Subhanallah

--- Pada Sen, 23/7/12, Aldo Desatura ™ <hanja...@gmail.com> menulis:

Dari: Aldo Desatura ™ <hanja...@gmail.com>
Judul: [balita-anda] untungnya melahirkan
Kepada: "BAOT" <ba_...@balita-anda.com>, "Batita" <balita-anda@balita-anda.com>
Tanggal: Senin, 23 Juli, 2012, 9:14 PM

Untungnya Melahirkan Itu Sakit

Bismillahir Rahmanir Rahim …

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
( Ali Imran {3}: 190-191)

Bukan kebetulan kalau melahirkan itu sakit. Andaikata Allah Subhanahu
wata’ala menghendaki, tak ada yang sulit untuk menghapus rasa sakit itu.
Mudah pula bagi Allah Ta’ala untuk mencabut susah payah yang dirasakan oleh
ibu-ibu hamil sejak awal mengandung hingga siap melahirkan. Cukuplah bagi
Allah Ta’ala bertitah “Kun!” maka jadilah apa yang Ia kehendaki.

Ingatlah ketika Allah Ta’ala berfirman, “Allah Pencipta langit dan bumi,
dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia
hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”. Lalu jadilah ia.” (Al-Baqarah, {2}:
117).

Kalau kemudian harus ada rasa sakit, bahkan kesakitan yang luar biasa,
pasti ada manfaat besar dibaliknya. Ada hikmah dibalik rasa sakit saat
melahirkan baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan. Tentu saja seorang
ibu harus merawat kehamilannya dengan baik, menjaga kesehatannya dan
melakukan hal-hal yang memang semestinya dilakukan untuk menjaga bayi yang
ada dalam kandungan. Ini bukan untuk menghilangkan rasa sakit saat
melahirkan, tetapi sebagai penghormatan terhadap amanah Allah Ta’ala berupa
kehamilan.

Andaikata rasa sakit saat melahirkan membawa keburukan besar bagi bayi yang
dilahirkan beserta ibunya, tentu Allah Ta’ala mencabut rasa sakit itu.
Andaikata rasa sakit saat bersalin membawa keburukan besar yang
membahayakan ibu dan anak, secara fisik maupun mental, niscaya kita sudah
nyaris punah. Tak ada lagi yang mau melahirkan disebabkan besarnya rasa
sakit. Tak ada lagi yang bisa melahirkan secara normal disebabkan trauma
persalinan yang tak berkesudahan. Sedangkan anak-anak yang dilahirkan sudah
mengalami banyak masalah.

Tetapi tidak…!
Berjuta-juta ibu tetap tersenyum bahagia justru beberapa detik setelah
melewati rasa sakit itu. Begitu bayi lahir dengan selamat, segala rasa
sakit itu seakan telah terbayar lunas. Wajah mereka berseri-seri, bahkan di
saat yang menunggui persalinan masih merasa penat. Justru besarnya rasa
sakit itulah yang membuat persalinan lebih bermakna. Ada perjuangan, ada
pengorbanan. Salah satu hikmahnya, ikatan emosi antara ibu dan anak
terbentuk lebih kuat sejak hari pertama, bahkan semenjak bayi belum lahir
karena kepayahan yang bertambah-tambah saat mengandung.

Jika kita menyimak sejarah, orang-orang besar dalam dien ini bahkan
dilahirkan bukan saja dengan rasa sakit yang amat sangat, lebih dari itu
ada penderitaan yang nyaris tak tertanggungkan kecuali bagi orang-orang
yang memiliki keimanan sangat kuat. Bukankah Bunda Nabiyullah Ismail adalah
perempuan salehah istri seorang nabi? Bukankah doa seorang nabi sangat
mustajabah? Tetapi kenapa masih harus ada rasa sakit dan kesengsaraan yang
mengiringi kelahiran Isma’il ‘alaihissalam?

Ada pelajaran di sini. Ada yang patut kita renungkan; apa yang harus kita
perbuat dengan ongkos yang telah dikeluarkan oleh para ibu berupa rasa
sakit dan kepayahan yang bertambah-tambah saat mengandung hingga melahirkan.

