ijin share ya mbak
thx shinta

2010/4/14 hastamto adri <hastanto_ad...@yahoo.com>

> sejenak ku berdoa semoga istriku tercinta tetap untuk
> selamanya...terimakasih bu dewi mohon ijin aku share ke teman2
> y?..terimakasih
>
>
>
> ----- Original Message ----
> From: Dewi Sinta <dewi_si...@mkpi.panasonic.co.id>
> To: balita-anda@balita-anda.com
> Sent: Thu, April 15, 2010 8:12:10 AM
> Subject: [balita-anda] Tempat Yang Tidak Tergantikan.
>
> Sebuah cerita dari seorang teman...
>
> Tempat Yang Tidak Tergantikan.
>
> Empat tahun yang lalu, kecelakaan telah merenggut orang yang kukasihi,
> sering aku bertanya-tanya, bagaimana keadaan istri saya sekarang di alam
> surgawi, baik-baik sajakah?
>
> Dia pasti sangat sedih karena sudah meninggalkan seorang suami yang
> tidak mampu mengurus rumah dan seorang anak yang masih begitu kecil.
> Begitulah yang kurasakan, karena selama ini saya merasa bahwa saya telah
> gagal, tidak bisa memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anak saya, dan
> gagal untuk menjadi ayah dan ibu untuk anak saya. Pada suatu hari, ada
> urusan penting di tempat kerja, aku harus segera berangkat ke kantor,
> anak saya masih tertidur. Ohhh... aku harus menyediakan makan untuknya.
>
> Karena masih ada sisa nasi, jadi aku menggoreng telur untuk dia makan.
>
> Setelah memberitahu anak saya yang masih  mengantuk, kemudian aku
> bergegas berangkat ke tempat kerja.
>
> Peran ganda yang kujalani, membuat energiku benar-benar terkuras.
>
> Suatu hari ketika aku pulang kerja aku merasa sangat lelah, setelah
> bekerja sepanjang hari. Hanya sekilas aku memeluk dan mencium anakku,
> saya langsung masuk ke kamar tidur,  dan melewatkan makan malam. Namun,
> ketika aku merebahkan badan ke tempat tidur dengan maksud untuk tidur
> sejenak menghilangkan kepenatan, tiba-tiba saya merasa ada sesuatu yang
> pecah dan tumpah seperti cairan hangat! Aku membuka selimut dan.....
> disanalah sumber 'masalah'nya ... sebuah mangkuk yang pecah dengan mie
> instan yang berantakan diseprai dan selimut!
>
> Oh...Tuhan! Aku begitu marah, aku mengambil gantungan pakaian, dan
> langsung menghujani anak saya yang sedang gembira bermain dengan
> mainannya, dengan pukulan-pukulan!
>
> Dia hanya menangis, sedikitpun tidak meminta belas kasihan, dia hanya
> memberi penjelasan singkat :
>
> "Dad, tadi aku merasa lapar dan tidak ada lagi sisa nasi. Tapi ayah
> belum pulang, jadi aku ingin memasak mie instan. Aku ingat, ayah pernah
> mengatakan untuk tidak menyentuh atau menggunakan kompor gas tanpa ada
> orang dewasa di sekitar,  maka aku menyalakan mesin air minum ini dan
> menggunakan air panas untuk memasak mie. Satu untuk ayah dan yang satu
> lagi untuk saya .. Karena aku takut mie'nya akan menjadi dingin, jadi
> aku menyimpannya di bawah selimut supaya tetap hangat sampai ayah
> pulang. Tapi aku lupa untuk mengingatkan ayah karena aku sedang bermain
> dengan mainan saya ...
>
> Saya minta maaf Dad ... "
>
> Seketika, air mata mulai mengalir di pipiku ... tetapi, saya tidak ingin
> anak saya melihat ayahnya menangis maka aku berlari ke kamar mandi dan
> menangis dengan menyalakan shower di kamar mandi untuk menutupi suara
> tangis saya.
>
> Setelah beberapa lama, aku hampiri anak saya, memeluknya dengan erat dan
> memberikan obat kepadanya atas luka bekas pukulan dipantatnya, lalu aku
> membujuknya untuk tidur.
>
> Kemudian aku membersihkan kotoran tumpahan mie di tempat tidur.
>
> Ketika semuanya sudah selesai dan lewat tengah malam, aku melewati kamar
> anakku, dan melihat anakku masih menangis, bukan karena rasa sakit di
> pantatnya, tapi karena dia sedang melihat foto mommy yang dikasihinya.
>
> Satu tahun berlalu sejak kejadian itu, saya mencoba, dalam periode ini,
> untuk memusatkan perhatian dengan memberinya kasih sayang seorang ayah
> dan juga kasih sayang seorang ibu, serta memperhatikan semua
> kebutuhannya.
>
> Tanpa terasa, anakku sudah berumur tujuh tahun, dan akan lulus dari
> Taman Kanak-kanak. Untungnya, insiden yang terjadi tidak meninggalkan
> kenangan buruk di masa kecilnya dan dia sudah tumbuh dewasa dengan
> bahagia.
>
> Namun... belum lama, aku sudah memukul anakku lagi, saya benar-benar
> menyesal....
>
> Guru Taman Kanak-kanaknya memanggilku dan memberitahukan bahwa anak saya
> absen dari sekolah. Aku pulang kerumah lebih awal dari kantor, aku
> berharap dia bisa menjelaskan.
>
> Tapi ia tidak ada dirumah, aku pergi mencari di sekitar rumah kami,
> memangil-manggil namanya dan akhirnya menemukan dirinya di sebuah toko
> alat tulis, sedang bermain komputer game dengan gembira. Aku marah,
> membawanya pulang dan menghujaninya dengan pukulan-pukulan.
>
> Dia diam saja lalu mengatakan, "Aku minta maaf, Dad".
>
> Selang beberapa lama aku selidiki, ternyata ia absen dari acara
> "pertunjukan bakat" yang diadakan oleh sekolah, karena yang diundang
> adalah siswa dengan ibunya.
>
> Dan itulah alasan ketidak hadirannya karena ia tidak punya ibu.....
>
> Beberapa hari setelah penghukuman dengan pukulan rotan, anakku pulang ke
> rumah memberitahu saya, bahwa disekolahnya mulai diajarkan cara membaca
> dan menulis.
>
> Sejak saat itu, anakku lebih banyak mengurung diri dikamarnya untuk
> berlatih menulis, yang saya yakin, jika istri saya masih ada dan
> melihatnya ia akan merasa bangga,
>
> tentu saja dia membuat saya bangga juga!
>
> Waktu berlalu dengan begitu cepat, satu tahun telah lewat. Saat ini
> musim dingin, dan Tahun Baru telah tiba.
>
> Semangat Tahun Baru ada dimana-mana juga di hati setiap orang yg lalu
> lalang...
>
> Suara terompet dan bunyi kembang api yg menyala di angkasa terdengar
> diseluruh pelosok jalan .... tapi astaga, anakku membuat masalah lagi..
>
> Ketika aku sedang menyelesaikan pekerjaan di hari-hari terakhir kerja,
> tiba-tiba kantor pos menelpon. Karena pengiriman surat sedang mengalami
> puncaknya, tukang pos juga sedang sibuk-sibuknya, suasana hati mereka
> pun jadi kurang bagus.
>
> Mereka menelpon saya dengan marah-marah, untuk memberitahu bahwa anak
> saya telah mengirim beberapa surat tanpa alamat.
>
> Walaupun saya sudah berjanji untuk tidak pernah memukul anak saya lagi,
> tetapi saya tidak bisa menahan diri untuk tidak memukulnya lagi, karena
> saya merasa bahwa anak ini sudah benar-benar keterlaluan.
>
> Tapi sekali lagi, seperti sebelumnya, dia meminta maaf : "Maaf, Dad".
> Tidak ada tambahan satu kata pun untuk menjelaskan alasannya melakukan
> itu.
>
> Setelah itu saya pergi ke kantor pos untuk mengambil surat-surat tanpa
> alamat tersebut lalu pulang.
>
> Sesampai di rumah, dengan marah saya mendorong anak saya ke sudut
> mempertanyakan kepadanya, perbuatan konyol apalagi ini?
>
> Apa yang ada dikepalanya?
>
> Jawabannya, di tengah isak-tangisnya, adalah : "Surat-surat itu untuk
> mommy.....".
>
> Tiba-tiba mataku berkaca-kaca. .... tapi aku mencoba mengendalikan emosi
> dan terus bertanya kepadanya:
>
> "Tapi kenapa kamu memposkan begitu banyak surat-surat, pada waktu yg
> sama?"
>
> Jawaban anakku itu : "Aku telah menulis surat buat mommy untuk waktu
> yang lama, tapi setiap kali aku mau menjangkau kotak pos itu, terlalu
> tinggi bagiku, sehingga aku tidak dapat memposkan surat-suratku.
>
> Tapi baru-baru ini, ketika aku kembali ke kotak pos, aku bisa mencapai
> kotak itu dan aku mengirimkannya sekaligus".
>
> Setelah mendengar penjelasannya ini, aku kehilangan kata-kata, aku
> bingung, tidak tahu apa yang harus aku lakukan, dan apa yang harus aku
> katakan ....
>
> Aku bilang pada anakku, "Nak, mommy sudah berada di surga, jadi untuk
> selanjutnya, jika kamu hendak menuliskan sesuatu untuk mommy, cukup
> dengan membakar surat tersebut maka surat akan sampai kepada mommy.
>
> Setelah mendengar hal ini, anakku jadi lebih tenang, dan segera setelah
> itu, ia bisa tidur dengan nyenyak.
>
> Saya berjanji akan membakar surat-surat atas namanya, jadi saya membawa
> surat-surat tersebut ke luar, tapi.... saya jadi penasaran untuk tidak
> membuka surat tersebut sebelum mereka berubah menjadi abu.
>
> Dan salah satu dari isi surat-suratnya membuat hati saya hancur......
>
> 'Mommy sayang',
>
> Saya sangat merindukanmu! Hari ini, ada sebuah acara 'Pertunjukan Bakat'
> di sekolah, dan mengundang semua ibu untuk hadir di pertunjukan
> tersebut.
>
> Tapi kamu tidak ada, jadi saya tidak ingin menghadirinya juga.
>
> Aku tidak memberitahu ayah tentang hal ini karena aku takut ayah akan
> mulai menangis dan merindukanmu lagi.Saat itu untuk menyembunyikan
> kesedihan, aku duduk di depan komputer dan mulai bermain game di salah
> satu toko. Ayah keliling-keliling mencari saya, setelah menemukanku ayah
> marah, dan aku hanya bisa diam, ayah memukul aku, tetapi aku tidak
> menceritakan alasan yang sebenarnya.
>
> Mommy, setiap hari saya melihat ayah merindukanmu, setiap kali dia
> teringat padamu, ia begitu sedih dan sering bersembunyi dan menangis di
> kamarnya. Saya pikir kita berdua amat sangat merindukanmu. Terlalu berat
> untuk kita berdua, saya rasa.
>
> Tapi mom, aku mulai melupakan wajahmu. Bisakah mommy muncul dalam
> mimpiku sehingga saya dapat melihat wajahmu dan ingat anda? Temanku
> bilang jika kau tertidur dengan foto orang yang kamu rindukan, maka kamu
> akan melihat orang tersebut dalam mimpimu.
>
> Tapi mommy, mengapa engkau tak pernah muncul?
>
> Setelah membaca surat itu, tangisku tidak bisa berhenti karena saya
> tidak pernah bisa menggantikan kesenjangan yang tak dapat digantikan
> semenjak ditinggalkan oleh istri saya ....
>
> Untuk para suami, yang telah dianugerahi seorang istri yang baik, yang
> penuh kasih terhadap anak-anakmu selalu berterima-kasihlah setiap hari
> padanya.
>
> Dia telah rela menghabiskan sisa umurnya untuk menemani hidupmu,
> membantumu, mendukungmu, memanjakanmu dan selalu setia menunggumu,
> menjaga dan menyayangi dirimu dan anak-anakmu.
>
> Hargailah keberadaannya, kasihilah dan cintailah dia sepanjang hidupmu
> dengan segala kekurangan dan kelebihannya, karena apabila engkau telah
> kehilangan dia, tidak ada emas permata, intan berlian yg bisa
> menggantikan posisinya.
>
>
>
>
> --------------------------------------------------------------
> Info Balita: http://www.balita-anda.com
> Peraturan Milis: peraturan_mi...@balita-anda.com
> Menghubungi Admin: balita-anda-ow...@balita-anda.com
> Unsubscribe dari Milis: balita-anda-unsubscr...@balita-anda.com
>
>

Kirim email ke