintesa lemak serta mempengaruhi pembentukan
protein.6,7
Fungsi asam lemak esensiel:
                                Fungsi struktural:
*       Barier air di kulit
*       Pada jaringan saraf sebagai bahan penghantar rangsangan saraf
*       Pada membran sel sebagai sinyal transduksi
                                Fungsi pengatur:
*       Ekspressi gen
*       Faktor pertumbuhan
*       Kelembapan membran
*       Pembentukana eikosanoid


Asam lemak berdasarkan atas ikatan rangkap yang dimilikinya dapat dibedakan
menjadi asam lemak jenuh (saturated fatty acids = SFAs) yaitu asam lemak
yang tidak memiliki ikatan rangkap dan asam lemak tak jenuh (Unsaturated
fatty acids = UFAs), merupakan asam lemak yang memiliki ikatan rangkap. Asam
lemak tak jenuh dibedakan atas 2 kelompok besar yaitu monounsaturated fatty
acids (MUFAs), ikatan rangkapnya hanya satu dan Polyunsaturated fatty acids
(PUFAs), ikatan rangkapnya lebih dari satu. 
PUFAs berdasarkan atas letak ikatan rangkapnya pada ikatan karbon dari gugus
omega, dikenal: Omega-3, Omega-6, Omega-7, Omega-9.

Asam lemak yang dapat disentesa dalam tubuh disebut sebagai asam lemak
non-esensiel (SFAs, MUFAs = Omega-7, Omega-9), sedangkan asam lemak yang
harus didapatkan dari luar karena tidak dapat disentesa oleh tubuh disebut
sebagai asam lemak esensiel. (PUFAs: Omega-3, Omega-6).Asam lemak Omega-7:
Asam palmitoleat, Omega-9: Asam oleat, Omega-6: asam linoleat dan Omega-3:
asam linolenat, eikosapentanoat. 

Keberadaan letak ikatan rangkap dalam struktur kimiawi asam lemak
mengakibatkan adanya perbedaan konfigurasi, bila ikatan rangkapnya terletak
pada sisi yang sama dengan gugus hidrogen maka disebut sebagai konfigurasi
Cis, sedangkan bila ikatan rangkapnya terletak disisi yang berlawanan maka
disebut sebagai konfigurasi Trans. Perbedaan konfigurasi ini memberikan
konsekuensi fungsional yang cukup bermakna. Konfigurasi Trans membuat PUFAs
tidak dapat berfungsi sebagai PUFAs, bahkan dapat sebaliknya. Ternyata bahwa
asam lemak konfigurasi trans justeru memberikan resiko terjadinya penyakit
jantung koroner. PUFAs yang ideal adalah PUFAs yang berkonfigurasi Cis,
biasanya yang berasal dari alam, seperti asam lemak Omega-3 Cis yang berasal
dari ikan.



Asam lemak

 
cis
                              Asam lemak jenuh                      Asam
lemak tak jenuh                     

 
Trans 

                            Non-esensiel                     Polyene
Monoene


                                                                    Esensiel
(cis)                      non-esensiel



                                   Keluarga Asam Linoleic
Keluarga Asam a-Linolenic
                                   Arachidonic Acid (AA)
Eicosapentaenoic acid (EPA)
                                    (Osbond acid ObA)
docosahexaenoic acid (DHA)    

                      
                         Gambar 1. Klasifikasi asam lemak





Dari penelitian ternyata bahwa Omega-3 maupun Omega-6 mempunyai pengaruh
dalam penurunan mortalitas penyakit jantung koroner (PJK). Pengaruh ini
melalui proses penghambatan aterosklerosis. Seperti diketahui Omega-3
mempunyai efek anti aterogenik yang sama dengan Omega-6 Cis akan tetapi
Omega-3 Cis memiliki juga pengaruh anti trombogenik, sedangkan asam lemak
Omega-6 Cis tidak. Asam lemak Omega-3 Cis menurunkan kadar trigliserida
secara konsisten, asam lemak Omega-6 Cis tidak. 
Asam lemak esensiel berfungsi secara biologis melalui produk ekosanoid seri
3 dan asam lemak omega-6 Cis memproduksi ekosanoid seri 2. Ekosanoid ini
antara lain: Prostaglandin,, tromboksan, lekotrin. Seri 2 dan seri 3
fungsinya saling berlawanan untuk menjaga aktifitas seluler. Ekosanoid ini
berasal dari precursornya yaitu: Arakidonat ( Omega-6 Cis) dan
ekosapentanoat (Omega-3 Cis). Pada penelitian ternyata bahwa perbandingan
antara asam lemak Omega- 6 Cis dan Omega-3 Cis yang ideal untuk pencegahan
PJK adalah 4 : 1. Namun sampai saat ini komposisi seperti ini masih sangat
sulit didapatkan.8,9,10

n-6 acids                                                             n-3
acids


18:2 (9, 12)                                                    18:3 (9, 12,
15)
   Linoleic
alpha-linolenic
                              6-desaturase
                                            enzyme
18:3 (6, 9, 12)                                                 18:4 (6, 9,
12, 15)
gamma-linolenic                                         Stearidonic acid
                                 elongase

