Bener nih flueya beda dgn yg di negara-2 lain ? Susah kalau cuma mengandalkan omongan pemerintah.
endra ===== Dari republika.co.id Jatim Bukan Flu Burung, Tapi Avian Influensa SURABAYA -- Meski tidak menolak ayam ternak di Jatim banyak yang mati, namun kematian ayam-ayam tersebut bukan karena disebabkan terserang flu burung, sebagaimana yang menyerang ayam di Thailand dan negara-negara lain. Di Jatim, menurut Kepala Dinas Peternakan Pemprov Jatim, drh Sigit Hanggono, kematian ayam tersebut karena terserang virus influenza tipe A atau Avian Influensa (AI). Jenis virus yang menyerang ayam di Jatim, kata Sigit, sama sekali tidak berbahaya bagi manusia. Sementara, virus flu burung yang menyerang negara-negara di Asia adalah influenza tipe B. Virus influenza ini terdiri atas tiga tipe. Yakni A, B dan C. ''Nah, virus tipe B inilah yang menyerang ayam di Thailand dan membahayakan manusia,'' urai kadisnak pada wartawan di Pemprov Jatim, kemarin (26/1). Kepastian ayam-ayam di Jatim, termasuk di Jawa Barat maupun Jawa Tengah terserang virus jenis ini diperkuat pernyataan pemerintah pusat melalui dirjen peternakan bahwa secara nasional terserang influensa tipe A. ''Secara resmi memang baru diumumkan hari ini. Mengapa begitu lama, karena untuk memutuskan wabah apa yang menyerang ternak itu harus dilakukan kajian epidemiologi positif, klinis positif dan kajian laboratorium positif,'' ungkap dia. Bukti bahwa flu burung tidak menyerang di Indonesia adalah tidak adanya korban manusia. Sigit menegaskan, petugas teknis laboratorium disnak tidak ada yang mati meski mereka keluar masuk kandang. Padahal sebelum penyakit ini diketahui, mereka keluar masuk kandang tanpa menggunakan peralatan pengaman. Dia memastikan bahwa petugas kandang tidak ada yang menjadi korban. Menurutnya, sejak kali pertama influensa itu mewabah sudah diketahui influenza tipe A. Namun, ketika diperiksa di laboratorium, DNA tipe A tersebut tampak dominan. Baru setelah ada tim yang berangkat ke Cina untuk meneliti DNA, diketahui yang di Indonesia adalah tipe A. Kondisinya tidak sama dengan flu burung di Cina. Kadisnak menegaskan pihaknya tiap saat melakukan monitoring dan pelaporan terhadap kondisi ternak di Jatim. Hingga kemarin, menurutnya kondisi ayam yang mati akibat terserang virus ini sebanyak 200 ribu ekor. Sementara, jumlah populasi ayam di Jatim seluruhnya 29 juta ekor. Ayam yang terserang paling banyak ayam petelur. ''Ayam pedaging kecil sekali,'' cetusnya. Sedang yang lain didepopulasi (yang sehat ikut dipotong -red). Langkah depopulasi ini dilakukan untuk mencegah menyebarnya virus ke ayam-ayam lain serta mencegah tingkat kerugian yang dialami peternak. Jumlah yang didepopulasi sendiri menurut Sigit mencapai 3,8 juta ekor. ''Kandang kita kan kecil-kecil. Tidak seperti di luar negeri yang dalam satu kandang terdapat ratusan ribu ekor ayam. Kalau di sini antara lima ribu ekor. Nah, jika dalam satu kandang yang terserang misalnya 15 ekor, maka ayam yang sehat dalam satu kandang tersebut didepopulasi,'' ujarnya. Sebenarnya, lanjut Sigit, gejala banyaknya ayam yang mati di Jatim ini sudah terjadi sejak bulan Oktober 2003 lalu. Sigit mengakui peternak resah dengan kejadian ini. Pemprov pun saat itu langsung bertindak. Salah satunya dengan membuat vaksinasi. ''Sebenarnya sudah dilakukan vaksinasi. Tapi tingkat keberhasilannya sangat kecil, sekitar 10 persen saja. Sebab, masih belum diperoleh kepastian virus tipe apa yang menyerang. Sehingga vaksin yang diberikan bersifat untung-untungan. Nah, dari pada rugi, oleh peternak ayam-ayam yang sehat dipotong untuk dijual,'' ungkapnya. Hingga saat ini, untuk membuat vaksin menangkal virus tipe ini masih harus mendatangkan stereotype yang tipenya sesuai dengan tipe yang menyerang dari luar negeri seperti Australia dan lain-lain. Untuk di Jatim, stereotype yang digunakan diambil dari wilayah dimana paling banyak virus itu menyerang. Seperti diketahui, di Jatim paling banyak terserang adalah Pare, Kediri dan Blitar. Jika virus itu ada di Jatim, kita ambil, kita proses dan kita vaksinkan kembali. ''Itu stereotype yang paling bagus karena bisa jadi auto vaksin,'' ungkapnya. Sedang langkah-langkah pencegahan yang sudah dilakukan antara lain melakukan isolasi wilayah masing-masing terhadap jasa tata niaga barang dan perunggasan. Kemudian melakukan monitoring dan reporting. Kepada peternak, diminta elakukan biosecurity. Yakni dengan melakukan penyemprotan jika masuk kandang. Sementara petugas kandangnya harus memakai sarung tangan, masker, topi dan lain-lain. ''Sekarang sudah terjadi revolusi. Kalau dulu semua orang bisa keluar masuk, sekarang tidak lagi,'' ungkapnya. Sedang ayam yang sudah mati harus dimusnahkan dengan dibakar. Dan bagi kelompok ayam yang terkena namun masih hidup harus didepopulasi. Sementara, kandang dimana terdapat ayam yang terserang virus harus di kosongkan selama tiga bulan. Khusus untuk kandang di sebelah yang terkena, harus dilakukan vaksinasi dengan semprotan desinfektan untuk mengurangi lalat dan membunuh virusnya. Virusnya sendiri dalam waktu tiga jam mati dalam temperatur biasa. Sigit mengimbau masyarakat tidak panik. Sebab, katanya, virus tipe ini tidak patogen pada manusia. erwan hendro prasetyo