Ironisnya nih, Jakarta baru hujan gede dikit aja udah jadi
langganan banjir, bukannya sistem drainase atau penyerapan air
diperbaiki, malah pembangunan shopping mall, gedung perkantoran and
apartemen diperbanyak....sementara taman kota tambah tergusur, skrg
adanya dimana ? senayan aja malah tambah parah....gimana tanah
nggak jenuh buat nyerap air ?
Saya pernah baca di kompas, struktur planologi yg bagus itu ada
perbandingan proporsional antara taman-taman, pepohonan dengan jumlah
bangunan ..saya lupa tepatnya berapa banding berapa...tapi kenyataan
yang ada...? satu banding berapaaa yaa....
yah tinggal siap2 kena macet parah sama banjir kaya kemaren deh
tiap ada hujan gede setengah harian...mending kalo aparat sigap gitu
ngatur lalu lintas pas macet..cuma ngumpul di titik2 tertentu..yg
lainnya .dunno where..3 in 1 aja baru dibuka menjelang jam berlakunya
abis...
hiks...bete banget sama pemda jakarta....
-------Original
Message-------
Date: Thursday, April
22, 2004 10:52:33 AM
Subject:
[balita-anda] Slamat Hari Bumi semua...
Dear Jakartans,
Selamat hari bumi! Nasib Jakarta ada ditanganmu! Ayo pilih pemimpin
yang peduli lingkungan!
- Sepanjang tahun 2001 masyarakat dapat menghirup udara dengan
kategori baik hanya selama 75 hari. Sementara pada tahun 2002 angka
tersebut turun menjadi 22 hari.
- Kategori udara tidak sehat meningkat 55% hanya dalam jangka waktu
satu tahun pada tahun 2002.
- Menurut penelitian yang dilakukan ADB, biaya kesehatan akibat
dampak pencemaran udara adalah sebesar Rp 1,79 trilyun. Apabila dibagi
rata, sama saja dengan tiap penduduk Jakarta harus mengeluarkan biaya
sebesar 185 ribu rupiah per orang per tahun untuk mengatasi dampak
kesehatan yang ditimbulkan pencemaran udara. Angka tersebut sama
besarnya dengan total pendapatan PEMDA Propinsi DKI Jakarta pada tahun
tersebut.
- Kondisi ruang terbuka hijau di Jakarta pada tahun 2000 tercatat
hanya seluas 1300 ha, kurang dari 2% luas lahan di Jakarta. Padahal
lahan untuk resapan air hujan baru dapat tercukupi jika luas taman
kota mencapai sekitar 10% dari luas wilayah Jakarta. Ruang terbuka
hijau telah berubah menjadi gedung-gedung bertingkat dan shopping
malls!
- Pencinta seafood, berhentilah makan kerang. Anda terancam resiko
terpapar logam berat seperti timbal, merkuri, kadmium maupun tembaga
dengan ancaman membuat sistem syaraf lemah, IQ turun, dan berpengaruh
ke tulang. Yang berbahaya, bila racun tadi dideposit tulang dan
mengendap di dalamnya. Menurut peneliti LIPI, kandungan timbel (Pb)
pada kerang hijau saat ini sekitar 1,8 - 2 ppm. Sedangkan kandungan
timbel pada sedimen sudah mencapai angka 180 ppm. Padahal batas aman
kandungan timbel pada kerang hijau untuk konsumsi adalah 0,003 ppm.
- Warga Munjul, Cipayung kehilangan sumber air bersih ketika
sumr-sumur mereka tercemar limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya)
dari industri.
- Hasil penelitian BPLHD DKI Jakarta pad atahun 2003 terhadap 13
sungai, ternyata kualitas air itu rendah dan jauh di bawah standar
yang ditetapkan. Buruknya mutu air itu akibat banyaknya limbah cemaran
domestik dan industri. Bahkan, beberapa sungai semisal Ciliwung, Kali
Krukut dan Kalimalang yang airnya dimanfaatkan sebagai air baku,
nyatanya sudah tercemar berat bakteri yang antara lain dari kotoran
buangan perut manusia juga. Kualitas air tanahnya juga sama saja, sama
saja kotornya. Selain bakteri coli, air tanah itu pun sudah terpolusi
logam, yakni besi dan mangan.
- Di Jakarta, Daan Mogot dan sebagian wilayah Jakarta Utara tercatat
sebagai wilayah terparah krisis air tanah. Amblesan tanah mencapai 80
cm di Daan Mogot, Jelambar, Kapuk, Sunter, dan Tanjung Priok.
- 95% air tanah Jakarta tercemar bakteri e-coli.
- Pencemaran lingkungan di perairan Teluk Jakarta semakin
mencemaskan para nelayan dalam memperoleh hasil tangkapan ikan. Akibat
pencemaran, para nelayan harus melaut ke tempat yang lebih jauh hingga
mencapai lebih dari satu mil laut. Pencemaran di Teluk Jakarta itu
antara lain sedimen yang terbawa arus sungai, sampah, dan ceceran
bahan bakar minyak di sekitar pantai telah menyebabkan kepekatan air
laut sangat tinggi. Akibatnya, ikan-ikan menjauh dari pantai dan para
nelayan harus melaut semakin jauh.
- Akibat beroperasinya TPA Cilincing, puluhan hektar areal tambak
dan sawah rusak berat akibat air lindi (air sampah/leachet) yang
dihasilkan pembusukan sampah. Pencemaran air lindi ke dalam areal
tambak menyebabkan ratusan ribu udang dan ikan bandeng yang sudah siap
panen mati.
masih ada listnya?? monggo ditambah lo...
Selain itu, masih ingat tragedi demam berdarah kemarin?
ingat banjir besar yang melanda Jakarta? Ingat musim kering yang
berkepanjangan hingga mengganggu suplai listrik PLN? apa hubungannya
dengan isu climate change?
Aktivitas kita, warga Jakarta (dan Indonesia) menimbulkan kenaikan
konsentrasi gas rumah kaca (antara lain karbondioksida, metana, dan
nitroksida) di atmosfer. Hal ini menyebabkan sinar matahari yang
dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa, sebagian besar
terperangkap di dalam bumi akibat terhambat oleh GRK tadi. Meningkatnya
jumlah emisi GRK di atmosfer pada akhirnya menyebabkan meningkatnya suhu
rata-rata permukaan bumi, yang kemudian dikenal dengan Pemanasan Global.
Pemanasan global ini pada akhirnya membawa dampak terjadinya
Perubahan Iklim yang mempengaruhi kehidupan di bumi, melalui adanya
perubahan musim secara ekstrem. Contohnya musim kemarau yang
berkepanjangan yang menyebabkan kekeringan yang dibarengi dengan
kenaikan intensitas curah hujan yang menyebabkan banjir.
Perubahan iklim juga menyebabkan terjadinya kenaikan permukaan air
laut akibat mencairnya es dan glasier di kutub, meningkatnya frekuensi
kebakaran, meningkatnya penyebaran penyakit tropis (seperti malaria dan
demam berdarah), serta akan ada daerah-daerah yang penuh sesak karena
banyaknya pengungsi.
Jika Indonesia tidak melakukan sesuatu untuk mengurangi emisi Gas
Rumah Kaca, maka diprediksikan hal-hal berikut akan terjadi:
- Kenaikan permukaan air laut setinggi 60 cm pada tahun 2070.
Bagi penduduk di daerah pantai, hal ini akan menjadi ancaman karena
tempat tinggal mereka terancam banjir, sementara penghasilan mereka
(baik sebagai nelayan maupun dari sektor pariwisata) terancam oleh
perubahan gelombang pasang.
- Rusaknya infrastruktur daerah tepi pantai sehingga Indonesia akan
kehilangan sekitar 1.000 km jalan dan 5 pelabuhan lautnya. Selain itu
infrastruktur lain di sekeliling pantai perlu direhabilitasi dan
ditinggikan.
- Akan terjadi krisis air bersih di perkotaan, khususnya Jakarta.
Naiknya permukaan laut tidak hanya mempengaruhi mereka yang tinggal di
tepi pantai, tapi juga mereka yang di perkotaan akibat intrusi air
laut.
- Meningkatnya frekuensi penyakit yang ditularkan oleh nyamuk,
seperti penyakit malaria dan demam berdarah.
- Menurunnya produktivitas pertanian akibat perubahan suhu dan pola
hujan yang tak tentu.
- Sejumlah keanekaragaman hayati terancam punah akibat peningkatan
suhu bumi rata-rata sebesar 1oC. Setiap individu harus beradaptasi
pada perubahan yang terjadi, sementara habitatnya akan terdegradasi.
Spesies yang tidak dapat beradaptasi akan punah. Spesies-spesies yang
tinggal di kutub, seperti penguin, anjing laut, dan beruang kutub,
juga akan mengalami kepunahan, akibat mencairnya sejumlah es di
kutub.
Kalau ini semua tidak berubah, I am afraid Naufal -my 6 months
baby- will never know how beautiful a rainbow looks like after the
rain.
Salam,
Rika
---------------------------------------------------
http://new.kamus.web.id/album/index.php?cat=10004 |