20:3 (8, 11, 14)                                                20:4 (8, 11,
14, 17)
dihomo-gamma-linolenic                                  

                           5-desaturase                         

20:4 (5, 8, 11, 14)                                             22:5 (5, 8,
11, 14, 17)
Arachidonic (AA)
eicosapentaenoic (EPA)

                              elongase


22:4 (7,10,13,16)                                               20:5 (7, 10,
13, 16, 19)
        
docosapentaenoic


22:5 (4, 7, 10,13,16)                                           22:6 (4, 7,
10, 13, 16, 19)
        
docosahexaenoic (DHA)


Gambar 2. Metabolisme asam lemak esensiel





Status  PUFA dapat dilihat pada gambaran komposisi dari fosfolipid-PUFA dari
plasma ataupun jaringan.Ternyata status asam lemak esensiel menurun selama
kehamilan,  pada umumnya meningkat kembali secara sangat pelan setelah
kelahiran dan baru mendekati normal setelah minggu ke 26.11

Asam lemak esensiel sebenarnya terdiri dari asam linoleat (AL)/ "linoleic
acid" (LA),  asam linolenat (ALN)/"a-linolenic acid" (ALA) serta asam
arachidonic/"arachidonic acid" (AA), asam lemak ini tidak bisa dibuat oleh
tubuh baik dari asam lemak lain maupun dari karbohidrat ataupun asam amino.
Asam arachidonic dapat dibuat dari asam linolenat (seri n-6), karenanya yang
dianggap sebagai asam lemak esensiel hanyalah asam 

lemak lenolenat dan asam lemak lenoleat. Kedua asam lemak esensiel ini tidak
dapat saling berubah dari yang satu menjadi yang lain serta berbaeda baik
baik dalam metabolisme maupun fungsinya, bahkan secara fisiologik keduanya
mempunyai fungsi yang berlawanan.. Proses pembuatan  DHA maupun AA
difasilitasi oleh enzim desaturase dan elongase. Aktifitas kedua enzim ini
masih sangat kurang pada bayi prematur bahkan pada bayi aterm sampai usia
4-6 bulan. Karenanya penambahan DHA dan AA pada bayi prematur sangat
dianjurkan, dengan dosis yang mengacu pada kandungan asam lemak dalam ASI.
Aktifitas enzim desaturase maupun elongase  dipengaruhi oleh asal lemak yang
terdapat pada makanan. Minyak ikan yang mengandung  banyak DHA akan
menghambat aktifitas enzim tersebut sehingga dapat menghambat pembentukan
AA. Sebaliknya minyak jagung atau safflower memacu   aktifitas enzim
desaturase sehingga meningkatkan pembentukan AA.

Kalau konsumsi asam lemak esensiel kurang, maka tubuh berusaha
mensubstitusinya dengan turunan dari monounsaturated oleic acid, untuk
mengambil alih fungsinya walaupun kenyataannya sangatlah tidak sempurna.12 


Tabel 1. Kandungan Omega-3 pada berbagai jenis ikan


Kandungan asam lemak Omega-3 per 100 gar

                Tuna                    = 2,1 gram
                Mackerel                = 1,9 gram
                Salmon          = 1,6 gram
                Sardin                  = 1,2 gram
                Herring         = 1,2 gram
________________________________________________________________________






