TFS



SUSAN - Unit Manager 
PT Prudential Life Assurance 
08159117983 - 02140303197

-----Original Message-----
From: "Myin" <mie...@gmail.com>
Date: Tue, 14 Feb 2012 04:47:33 
To: balita-anda@balita-anda.com<balita-anda@balita-anda.com>
Reply-To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: [balita-anda] 18 Trik Mendisiplinkan Anak
18 Trik Mendisiplinkan Anak

Sering kali, orangtua terus berkutat dengan masalah kedisiplinan yang idealnya 
selalu dipatuhi anak-anak. Orangtua terkadang harus memaksa anak-anaknya untuk 
disiplin di rumah, menghormati orangtua, bicara dengan nada yang santun, rajin 
belajar, tidur siang tepat waktu, yang intinya mengatur semua gerak-gerik Si 
Kecil.


Namun, harus tetap ingat, kedisiplinan yang Anda maksud tak hanya melakukan 
koreksi pada tingkah laku anak-anak saja. Tapi juga mengajarkan kepada mereka 
cara untuk bisa mengontrol dirinya, serta peduli akan lingkungannya, sehingga 
mereka dapat tumbuh menjadi orang yang berhasil di kemudian hari.

Untuk itu, ada beberapa pendekatan yang dapat Anda lakukan untuk membantu 
anak-anak mendisiplinkan dirinya.

1. Tegas
Jika Anda melarang anak-anak untuk tidak melakukan sesuatu, buatlah 
alasan-alasan yang masuk akal, dengan memberikan penjelasan dan bimbingan 
padanya. Anak jaman sekarang pasti tidak akan mau menerima alasan seperti, 
"Jangan duduk di depan pintu, pamali!" Atau, "Jangan main terlalu sore, nanti 
diculik Kalong Wewe!" Beritahu alasannya, kenapa dia tidak boleh duduk di depan 
pintu atau bermain sore-sore, menjelang malam.

2. Jangan Plin Plan
Pada dasarnya, Si Kecil akan meniru apa yang orang dewasa lakukan. Begitu pun 
jika Anda dan pasangan bertindak plin-plan terhadap suatu keputusan. Misalnya, 
Anda tak setuju dia melompat-lompat di tempat tidur, sementara pasangan Anda 
membiarkannya. Hal ini hanya akan membuat dia bingung, akibatnya dia jadi 
mengabaikan ketidaksetujuan Anda. Jadi, buatlah kesepakatan keputusan dengan 
pasangan agar anak-anak jadi mudah dalam bersikap.

3. Kompromi
Anak-anak tak selalu bisa mengatasi dan membedakan antara persoalan yang besar 
dan kecil. Sesekali, berkompromi dan mengertilah diri mereka. Tindakan kompromi 
akan membuat anak-anak menjadi lebih mudah menghadapi persoalan yang lebih 
besar nantinya. Misalnya, jika dia lalai menengok ke kiri-kanan saat akan 
menyeberang jalan, lain kali dia tak akan begitu lagi. Jika Anda keberatan 
dengan sikapnya, nyatakan dengan jelas. Misalnya, "Berhentilah melempar-lempar 
mainanmu, Nak!" Tapi, jangan katakan, "Hei, mainannya jangan dilempar-lempar, 
dong!"

4. Beri Bimbingan
Jika anak Anda mengobrak-abrik buku dari lemari yang ada di ruang keluarga, 
katakan saja, "Maukah kamu berhenti 'bermain' buku? Baca saja, ya di kamarmu?" 
Jika dia tak memedulikan perkataan Anda, dengan cara yang lembut namun tegas, 
Anda bisa membimbingnya ke kamar dan katakan padanya, dia boleh kembali ke 
ruang keluarga jika mau mendengarkan kata-kata Anda.

5. Beri Peringatan
Jika anak tahu aturan yang telah Anda buat, pada usia tertentu, Anda hanya 
perlu bertanya padanya, ketika melakukan pelanggaran. Dia akan langsung merasa 
segan pada Anda, karena ada konsekuensi atau sanki yang harus diterimanya 
segera, setelah pelanggaran dibuat. Jika Anda terbiasa membuat batasan 
peringatan sampai hitungan 5, kali ini kurangi sampai hitungan ke 3, sehingga 
anak akan belajar untuk segera mengubah sikap setelah diberi peringatan.

6. Beri Alasan
Jika anak bermain-main dengan benda tajam, Anda tentu harus lebih berhati-hati 
memperingatinya. Terangkan dengan bahasa yang jelas dan sederhana, apa yang 
akan Anda lakukan dan sebutkan alasannya. Misalnya, "Mama simpan pisaunya ya, 
Sayang, nanti bisa melukai tanganmu!" Atau, "Mama minta kamu jangan main air 
ya, nanti lantainya jadi licin dan bisa bikin kamu terjatuh."

7. Jangan Tunda Hukuman
Jika Anda ingin menghukum anak yang tidak disiplin, hukumlah segera setelah 
Anda tahu dia tidak disiplin. Jangan sampai Anda menunda memberi hukuman 
padanya. Sebab, anak-anak tidak akan mau menerima hukuman beruntun atau 
mengulangi kesalahan. Berilah hukuman yang mendidik, seperti menyapu lantai, 
merapikan tempat tidur, tidak main play station atau barbie, atau membersihkan 
kamar mandi.

8. Tetap Tenang
Marah sambil berteriak, membentak, atau menceramahi anak tanpa henti, akan 
membuat Anda menjadi orang yang melakukan tindak kekerasan verbal terhadap 
anak. Tindakan ini justru bisa merusak rasa penghargaan diri pada anak Anda. 
Akibatnya, anak jadi tidak memiliki rasa pede di ahdapan orangtuanya.

