U/ baca2, mbak, dari milis _sehat_. Sori, gak bisa bantu banyak/ =============================================
Dian Thanks dr veda betul kalau ada kelainan jantung, maka kelainan jantung yang bikin biru biasanya disertai dengan biru di kuku coba browsing cyanotic congenital heart disease tapi kalau kukunya ok ya bukan CHD sudah diskusi dengan DSAnya? apakah semakin hari semakin gelap warna bibirnya atau semakin berkurang? maaf tidak banyak membantu ---------- Forwarded message ---------- From: uci momkavin+ija <momkavin...@yahoo.co.id> Date: 2008/6/16 Subject: [balita-anda] Balasan: [balita-anda] tanya: kelaian katup jantung bayi To: balita-anda@balita-anda.com Cc: rahma...@cbn.net.id Artikel aj a yaaaa dari milis _sehat_ ASD adalah Atrial Septal Defect atau lubang di dekat serambi. ASD merupakan salah satu PJB atau Penyakit Jantung bawaan (penyakit jantung yang dibawa sejak lahir). Penyakit Jantung Bawaan harusnya bisa dideteksi sejak dini. Tapi saya juga tidak tau ya kenapa tidak terlihat sejak awal. Ciri utama PJB adalah berat badan bayi atau anak sulit berkembang tapi dari sisi pertumbuhan tinggi badan normal. Makanya umumnya anak2 yang menderita PJB terlihat kurus. Ciri yang utama dan bisa terlihat jelas adalah penampilan pasien biru karena ada percampuran darah kotor dan darah bersih. Memang menurut artikel mengenai PJB yang saya, umumnya pasien tidak terlihat biru karena darah yang mengalir dari sirkulasi darah bersih ke sirkulasi darah kotor. Untuk lebih jelasnya, saya copy-kan artikel mengenai PJB yang saya dapatkan sewaktu anak saya divonis menderita TAPVD (salah satu PJB) dan Alhamdulillah sudah dioperasi pada usianya 3,5 bulan. Regards, Ariena Forlia Rosanty PENANGANAN MEDIS PADA PENYAKIT JANTUNG BAWAAN Dr. Anna Ulfah Rahayoe, SpJP(K) PENDAHULUAN Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit jantung yang dibawa sejak lahir, karena sudah terjadi ketika bayi masih dalam kandungan. Pada akhir kehamilan 7 minggu, pembentukan jantung sudah lengkap; jadi kelainan pembentukan jantung terjadi pada awal kehamilan. Penyebab PJB seringkali tidak bisa diterangkan, meskipun beberapa faktor dianggap berpotensi sebagai penyebab. Faktor-faktor ini adalah: infeksi virus pada ibu hamil (misalnya campak Jerman atau rubella), obat-obatan atau jamu-jamuan, alkohol. Faktor keturunan atau kelainan genetik dapat juga menjadi penyebab meskipun jarang, dan belum banyak diketahui. Misalnya sindroma Down (Mongolism) yang acapkali disertai dengan berbagai macam kelainan, dimana PJB merupakan salah satunya. Merokok berbahaya bagi kehamilan, karena berpengaruh terhadap pertumbuhan bayi dalam kandungan sehingga berakibat bayi lahir prematur atau meninggal dalam kandungan. PJB terjadi pada 8-10 bayi diantara 1000 bayi lahir hidup. Penyakit ini merupakan kelainan bawaan yang paling sering terjadi (kira-kira 30% dari seluruh kelainan bawaan), dan paling sering menimbulkan kematian khususnya pada neonatus. Setengah dari kasus PJB semestinya sudah dapat dideteksi pada bulan pertama kehidupan, karena memperlihatkan tanda-tanda yang memerlukan pertolongan segera. Penyakit Jantung Bawaan dan Penanganan Medis (non bedah) Berdasarkan penampilan fisik, PJB secara garis besar dibagi atas 2 kelompok, yakni PJB tidak biru (asianosis) dan PJB biru (sianosis). Berdasarkan kelainan anatomis, PJB secara garis besar dibagi atas 3 kelompok, yakni: 1) Adanya penyempitan (stenosis) atau bahkan pembuntuan pada bagian tertentu jantung, yakni: katup atau salah satu bagian pembuluh darah diluar jantung. Penyempitan ini menimbulkan gangguan aliran darah dan membebani otot jantung. Pada kasus-kasus dengan penyempitan yang berat, aliran darah ke bagian tubuh setelah area penyempitan akan sangat menurun, bahkan terhenti sama sekali pada pembuntuan total. A. STENOSIS (PENYEMPITAN) KATUP PULMONAL Terjadi pembebanan pada jantung kanan, yang pada akhirnya berakibat kegagalan jantung kanan. Makna istilah ini bukanlah jantung gagal berdenyut, melainkan jantung tak mampu memompakan darah sesuai kebutuhan tubuh dan sesuai jumlah darah yang kembali ke jantung. Tanda gagal jantung kanan adalah: pembengkakan kelopak mata, tungkai, hati dan penimbunan cairan di rongga perut. Penanganan medis yang dapat dilakukan: pelebaran katup dengan balon (Balloon Pulmonal Valvotomy = BPV). B. STENOSIS (PENYEMPITAN) KATUP AORTA Terjadi pembebanan pada jantung kiri, yang pada akhirnya berakibat kegagalan jantung kiri, yang ditandai oleh: sesak, batuk kadang-kadang dahak berdarah (akibat pecahnya pembuluh darah halus yang bertekanan tinggi di paru). Penanganan yang dapat dilakukan: pelebaran katup dengan balon (Balloon Aortic Valvotomy = BAV). C. ATRESIA (PEMBUNTUAN) KATUP PULMONAL Pada kasus ini katup pulmonal sama sekali buntu, sehingga tak ada aliran darah dari jantung ke paru. Pasien hanya dapat bertahan hidup bila pembuluh darah duktus arteriosus tetap terbuka (yang mengalirkan darah dari pembuluh aorta ke pembuluh darah paru). Biasanya pembuluh ini akan menutup pada minggu pertama kehidupan bayi, dan bila itu terjadi akan berakibat fatal. Untuk mempertahankan duktus arteriosus tetap terbuka, diperlukan obat: Prostaglandin E-1. Namun obat ini sifatnya hanya sementara, dan harus segera diikuti dengan tindakan bedah. D. COARCTATIO AORTA Pada kasus ini area lengkungan pembuluh darah aorta mengalami penyempitan. Bila penyempitannya parah, maka sirkulasi darah ke organ tubuh di rongga perut (ginjal, usus dll), serta tungkai bawah sangat berkurang, dan kondisi pasien memburuk. Seperti halnya pada atresia katup pulmonal, pada Coarctatio Aorta yang berat Prostaglandin E-1 perlu diberikan untuk mempertahankan pembukaan duktus arteriosus. Untuk selanjutnya, tindakan pelebaran dengan balon atau pembedahan perlu dilakukan. 2) Adanya lubang pada sekat pembatas antar ruang jantung (septum), sehingga terjadi aliran pirau (shunt) dari satu sisi ruang jantung ke ruang sisi lainnya. Karena tekanan darah di ruang jantung sisi kiri lebih tinggi dibanding sisi kanan, maka aliran pirau yang terjadi adalah dari kiri ke kanan. Akibatnya, aliran darah paru berlebihan/banjir (contoh: ASD = Atrial Septal Defect/ lubang di sekat serambi , VSD = Ventricular Septal Defect/ lubang di sekat bilik). Aliran pirau ini juga bisa terjadi bila pembuluh darah yang menghubungkan aorta dan pembuluh pulmonal tetap terbuka (PDA = Patent Ductus Arteriosus). Karena darah yang mengalir dari sirkulasi darah bersih ke sirkulasi darah kotor, maka penampilan pasien tidak biru (asianosis). Namun, beban yang berlebihan pada jantung akibat aliran pirau yang besar dapat menimbulkan gagal jantung kiri maupun kanan. Tanda-tanda aliran darah paru yang berlebih adalah: debaran jantung kencang, cepat lelah, sesak nafas, pada bayi sulit menyusu, pertumbuhan terganggu, sering batuk panas (infeksi saluran nafas bagian bawah). Dalam kondisi seperti tersebut diatas, perlu diberikan obat-obatan yang bermanfaat untuk mengurangi beban jantung, yakni obat diuretik (memperlancar kencing) dan obat vasodilator (pelebar pembuluh darah). A. ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD) = lubang di sekat serambi Lubang ASD kini dapat ditutup dengan tindakan non bedah : Amplatzer Septal Occluder (ASO), yakni memasang alat penyumbat yang dimasukkan melalui pembuluh darah di lipatan paha. Namun sebagian kasus tak dapat ditangani dengan metode ini, dan memerlukan pembedahan. B. VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD) = lubang di sekat bilik Pada VSD tertentu dapat ditutup dengan tindakan non bedah menggunakan penyumbat Amplatzer, namun sebagian besar kasus memerlukan pembedahan. C. PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA) = pembuluh penghubung aorta dan pembuluh darah paru terbuka PDA juga dapat ditutup dengan tindakan non bedah menggunakan penyumbat Amplatzer, namun bila PDA sangat besar tindakan bedah masih merupakn pilihan utama. PDA pada bayi baru lahir yang premature dapat dirangsang penutupannya dengan menggunakan obat Indomethacine. 3) Pembuluh darah utama jantung keluar dari ruang jantung dalam posisi tertukar (pembuluh darah aorta keluar dari bilik kanan sedangkan pembuluh darah pulmonal/paru keluar dari bilik kiri). Kelainan ini disebut transposisi arteri besar (TGA = Transposition of the Great Arteries). Akibatnya darah kotor yang kembali ke jantung dialirkan lagi ke seluruh tubuh, sehingga terjadi sianosis/biru di bibir, mukosa mulut dan kuku. Bayi dapat bertahan hidup bila darah kotor yang mengalir ke seluruh tubuh mendapat pencampuran darah bersih melalui PDA atau lubang di salah satu sekat jantung (ASD/VSD). Seringkali TGA tak disertai lubang sekat dan pasien sangat biru (darah yang mengalir ke seluruh tubuh sebagian besar adalah darah kotor). Dalam keadaan demikian, dapat dibuat lubang di sekat serambi melalui metode non bedah yang disebut Balloon Atrial Septostomy (BAS). Sementara menunggu persiapan untuk melakukan prosedur ini, PDA yang bermanfaat untuk menjamin pencampuran darah bersih perlu dipertahankan, yakni dengan memberikan Prostaglandin E-1. Namun semua ini hanya bersifat sementara, bila kondisi pasien membaik, operasi untuk menukar posisi pembuluh darah yang terbalik ini perlu dilakukan. Disamping kelainan pada anatomi jantung, PJB juga dapat menyangkut kelainan pada pusat listrik jantung beserta sistim hantarannya. Pusat jantung yang lemah atau adanya blok pada sistim hantaran listrik jantung, berakibat denyut jantung/nadi yang pelan, sehingga tak mencukupi kebutuhan sirkulasi tubuh. Untuk itu perlu pemasangan alat pacu jantung (pacemaker). Pada anak yang sudah cukup besar pemasangan pacu jantung dapat dilakukan tanpa bedah, namun pada bayi masih diperlukan pembedahan. KESIMPULAN Variasi penyakit jantung bawaan sangat banyak, dan masing-masing memerlukan tindakan yang berbeda. Sebagian besar jenis penyakit jantung bawaan yang sering dijumpai telah diuraikan disini, dan pembicaraan terfokus pada masalah penanganan medis (non bedah). DAFTAR PUSTAKA * American Heart Association. Family Health: Children and Heart Disease, How A Cardiologist Diagnoses Heart Defects. American Heart Association Website, USA, 2000. * Davies L dan Mann M. Heart Children: A Practical Handbook for Parents of Babies and Children with Heart Conditions. Heart Children Inc New Zealand and Australia Cardiac Association Ltd., Parent to Parent Family Resource Centre, Auckland, 1992. * Heartkids Victoria Incorporated, Family Support Group. Frequently Asked Questions. Department of Cardiology, Royal Children's Hospital Website, Melbourne, 2000. * Putra ST, Advani N dan Rahayoe AU. Dasar-dasar Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Jantung pada Anak. Simposium Nasional Kardiologi Anak I, Forum Ilmiah Kardiologi Anak Indonesia, Jakarta, 1996. http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0507/06/kesehatan/1868338.htm Menambal Jantung Bocor demi Anak Oleh: Evy Rachmawati Penyakit jantung bukan hanya monopoli orang dewasa, melainkan juga dialami anak-anak. Sejak masih dalam rahim, manusia rentan terhadap kelainan jantung bawaan yang terjadi pada masa pembentukan organ tubuh vital itu. Pusat Jantung Nasional Harapan Kita menyebutkan, dari seribu bayi yang lahir hidup di berbagai daerah di Tanah Air, enam hingga sembilan di antaranya mengidap kelainan jantung bawaan. Dengan demikian, tiap tahun sedikitnya 40.000 bayi hidup dengan jantung bocor. Mayoritas bayi yang lahir dengan penyakit jantung bawaan (PJB) itu meninggal sebelum berusia satu tahun. Sementara bayi yang bisa diselamatkan melalui pembedahan hanya 800 hingga 900 kasus per tahun, sebagian besar dilakukan di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita. Berbeda dengan angka kasus penyakit jantung reumatik yang cenderung menurun dalam beberapa tahun terakhir, jumlah kasus kelainan jantung bawaan justru tidak menurun. ”Penyakit jantung bawaan sudah terjadi ketika bayi masih dalam kandungan,” kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof dr Bambang Madiyono SpJP, SpA (K). Terjadinya kelainan jantung bawaan masih belum jelas namun dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk genetik. ”Pembentukan jantung janin yang lengkap terjadi pada akhir semester pertama potensial dapat menimbulkan gangguan pembentukan jantung, terutama pada tiga bulan pertama usia kehamilan,” kata Bambang. Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan gangguan jantung yang terjadi pada masa kehamilan tiga bulan pertama, antara lain paparan sinar rontgen, trauma fisik dan psikis, serta minum jamu atau pil kontrasepsi. Kelainan jantung bawaan juga dapat terjadi jika ibu dari janin itu berusia di atas 40 tahun, menderita penyakit kencing manis, campak dan hipertensi (darah tinggi) serta jika ayah dan ibunya merokok saat janin berusia tiga bulan dalam rahim. Kebocoran Kebocoran sekat jantung pada anak ditandai terhambatnya pertumbuhan anak. Anak dengan PJB juga memiliki berat badan tidak seimbang dengan usianya, nafsu makan berkurang, dan tidak kuat menyedot air susu ibu (ASI). Anak tampak lesu dan mudah capai. Bila dirontgen, jantung tampak membesar dan dengan pemeriksaan stetoskop terdengar suara bising (murmur). Penderita juga tak henti-hentinya batuk dan demam. Dr Ganesja M Harimurti SpJP, spesialis jantung dari Subbagian Jantung Anak Rumah Sakit (RS) Jantung Harapan Kita memaparkan, ada dua golongan besar penyakit jantung bawaan (PJB), yaitu jenis biru (sianotik) dan tidak biru (nonsianotik). ”Kedua golongan itu sama-sama banyak dijumpai pada pasien,” ujarnya. Pada PJB biru, bibir, lidah dan kuku terlihat biru. Warna biru kian nyata bila bayi menangis. Hal ini terjadi karena adanya kelainan pada organ jantung yang mengakibatkan darah kotor mengalir ke sirkulasi darah bersih sehingga bayi menjadi biru. Bila terlalu banyak darah kotor beredar ke sirkulasi darah bersih dan memasuki organ-organ penting seperti otak, maka dapat terjadi sesak napas disertai kejang, bahkan kematian. Namun, pada pekan pertama kelahiran, warna biru biasanya belum tampak dan baru muncul setelah bayi berusia beberapa minggu atau beberapa bulan. Pada golongan PJB tidak biru, keluhan yang sering terjadi, antara lain sesak napas, kesulitan minum (sering berhenti saat minum seolah kelelahan, berkeringat berlebihan) sehingga berat badannya sulit bertambah. Selain itu, penderita sering terkena infeksi saluran napas bagian bawah, bahkan banyak di antaranya mengidap ”penyakit paru kronis atau flek paru”. PJB tidak biru yang sering dijumpai adalah kebocoran pada sekat bilik (VSD), sekat serambi (ASD), terus terbukanya pembuluh yang menghubungkan nadi utama (aorta) dengan pembuluh nadi paru/Duktus arteriosus menetap (PDA), penyempitan katup nadi paru (Stenosis pulmonal/PS). ”PJB tidak biru ini sulit dideteksi karena tidak ada gejala fisik yang khas seperti PJB biru. Pada diagnosa awal, penderita kadang dianggap menderita penyakit paru-paru sehingga didiamkan saja,” kata Ganesja. Pada kasus ASD, VSD, dan PDA, kebocoran adakalanya tidak terdeteksi hingga beberapa hari kelahirannya. Baru setelah bayi berusia seminggu atau lebih, tekanan pada bilik kanan dan pembuluh nadi paru turun sejalan dengan berkembangnya fungsi paru, dan terlihatlah tanda kebocoran. Pada kasus bayi dengan kelainan ASD, VSD, dan PDA, umumnya kebocoran yang terjadi tidak sampai membuat biru. Ini lantaran darah kotor dari bilik kanan tidak beredar ke seluruh tubuh. Sebaliknya darah bersih dari bilik kirilah yang ”menyeberang” ke jantung kanan dan menuju paru-paru. Bila lubang kebocoran hanya sedikit, biasanya bayi tidak terlalu memperlihatkan keluhan. Jika kebocoran makin besar, tanda-tanda ”banjir paru” baru terlihat, antara lain bayi mulai terlihat sesak napas, sering mengalami infeksi saluran napas bagian bawah, dan susah minum. Darah yang membanjir ke paru-paru bisa merusak pembuluh darah di jaringan paru-paru. ”PJB tidak biru ini bisa dideteksi dari detakan jantung bayi yang tidak normal dengan menggunakan stetoskop,” kata Ganesja. Penanganan medis Untuk mencegah gangguan jantung pada janin, Ganesja menyarankan agar pada masa tiga bulan pertama kehamilan, para ibu harus menjaga kondisi kesehatan badan, tidak mengonsumsi obat antibiotik secara sembarangan, tidak merokok dan rajin berkonsultasi dengan dokter kandungan. ”Kelainan jantung bawaan ini perlu diwaspadai sejak dini. Ini bisa dilakukan dengan melakukan USG jantung pada usia kehamilan 16 minggu di mana jantungnya sudah terbentuk sempurna,” ungkap Ganesja. Evaluasi awal untuk menegakkan diagnosis PJB meliputi beberapa tahap, yakni evaluasi klinis yang meliputi riwayat penyakit dan pemeriksaan fisis, pemeriksaan penunjang sederhana, ekokardiografi yang terdiri dari M mode, dua dimensi dan doppler, serta kateterisasi jantung yang meliputi penghitungan hemodinamik dan angiografi. ”Penanganan PJB biru lewat pembedahan,” ujarnya. Namun, belakangan ada kecenderungan kardiologi pediatri intervensi nonbedah mulai mengambil alih peran bedah jantung dalam penanganan PJB tidak biru. Pelebaran katup pulnomal, katup aorta dan koartasio aorta dapat dilakukan dengan teknik balloon valvuloplasty secara transkateter. ”Intervensi nonbedah diharapkan tidak menimbulkan rasa takut pada anak,” kata Ganesja. Sejauh ini, kendala utama penatalaksanaan penyakit PJB adalah ketidaktahuan orangtuanya kalau anaknya sakit jantung, sehingga penanganan medis terlambat. Ini ditambah oleh keterbatasan kemampuan dokter umum maupun dokter anak dalam mendeteksi kelainan jantung pada anak. ”Kalau terlambat dibawa ke sentra jantung terdekat, penyakit itu tidak bisa diapa-apain lagi,” tuturnya. Ketua Yayasan Jantung Anak Indonesia Wahyu Widayati berharap, teknologi kesehatan di bidang intervensi kelainan jantung bawaan ini terus berkembang dengan biaya pengobatan makin murah. Dengan demikian, kebocoran jantung pada anak ini bisa diatasi sehingga para penderita kelainan jantung bawaan tidak kehilangan keceriaan masa kanak-kanak. Rahman-G <rahma...@cbn.net.id> wrote: Teman2 saya mau tanya tentang kelainan katup jantung bayi pd saat pertama dilahirkan, kalo ada salah satu katup yang seharus nya tertutup tetapi ternya malah terbuka ini istilah medis nya apa ya? Rgds, Rahman -------------------------------------------------------------- Info tanaman hias: http://www.toekangkeboen.com Info balita: http://www.balita-anda.com Peraturan milis, email ke: peraturan_mi...@balita-anda.com menghubungi admin, email ke: balita-anda-ow...@balita-anda.com Uci mamaKavin+Ija http://oetjipop.multiply.com S e m a r a n g --------------------------------- Yahoo! Toolbar kini dilengkapi dengan Search Assist. Download sekarang juga. -------------------------------------------------------------- Info tanaman hias: http://www.toekangkeboen.com Info balita: http://www.balita-anda.com Peraturan milis, email ke: peraturan_mi...@balita-anda.com menghubungi admin, email ke: balita-anda-ow...@balita-anda.com