Suplementasi asam lemak

Pemberian  lemak yang berlebihan dapat menyebabkan obesitas, serta penyakit
jantung bahkan dapat menimbulkan keganasan; dapat meningkatkan kadar
kolesterol, dan LDL yang dapat memacu terjadinya atherosclerosis dan
penyakit jantung koroner Hal ini sangat tergantung pada jumlah enersi yang
berasal dari lemak, komposisi dari asam lemaknya, komposisi dari
lipoprotein, diet serat yang dikonsumsi, antioksidan, aktifitas, serta
derajad kesehatannya. Saturated fatty acids seperti: lauric, myristic, dan
asam palmitat dapat meningkatkan kadar kolesterol dan kadar LDL, sedangkan
pemberian polyunsturated fatty acids dapat menurunkan kadar kolesterol dan
LDL. Monounsaturated oleic acids tidak meningkatkan kadar LDL tetapi dapat
meningkatkan lipoprotein HDL. Dikatakan bahwa pada orang yang aktif konsumsi
lemak dapat sampai 30% kebutuhan enersi, dengan kadar saturated fatty
acid-nya yang tidak melebihi 10% dari kebutuhan enersi. Pada anak yang tidak
aktif konsumsi lemak tidak boleh melebihi dari 30% kebutuhan enersi. Lemak
sebagai sumber enersi pada bayi dan anak memberikan kontribusi kebutuhan
enersi sampai 30-40%, bahkan lemak ASI memberikan 50-60% dari total enersi
yang ada di ASI; sedangkan asam lemak esensiel paling sedikit harus
memberikan kontribusi enersi 1-2%. Pemberian asam lemak yang esensiel sangat
penting untuk tumbuh kembang anak. Pemberian asam arachidonik (AA) dan
docosahexaenoic acid (DHA) sangat penting guna pertumbuhan otak, ASI
sebenarnya merupakan sumber asam lemak esensiel ini yang cukup. Masalahnya
terutama timbul bila bayi prematur karena pada umumnya mereka juga mengalami
kekurangan pasokan AA dan DHA sejak dalam kandungan. Dengan demikian
rekomendasi yang dianjurkan ialah penggalaan pemakaian ASI walaupun juga
pada bayi prematur. Kandungan asam lemak pada PASI harus sesuai dengan
proporsi kadar asam lemak dalam ASI. n-6 dan n-3 memegang peranan yang
sangat penting pada membran sel serta sebagai precursor dari eicosanoid yang
sangat kuat sebagai bahan aktif Ternyata disamping jumlah dari asam lemak
esensiel yang dikonsumsi jumlahnya harus cukup, juga rasio antara n-6 : n-3
harus optimal sebesar antara 5:1 sampai 10:1. Rasio yang terlalu tinggi
justeru akan menekan keberadaan n-3 pada organ-organ vital. Karena mereka
dibentu secara kompetitif dengan memakai enzim yang sama. Pada ASI
konsentrasi  asam Linoleat (AL) 5-15 kali dari konsentrasi asam linolenat
(ALN), dengan kandungan enersinya 0,5%.

DHA banyak terdapat pada ikan terutama ikan salmon, tuna, dan meckerel,
sedangkan daging dan telur mengandung sedikit DHA.12,13

Pada umumnya suplementasi LC-PUFA pada formula bayi berpedoman pada hal-hal
sebagai  berikut:12,13
*       Kebutuhan asam lemak esensiel  pada bayi prematur 4-5% dari total
kalori. Sampai 12% masih dianggap aman. Nilai ini sesuai dengan 0,6-0,8
g/kg/hari dengan batas tertinggi 1,5 g/kg/hari.
*       AL harus 0,5-0,7 g/kg/hari, 40-60 mg/kg/hari dalam bentuk AA.
*       n-3 sebesar 70-150 mg/kg/hari, 35-75 mg/kg/hari dalam bentuk DHA
*       Jumlah AL tidak boleh melebihi 12% dari total enersi
*       Rasio n-6:n-3 harus dijaga antara 4:1 - 10:1 

ESPGAN (1991), British Nutrition Foundation (1992), dan WHO/FAO (1993)
merekomendasikan agar pada formula bayi prematur ditambahkan langsung DHA
dan AA.







Tabel 2. Asupan asam lemak yang adekuat pada bayi

 Asam lemak
% asam lemak
 LA                                                             10,00
LNA                                                             1,50
AA                                                              0,50
DHA                                                             0,35
EPA                                                             <0,10
Dikutip dari:J Am.Coll.Nutr (1999) 5,487-489.



Pemberian DHA pada formula bayi lanjutan ataupun pada makanannya perlu
dipertimbangkan masak-masak. karena pada bayi yang aterm ataupun anak besar
sudah dapat mensintesa DHA maupun AA dari LC-PUFA sesuai dengan
kebutuhannya. Sedangkan pemberian DHA yang berlebihan dapat menekan proses
pembentukan AA, serta dapat menekan aktifitas ensim siklooksigenase yang
memfasilitasi pembentukan prostaglandin PGH2 dan PGH3 dari AA, sehingga
dapat menghambat pembentukan prostaglandin berikut tromboksan dan leukotrin,
dapat menyebabkan terhambatnya respons terhadap proses keradangan khususnya
pada pelepasan interleukin-1 dan TNF, memanjangnya masa perdarahan,
menurunnya renin yang turut dalam pengontrolan fungsi ginjal.14,15
Dengan demikian nampaknya pada bayi aterm ataupun bayi yang besar yang sudah
mampu mensintesa DHA maupun AA sendiri dari AL  dan ALN, pemberian DHA
tidaklah terlalu perlu, bahkan dapat memberikan efek samping, cukup dengan
memberikan AL maupun ALN yang cukup dengan rasio yang optimal.