9. Bertekuk Lutut
Menunduklah saat berbicara pada Si Kecil, terutama saat memberi kritikan 
padanya. Tekuklah lutut Anda atau ambil posisi duduk di hadapnnya, agar 
pandangan mata Anda sejajar dengannya. Dengan sikap seperti ini, Anda tak perlu 
merasa khawatir akan kehilangan respek darinya. Justru sebaliknya, dia akan 
semakin menghormati dan menghargai Anda sebagai orangtua.

10. Jangan Ceramah
Ajaklah Si Kecil ngobrol dan berdiskusi, dari pada diceramahi panjang lebar. 
Meskipun tampaknya pernyataan ini tidak bernada keras, seperti, "Sudah 
berkali-kali Mama bilang ..." Atau, "Setiap saat kamu kok ...", tetap memberi 
kesan seolah-olah dia ditakdirkan untuk selalu mengecewakan Anda, apapun yang 
dia perbuat.

Cobalah gulirkan pertanyaan-pertanyaan seperti, "Merokok, kan, enggak baik 
untuk anak-anak, ya?" Atau, "Apakah kamu suka jika temanmu mengganggu terus di 
sekolah, Nak?" Kritiklah sikapnya, jangan salahkan dirinya.

11. Tunjukkan Sikap PositifTerlalu banyak waktu Anda yang terbuang jika hanya 
mengkritik sikap buruk Si Kecil. Sebaliknya, Anda jadi kekurangan waktu untuk 
memberinya pujian atas sikap positifnya. Ada kalanya, sesekali Anda perlu 
mengucapkan, "Mama senang, lho, lihat kamu membereskan mainan dan menyimpannya 
di tempat semula."

12. Bermain Bersama
Jika sempat, tak ada salahnya Anda meluagkan waktu sebenatr dan ikut 
bermain-main denganyya. Buatlah permainan bernuansa perlombaan semacam "siapa 
cepat dia dapat." Permainan ini akan melatih anak Anda bertindak cepat setelah 
ada aba-aba dari Anda, atau yang dia ucapkan sendiri.

13. Hindari Rasa Jengkel
Belajarlah untuk memaklumi hal-hal yang bisa memicu anak kesal dan jengkel. 
Umumnya, perasaan tidak nyaman ini dialami anak-anak saat dia sedang kelelahan, 
saat Anda terlalu menuntutnya berbuat lebih, saat dia lapar, dan saat dia 
sakit. Minimalisasi kondisi-kondisi yang membuatnya tidak nyaman ini untuk 
mengurangi kejengkelan pada anak.

14. Jangan Menampar!
Tamparan keras yang Anda berikan di wajahnya, akan berpengaruh buruk bagi diri 
anak, juga Anda. Anak yang pernah ditampar orangtuanya akan merasa lebih 
menderita, dari pada perasaan tidak dihargai atau depresi sekalipun. Tindakan 
ini pun sekaligus bisa mengajarkan, secara tidak langung pada anak, untuk 
menyelesaikan segala persoalan dengan cara kekerasan.

15. Jangan Menyuap
Jangan membiasakan memberi uang atau hadiah kepada anak saat Anda memintanya 
untuk mengerjakan atau melarang sesuatu. Kebiasaan seperti ini bisa membuat 
anak jadi tidak mau mengerjakan atau menghindari sesuatu, jika belum diberi 
uang atau hadiah.

16. Bersikap Dewasa
Bersenda gurau dengan cara melucu berlebihan, dengan menggigiti atau 
menarik-narik rambut anak Anda, untuk menunjukkan rasa sayang, merupakan 
tindakan yang salah. Bersikaplah sewajarnya, sebagai orang dewasa seperti 
menggenggam tangannya, memeluknya, atau memberi ciuman di kedua pipi atau 
kepalanya.

17. Hadapi Rengekan
Katakan kepada anak-anak untuk tidak merengek saat meminta sesuatu dan tegaskan 
pula, Anda tidak akan mengabulkan permintaannya jika disampaikan dengan cara 
merengek atau menangis. Kecuali, jika dia meminta sesuatu dengan sikap yang 
manis dan sopan.

18. Contoh Baik
Jika suatu kali anak Anda pernah memerogoki Anda sedang berdebat dengan 
pasangan tanpa menggunakan kekerasan, dia akan meniru sikap baik itu. Tapi, 
jika Anda dan pasangan bertengkar dengan saling menghina, memukul, atau 
berteriak, anak Anda akan meniru sikap-sikap buruk itu di kemudian hari.

Dari 18 trik di atas, yang terpenting, Anda harus mengerti terlebih dulu 
kondisi anak-anak. Berusaha untuk membuatnya menjadi lebih disiplin, tanpa 
memahami bagaimana dan apa yang dia lakukan, sama halnya seperti menuangkan 
sirup ke dalam botol tertutup. Dengan kata lain, percuma saja dan hanya akan 
memperburuk keadaan di kemudian hari.

Hubungan dan komunikasi yang baik dengan anak memang sangat perlu dilakukan. 
Yang bisa Anda lakukan segera untuk mengatasi masalah ini, yaitu Anda hanya 
perlu bertanya kepada anak, apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa dia berbuat 
begitu. Pada beberapa kasus, anak-anak dapat berterus terang tentang masalahnya 
kepada orangtua. Namun, jika dia tak mau berterus terang, sementara Anda tidak 
mempunyai cara lain untuk bertindak, tetaplah berpikir positif.
‎​-̶̶•-̶̶•̸Ϟ•̸M_Y•̸Ϟ•̸-̶̶•-̶

Kirim email ke