Mari kita ingat sejenak firman Allah ‘Azza wa Jalla:
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan
susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh
bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh
tahun ia berdoa: ‘Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau
yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku
dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku
dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat
kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah
diri”.” (Al-Ahqaaf, {46}: 15).

Tak ada yang kebetulan di dunia ini. Setiap ketetapan Allah Ta’ala pasti
terkandung kebaikan besar di dalamnya. Sebagaimana pada setiap perintah
Allah Ta’ala dan sunnah rasul-Nya pasti ada kemuliaan. Bukan daging kambing
yang menyebabkan darah tinggi sehingga banyak kaum muslimin yang
menghindari sunnah nabi. Tetapi gaya hidup kitalah yang menyebabkan kita
mudah penyakitan.

Tetapi, haruskah para perempuan tetap melahirkan dengan rasa sakit?
Bukankah semakin banyak berkembang teknologi maupun metode-metode yang
diklaim dapat membebaskan para perempuan dari rasa sakit saat melahirkan?

Catatan Dr. Denis Walsh menarik untuk kita perhatikan. Associate Professor
kebidanan di Nottingham University ini menunjukkan dalam tulisannya yang
dimuat di jurnal Evidence Based Midwivery (Kebidanan Berbasis Bukti)
terbitan Royal College of Midwives (RCM) bahwa rasa sakit saat melahirkan
sangat bermanfaat bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan.

Walsh menulis, “Rasa sakit dalam persalinan merupakan sesuatu yang
bertujuan, penuh manfaat, memiliki sangat banyak keuntungan, seperti
misalnya mempersiapkan ibu untuk mengemban tanggung-jawab mengasuh bayi
yang baru lahir.”

Lebih lanjut Walsh menunjukkan bahwa rasa sakit saat melahirkan bersifat
sesaat, sangat menyehatkan dan mempercepat terbentuknya ikatan emosi yang
baik antara ibu dan anak. Walsh menekankan bahwa melahirkan secara alamiah
merupakan pilihan terbaik. Usahakan dengan sungguh-sungguh agar setiap
persalinan berlangsung alamiah.

Dari catatan Walsh kita juga bisa memetik satu pelajaran penting. Jangan
memilih operasi caesar untuk persalinan Anda kecuali sangat terpaksa, yakni
ketika tidak ada pilihan lain dan secara medis memang diharuskan untuk
bersalin melalui operasi. Karenanya, pastikan Anda memilih dokter yang
memiliki integritas pribadi sangat kuat; dokter yang tidak mudah
menganjurkan operasi hanya karena uang. Ini penting untuk kita perhatikan
karena uang itu “hijau” meskipun warnanya pink.

Bagaimana dengan hypnobirthing? Selain tidak didukung bukti-bukti yang
kuat, Walsh juga menganjurkan agar ibu hamil tidak mengikuti program
semacam ini. Sadar atau tidak, pilihan mengikuti program hypnobirthing
telah melemahkan mental untuk siap berjuang dan berpayah-payah dalam
mendidik anak. Berhasil atau gagal, dua-duanya tidak baik untuk Anda. Salah
satu yang mengkhawatirkan jika Anda gagal menghilangkan rasa sakit saat
bersalin, rentan memunculkan kekecewaan dan penolakan terhadap anak.

Dalam hal ini, sikap mental sebelum melahirkan sangat berpengaruh terhadap
bagaimana seorang ibu menjalani persalinan dan mengasuh anak di masa-masa
berikutnya. Jika Anda terpaksa bersalin melalui prosedur operasi caesar,
sementara Anda sangat berkeinginan untuk melahirkan secara normal dan pada
saat yang sama tidak ada niatan untuk menghindari rasa sakit, maka Anda
akan lebih siap mengasuh, merawat dan mendidik anak Anda.

(Sumber: SUARA HIDAYATULLAH Oleh Mohammad Fauzil Adhim)

Wallahu a’lam bishawab.

-- 



*sudah banyak bukti sukses dari JSS makanya buruan daftar
disini<http://caridikit.blogspot.com/2012/03/belajar-investasi.html>
Profit
2%/hari dan cashback menanti anda...*

untuk info lengkap & petunjuk lebih lanjut silahkan hubungi saya di
FaceBook : hanja...@gmail.com
YM           : desat...@yahoo.com
Gtalk        : hanja...@gmail.com

Kirim email ke