Mungkin Anda belum terlalu familiar dengan nama ini. Pertusis dalam
kehidupan sehari-hari lebih sering dikenal dengan nama ‘batuk rejan’, atau
‘batuk 100 hari’. Jenis batuk ini bukan jenis batuk biasa yang biasa kita
alami. Jika batuk biasa dapat sembuh dalam 3-4 hari, batuk ini dapat
berlangsung lama bahkan *dapat menyebabkan kematian terutama jika menyerang
anak bayi yang berusia dibawah 6 bulan.*

Kuman penyebabnya bernama Bordetella pertussis. Kuman yang satu ini dapat
berpindah dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak udara atau
melalui barang-barang yang telah terkontaminasi kuman ini seperti kain,
mainan anak. Ketika sang penderita bersin atau batuk, maka ribuan kuman akan
tersebar ke lingkungan sekitar. Itulah mengapa penyakit ini sangat menular.
Bagian dari tubuh kita yang diserang oleh kuman ini adalah selaput lendir
dari saluran nafas. Saluran nafas kita menjadi meradang dan bengkak, hal ini
juga berakibat pada bertambahnya produksi dari lendir yang sangat
berlebihan. Karena lendir yang dihasilnya jauh melebihi yang biasanya
ditambah dengan pembengkakan, membuat saluran nafas kita menjadi sempit.
Inilah yang membuat tubuh kita merespon batuk dengan tujuan agar sumbatan
ini dapat dikeluarkan.

Pada kasus yang lebih parah, terutama pada anak bayi, dapat menyebabkan
sumbatan jalan nafas yang berakibat kematian.

*Apa Gejalanya ?*
Gejala muncul setelah 5 sampai 21 hari setelah pertama kali terpapar dengan
kuman ini, namun umumnya berkisar antara 7 sampai 10 hari. Pada awalnya
gejalanya seperti flu biasa, berupa pilek, kering atau peradangan pada
tenggorokan, demam. Namun, biasanya lendir yang dihasilkan biasanya sangat
berlebihan.

Setelah muncul gejala ini, penderita bersifat sangat menular sampai kurang
lebih 2 minggu berikutnya. Pada tahap ini, penderita harus dipisahkan yang
lainnya, terutama dengan bayi. Seperti yang telah disebutkan di atas, pada
bayi, penyakit ini bisa menjadi sangat parah sampai pada kematian. Bersamaan
dengan gejala flu tadi, timbulah batuk. Biasanya batuk akan bertambah buruk
pada malam hari. Frekuensi batuk bisa bervariasi. Bisa hanya beberapa kali
sampai ratusan kali perhari, namun biasanya berkisar antara 12 sampai 15
kali.

Pada saat batuk, biasanya wajah penderita menjadi memerah dan mata penderita
menjadi berair. Pada sebagian kasus, karena batuk yang begitu beratnya,
mengakibatkan tidak ada kesempatan penderita untuk menghirup oksigen
diantara periode batuk tersebut, sehingga asupan oksigen menurun dan wajah
menjadi membiru.

Kesulitan bernafas tadi itu menyebabkan antara periode batuk itu, penderita
menarik nafas dengan suara melengking. Karena suara melengking ini lah dalam
bahasa Inggris penyakit ini biasa disebut dengan ‘whooping cough’. Biasanya
pada akhir batuk, penderita akan muntah.

Pada anak bayi kurang dari 6 bulan, suara melengking ini jarang ditemukan.
Gejala yang timbul biasanya tidak spesifik, seperti, penurunan berat badan
yang berarti yang mengakibatkan memerlukan perawatan di rumah sakit. Namun,
bayi umur ini lah yang menderita penyakit paling serius.

Pada orang dewasa, gejala yang ditimbulkan mungkin hanya batuk kering dengan
nafas melengking. Biasanya batuk akan berakhir 6 sampai 8 minggu, walaupun
dengan menggunakan antibiotik. Namun pada sebagian kasus, bisa mencapai 3
bulan atau lebih, maka tak heran, penyakit ini sering dinamakan ‘batuk 100
hari’.

Pada anak, penyakit ini lebih mudah dikenali dari suara batuknya yang khas
yaitu suara melengking saat mengambil nafas. Namun pada yang tidak khas,
para ahli kesehatan biasanya memastikannya dengan mengambil usapan dari
hidung atau tenggorokan untuk memastikan apa kuman penyebabnya.

*Apa Bahaya Pada Bayi ?*
Komplikasi terparah biasanya terjadi jika penyakit ini menyerang bayi.
Sekitar dua pertiga kasus pada bayi, mengharuskan bayi dirawat di rumah
sakit. Bahkan data di Inggris, menunjukan 1 dari 500 bayi yang terserang
pertusis meninggal dunia.

Komplikasi yang timbul biasanya berupa:

   - Organ paru, berupa pneumonia (radang pada jaringan paru), atelektasis
   (kolaps dari jaringan paru) dan bronchiectasis (kantong infeksi pada saluran
   nafas kecil dari paru). Yang biasa menyebabkan kematian pada bayi adalah
   pneumonia dan apnea (suatu periode tanpa nafas)
   - Pendarahan, biasanya pada mata (subconjunctival hemorrhage) akibat
   batuk yang amat parah.
   - Hernia, karena batuk yang parah menyebabkan tekanan dalam perut
   meningkat yang menyebabkan hernia.
   - Kejang. Ini disebabkan karena kurangnya pasokan oksigen ke otak atau
   karena pendarahan kecil pada otak.

*Bagaimana Bila Terkena ?*
Hal yang pasti Anda harus menghubungi ahli kesehatan Anda. Antibiotik jenis
makrolid seperti eritromicin dapat membunuh bakteri Bortella pertussis ini.
Namun, terkadang penggunaan antibiotic tidak berpengaruh pada gejala yang
ada. Hanya, antibiotic ini sangat berguna untuk menurunkan angka penularan
kepada orang lain.

Seperti yang telah disebutkan di atas, setelah gejala pertama timbul,
penderita akan bersifat menularkan sampai kurang lebih 2 minggu. Namun
dengan pemberian antibiotic, waktu itu dapat dipersingkat menjadi sekitar 5
hari.

Yang dapat Anda lakukan sendiri di rumah, berupa:

   - Buat penderita senyaman mungkin untuk bernafas, Biasanya posisi paling
   nyaman jika penderita dalam keadaan duduk.
   - Bersihkan lendir dan muntahan pada saat batuk. Hal ini dimaksudkan agar
   lendir atau muntahan itu tidak masuk ke dalam paru.
   - Perhatikan dengan baik komplikasi-komplikasi yang timbul seperti
   pneumonia agar sedini mungkin dapat diobati.
   - Pastikan, penderita mendapat asupan gizi yang baik untuk membantu
   proses penyembuhan.

*Cegahlah selagi dapat *
Secara umum ada dua cara pencegahan agar Anda atau anak Anda tidak terkena
penyakit ini:

   - Pemberian Antibiotik. Permberian antibiotic berguna bagi orang yang
   belum kebal dan terpapar dengan penderita pertussis ini.
   - Vaksisnasi. Vaksinasi ini sangat bermanfaat dalam mencegah
   terjangkitnya penyakit ini.

*Berkat Vaksin*
Sebenarnya, kita dapat sedikit berlega hati dengan ditemukannya vaksin untuk
penyakit ini. Vaksin ini diberikan pada usia anak 2, 3, dan 4 bulan yang
memacu tubuh untuk menghasilkan sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit
ini. Namun untuk menjaga agar tingkat pertahanan tubuh memadai, maka vaksin
ini dianjurkan diberikan sekali lagi pada usia sebelum masuk sekolah.

Vaksin ini diperkenalkan pada tahun 1950. Sejak saat itu, angka kejadian
penyakit menurun sangat drastic. Di Inggris, sebelum vaksin ini
diperkenalkan terdapat 200,000 kasus pertahun. Namun setelah tahun 1950,
menurun sangat drastic menjadi 2,000 kasus pertahun.

Di Indonesia sendiri, sejak 1970, pemerintah telah mengharuskan anak-anak
untuk mendapatkan vaksin ini. *Biasanya vaksin ini diberikan bersama vaksin
untuk penyakit polio dan tetatus, yaitu DPT.*

Perkembangan terbaru, pada tahun 2005, telah dikembangkan vaksin penguat
(booster) yang bernama Tdap (tetanus-diphtheria-acellular pertussis). Vaksin
ini digunakan penderita dewasa yang sering terpapar tidak hanya dengan
Bordetella pertussis namun juga kuman tetanus dan difteri.

Referensi

‘Batuk 100 Hari yang Sangat Menular’ www.kompas.com
‘DTaP/IPV/Hib’ www.immunisation.org.uk
‘Fast Fact About Whooping Cough’ www.pertussis.com
‘Learn About Whooping Cough’ www.pertussis.com
‘Medinfo: Whooping Cough’ www.medinfo.co.uk
‘Pertussis: Department of Health- Policy and Guidance’ www.dh.gov.uk
‘Whooping Cough (Pertussis) – Patient UK’ www.patient.co.uk
‘Whooping Cough- Health Encyclopaedia-NHS Direct’ www.nhsdirect.nhs.uk
‘Whooping Cough Printout for Doctors’ www.whoopingcough.net


-- 
rgds,
Lita

Kirim email ke