Kesimpulan dan saran

1.      Semua mamalia memerlukan asam lemak esensiel
2.      Pada bayi prematur kemampuan mensintesa LC-PUFA dari asam lemak
esensiel masih sangat rendah karenanya  harus diberikan dalam makanan, /
minumannya.
3.      Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemberian LC-PUFA sebagai
suplemen  dapat meningkatkan kemampuan visual dan perkembangan sistem saraf
terutama pada bayi prematur bahkan mungkin juga pada bayi yang aterm
4.      Suplementasi DHA dan AA pada formula bayi prematur penting, harus
dengan rasio antara 4:1 - 10:1
5.      DHA penting untuk  pembentukan jaringan saraf dan sinap, sedangkan
AA berperan sebagai neurotransmitter.
6.      Pada bayi aterm/ anak besar pemberian suplemen DHA dan AA perlu
diteliti lebih jauh mengingat adanya efek samping yang cukup membahayakan.




Daftar pustaka

1.      Hornstra G (2000) Essential fatty acids in mothers and their
neonates.Am.J.Clin.Nutr.71, 1262s-1269s. 

2.      Agustoni C, Trojan S, Bellu R, Riva E, Giovanninim (1995)
Neurodevelopmental Quotient of Healthy Term Infants at 4 Months and Feeding
Practice: The Role of Long-Chain Polyunsaturated Fatty Acids. Pediatr Res.
38, 262-266

3.      Farquharson J, Cocburn F, Patrick WA, Jamieson EC, Logan RW (1992)
Infant cerebral cortex phospholipid fatty - acid composition and diet.
Lancet.340, 810-813.

4.      Uauy R, Mize CE, Castillo-Duran C (2000) Fat intake during
childhood: metabolic responses and effects on growth. Am.J.Clin.Nutr.72,
1354s-1360s

5.      Kurlak LO, Stephenson TJ (1999) Plausibble explanation for effects
of long chain polyunsaturated fatty acids (LC-PUFA) on neonates. Arch Dis
Child.30, f148-f154.

6.      Dutta-Roy AK (2000) Transport mechanisms for long-chain
polyunsaturated fatty acids in yhe human placenta. Am.J.Clin.Nutr.71,
315s-322s.

7.      Uauy R, Hoffman DR (2000) Am.J.Clin.Nutr.71, 245-250.

8.      Crawford MA (2000) Placental delivery of arachidonic and
docosahexaenoic acids: implications for the lipid nutrition of preterm
infants. Am J.Clin.Nutr. 275-284.

9.      Gibson RA, Makrides M (2000) n-3 Polyunsaturated requirements of
term infants. Am.J.Clin.Nutr. 251s-255s

10.     Innis S.M. (2000) Essential fatty acids in infant nutrition: lessons
and limitations from animal studies in relation to studies on infant fatty
acid requirements. Am.J.Clin.Nutr. 238-244

11.     Carlson SE, Werkman SH, Peeples JM, Cooke RJ, Tolley EA (1993)
Arachidonic acid status correlates with first year growth in preterm
infants. Prog.Natl.Acad.Sci.USA.90, 1073-1077

12.     Clandinin MT, Aerde IV, Field CJ, Parrott A (1996) Prteterm infant
formuls: Effect of increasing levels 20:4(6) and 22:6(3) on the fatty acid
composition of plasma and erythrocyte phospholipids J Pediatr Gastroenterol
Ntutr.22, 432-435.

13.      Simopoulus AP, Leaf A, Salem N (1999) Confrence report: Workshop on
the Essentiality of and Recommended Dietary Intakes for Omega-6 and Omega-3
Fatty Acids.J Am Coll.Nutr.18, 487-489.

14.     WHO. (1993) Fats and oils in human nutrition. Report of a joint
expert consultation Rome 19-26 October.

15.     Willatts P, Forsyth JS, Modugno MKDI, Varma S, Colvin M  (1998)
Effect of long-chain polyunsaturated fatty acids in infant formula on
problem solving at 10 months of age.352, 688-690.



















---------------------------------------------------------------------
>> Kirim parcel Lebaran, klik, http://www.indokado.com/parcel2003.html
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke