Kalau aku lihat ortu spt itu, ku siksa tp gak sampai mati. 

Sent from Nibiru®
powered by The Moon, The sky, The Sun

-----Original Message-----
From: sofiafirdausta...@yahoo.com
Date: Wed, 13 Apr 2011 06:26:46 
To: <balita-anda@balita-anda.com>
Reply-To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: Re: [balita-anda] Ayah,Kembalikan Tangan Dita
Baca ini bukan menangis mbak.. Yg ada marah.. 
Powered by Mama-nya Fathiya ^_^

-----Original Message-----
From: amyju...@yahoo.com
Date: Wed, 13 Apr 2011 05:30:32 
To: balita-anda@balita-anda.com<balita-anda@balita-anda.com>; 
ba-de...@yahoogroups.com<ba-de...@yahoogroups.com>
Reply-To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: [balita-anda] Ayah,Kembalikan Tangan Dita
Siapkan beberapa helai tisue sebelum membacanya....
Ayah kembalikan tangan Dita

November 21st, 2010 by adminkamarsolusi

Sepasang suami isteri seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan 
anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, 
perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap 
kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur.
Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun 
memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.
Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat 
mobil ayahnya diparkirkan, tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka 
coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya… karena 
mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini 
pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.

Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari 
macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke 
sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, 
lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu 
berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.

Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang 
baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak 
yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, “Kerjaan siapa ini !!!” 
….

Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar. Dia juga 
beristighfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih2 melihat wajah bengis 
tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan 
‘ Saya tidak tahu..tuan.” “Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau 
lakukan?” hardik si isteri lagi.

Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. 
Dengan penuh manja dia berkata “DIta yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik 
…kan!” katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa. Si ayah 
yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di 
depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali2 ke telapak tangan anaknya. Si anak 
yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas 
memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.
Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan 
hukuman yang dikenakan.

Pembantu rumah terbengong, tdk tahu hrs berbuat apa… Si ayah cukup lama 
memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si 
ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak 
kecil itu, membawanya ke kamar.

Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka2 
dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya 
dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih 
saat luka2nya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil 
itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. 
Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu 
ke majikannya. “Oleskan obat saja!” jawab bapak si anak.

Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan 
waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga 
hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga 
begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. “Dita demam, 
Bu”…jawab pembantunya ringkas. “Kasih minum panadol aja ,” jawab si ibu. 
Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat 
anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar 
pembantunya. Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa 
suhu badan Dita terlalu panas. “Sore nanti kita bawa ke klinik. Pukul 5.00 
sudah siap” kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa 
ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya 
susah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan 
ibu anak itu. “Tidak ada pilihan..” kata dokter tersebut yang mengusulkan agar 
kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah. “Ini sudah 
bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari 
siku ke bawah” kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar 
mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat 
dikatakan lagi.

Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata 
isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan 
pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, 
si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut 
kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. 
Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan 
sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. “Ayah.. ibu… Dita tidak akan 
melakukannya lagi…. Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi… Dita 
sayang ayah.. sayang ibu.”, katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal 
menahan rasa sedihnya. “Dita juga sayang Mbok
Narti..” katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu 
meraung histeris.

“Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tdk akan 
mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti?… Bagaimana Dita mau 
bermain nanti?… Dita janji tdk akan mencoret2 mobil lagi, ” katanya 
berulang-ulang.

Serasa copot jantung si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung2 dia sekuat 
hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah 
jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua 
tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski 
sudah minta maaf.

NB: Buat anda yang telah menjadi orang tua dan atau calon orang tua. 
Ingatlah….semarah apapun anda, janganlah bertindak berlebihan. Sebagai orang 
tua, kita patut untuk saling menjaga perbuatan kita especially pada anak2 yg 
masih kecil karena mereka masih belum tahu apa2.
dan ingatlah, anak adalah anugrah dan amanah yang dititipkan oleh TUHAN untuk 
kita.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kirim email ke