Dear moms & dads,
kalau sudah pernah baca del saja - thanks.

Regards,
Fifianza bundaya Molly & Tyo


-----Original Message-----

 CHARLENE, Penderita SAPI GILA yang Masih Bertahan Hidup

 Dia baru saja lulus perguruan tinggi ketika gejala mengerikan itu muncul ke
 permukaan.

 Charlene, baru berusia 22 tahun. Dia dikenal sebagai gadis cantik, periang
 dan berhati lembut. Entah mengapa, perangainya mendadak berubah jadi lekas
 naik darah. Ingatannya juga payah, dia gampang lupa. Tangan kanannya sering
 gemetar, begitu juga kaki kirinya. Keseimbangan tubuhnya pun lenyap.

 "Dia hanya bisa menangis, menangis dan menangis," ceritera Patrick,
 ayahnya. "Dia tahu dirinya sakit, tetapi tidak tahu apa penyakitnya."

 Hanya dalam waktu enam bulan, gadis Miami itu tergolek tak berdaya, tak
 mampu bicara atau mengontrol fungsi jasmaninya.

 "Fisiknya mengalami kemunduran sangat cepat. Dia kehilangan kesadaran. Dia
 tidak tahu berada dimana, dan tidak mengenali keluarganya," lanjut Patrick.

 Hari ini, dua tahun setelah gejala pertamanya muncul --gadis yang kini
 berusia 24 tahun itu-- masih terbaring di tempat tidur. Otaknya mengalami
 kerusakan sangat parah. Dia makan melalui pipa di dalam perutnya.

 Meski menurut ahli medis tak ada harapan bagi gadis malang ini hidup lebih
 lama, ibunya dengan telaten memandikan, memberi makan dan menjaganya selama
 24 jam penuh. Tak heran jika, Charlene yang tadinya divonis bertahan hidup
 selama 3 bulan, masih hidup hingga sekarang.

 "Dia menunjukkan gejala membaik, karena ibunya merawatnya dengan cermat,"
 ujar bibinya, Sharon.

 "Sebenarnya berat bagi ibunya berada di kamar setiap hari bersama putrinya,
 sebab Charlene tidak bisa ditinggal. Setiap saat dia butuh bantuan untuk
 bernafas dan ibunya duduk disampingnya setiap hari."

 Baru-baru ini seorang dokter menawarkan bantuan dengan memberinya perawatan
 hyperbaric. Oksigen murni dipompakan ke dalam paru-parunya seminggu tiga
 kali agar otaknya bisa berfungsi lebih baik.

 "Ketika pertama kali datang, dia benar-benar tidak sadar, dan sama sekali
 tak mampu merespon perintah yang diberikan," ujar Dr. Neubauer.

 Setelah 192 kali perawatan, Charlene tak hanya bertahan hidup, dia bisa
 berbicara (tepatnya berbisik) meski baru sedikit, dan melakukan perintah
 sederhana. Berat badannya mulai naik, dan terlihat lebih gembira. Beberapa
 bagian tubuhnya sudah bisa digerakkan.

 "Saya tak pernah menyerah dengan keadaan Charlene, tak sedetik pun. Sejauh
 ini kami sudah mengalami kemajuan pesat. Saya berharap dan juga
 berdoa--suatu hari nanti, putri kami bisa bangun dari tempat tidurnya dan
 berjalan. Saya yakin itu akan terjadi," kata sang ayah.

 ***

 Charlene adalah satu-satunya orang di Amerika Serikat yang menderita
 penyakit sapi gila yang menyerang jaringan saraf otaknya dalam bentuk
 varian Creutzfeldt Jakob Disease (vCJD).

 Ayah Charlene yakin putrinya pertama kali tertular penyakit ini 11 tahun
 lalu akibat memakan daging sapi yang terjangkit penyakit sapi gila. Ketika
 itu, usianya baru 13 tahun, dan mereka sekeluarga masih tinggal di Inggris.

 Sembilan tahun kemudian, ketika keluarga Charlene sudah pindah ke Florida,
 Amerika Serikat, gejala penyakitnya baru muncul.

 Penyakit sapi gila memang memiliki karakteristik dengan masa inkubasi yang
 panjang. Inkubasi pada sapi berlangsung antara 3 tahun hingga 8 tahun,
 sedangkan pada manusia masa inkubasinya belum diketahui, tetapi
 diperkirakan sekitar 5 tahun hingga 20 tahun. Selama masa inkubasi tidak
 ada tanda-tanda penyakit yang kasatmata.

 Awal tahun ini, kisah Charlene diangkat kembali di berbagai media terkemuka
 Amerika seperti CNN dan Washingthon Post, menyusul ditemukannya penyakit
 sapi gila di negara bagian Washington, 23 Desember 2003 lalu.

 "Saya merasa ngeri dan ketakutan, mengapa hal ini terjadi lagi? Rasanya
 seperti berada di Inggris kembali, dan melihat semuanya terjadi lagi," kata
 Patrick.

 "Saya khawatir orang-orang akan makan daging sapi yang terinfeksi, dan
 mereka sekarat akibat penyakit ini."

 Hingga hari ini, penyakit sapi gila pada manusia sudah menyerang 153 orang
 di seluruh dunia. Sebagian besar, 143 kasus, terjadi di Inggris, dimana
 penyakit ini pertama kali dideteksi pada 1996. Enam kasus lainnya terjadi
 di Prancis, selebihnya masing-masing satu kasus berada di Italia, Irlandia,
 Kanada dan Amerika Serikat.

 Bila ditelusuri, semuanya berkaitan dengan mewabahnya penyakit sapi gila di
 Inggris pada November 1986, yang kemudian menyebar ke Belgia, Prancis,
 Italia, Portugal, dan Spanyol.

 Sesuai dengan namanya, penyakit sapi gila ini menampakkan gejala kegilaan,
 yaitu kehilangan koordinasi, depresi, ketakutan, terlalu peka, tremor,
 agresif, gerakannya tidak terarah, gelisah, dan gejala psikis lainnya.

 Gejala itu muncul karena ada kerusakan otak yang terjadi secara
 perlahan-lahan, di mana akhirnya otak sapi tersebut berbentuk seperti
 spons. Makanya, dalam Bahasa Latin penyakit ini disebut bovine spongiform
 encephalopathy (BSE).

 Penyakit sapi gila ditularkan kepada manusia melalui konsumsi daging sapi
 yang terinfeksi, yang kemudian menyerang jaringan saraf otak manusia dalam
 bentuk varian Creutzfeldt Jakob Disease (vCJD).

 Manusia yang terkena vCJD akan kehilangan kekuatannya, pertumbuhan badannya
 praktis terhenti. Penyakit ini, cepat atau lambat merambat ke otak kemudian
 membuat otak manusia tidak lagi utuh, berubah seperti spons atau busa kursi
 yang bolong-bolong. Jika ini terjadi, maka tidak ada kekuatan yang bisa
 menahan kecuali mukjizat Tuhan dan keteguhan hati seperti yang ditunjukkan
 keluarga Charlene. (zrp/CNN/Washington Post)

---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke