Pak, mungkin bisa langsung komplain ke [EMAIL PROTECTED] aja biar mereka semua tahu permasalahan ini.
murni --- Adrianus <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Ini isi attach.nya. Saya takut gak bisa kalau tdk di > attach. Saya copy aja > di body mail ya. > > Jakarta, 10 Mei 2004 > > BCA , Dimana Simpatimu .? > > Kisah nyata ini berawal dari musibah kebakaran yang > menimpa rumah kecil > kami. > > Hari Minggu, tanggal 02Mei 2004 yang lalu , rumah > kami yang terletak di > Jl. Mangga Besar 9, ikut musnah terbakar api yang > berasal dari kebakaran di > Gg. Badila 1, Mangga Besar. Yang tersisa dari > kebakaran di rumah kami , > hanya 1 kamar tidur kecil , dapur dan ruang makan, > sedangkan yang lain hanya > tinggal puing2, kerangka dan bara-bara kayu dari > barang, atap dan konstruksi > rumah yang teronggok membisu di setiap ruang yang > terbakar dari rumah kami . > Rumah kami hancur sudah. bahkan tidak beratap lagi > dan tidak mungkin bisa > ditinggal lagi. Buku-buku dan benda yang kami > kumpulkan satu persatu , > musnah terbakar menjadi abu dalam sekejap. Pakaian > pun hanya sempat terbawa > beberapa potong . > > Karena keesokan hari tgl 3 Mei adalah hari libur > nasional (Maulud Nabi > Muhammad SAW), maka pagi-pagi benar di hari Selasa, > tgl 04 Mei'04, hal > pertama yang kami lakukan adalah mengurus surat > keterangan kepolisian yang > menyatakan bahwa rumah kami terbakar. Surat > kepolisian ini mencantumkan > setiap nama dari seluruh anggota keluarga kami ( > berdasarkan kartu > keluarga ) lengkap dengan mencantumkan juga surat > atau dokumen-dokumen yang > terbakar (seperti : bilyet deposito BCA, buku > tabungan, kartu ATM, kartu > kredit, ijazah & passport) dari masing-masing nama > tercantum . Ini semua > bertujuan untuk mempermudah kami mengurus > surat-surat penting kami yang > ikut terbakar . Proses pengurusan surat kepolisian > ini menghabiskan waktu > hampir setengah hari, namun dengan sabar kami > jalani karena kami tahu bahwa > ini demi kelancaran pengurusan surat-surat kami . > Dengan berbekal surat > keterangan kepolisian itulah, kami berempat (saya, > ibu, kakak dan adik kami) > datang ke BCA cabang Lokasari - Mangga Besar , untuk > mengurus deposito ibu > kami. > > Sesampai kami di depan customer service, kami > menyampaikan maksud kedatangan > kami disertai dengan menunjukkan surat keterangan > kepolisian dan sisa > potongan bilyet deposito yang tidak terbakar namun > masih lengkap dengan > nomor bilyet. Kemudian kami juga menyampaikan bahwa > ibu kami bermaksud untuk > mencairkan deposito yang kebetulan jatuh tempo tgl > 05Mei'04 untuk dimasukkan > ke tabungan atas nama ibu kami juga. Petugas > customer Service mengatakan > bahwa kami harus datang lagi besok dengan membawa > SURAT KEPOLISIAN TERPISAH > yang mencantumkan nomor bilyet deposito yang > dilengkapi (lagi??) dengan > pernyataan bahwa bilyet itu terbakar. > DENGAN KATA LAIN SURAT KEPOLISIAN YANG SUDAH KAMI > BAWA TIDAK DIANGGAP SAMA > SEKALI. > > Tak lama kemudian muncullah Bapak Hendra Suryanto, > kacab BCA Lokasari yang > dengan enteng - tanpa simpati sedikitpun - hanya > berucap : " Oh.. Kebakaran > ya.. Habis semua ya...??!!!", tak lama kemudian > pergi meninggalkan kami > begitu saja. > Adik kami yang pernah bekerja di salah satu bank > asing besar mencoba > mengusulkan alternatif solusi, namun sebagai seorang > staff yang tidak punya > wewenang lebih, sang customer service tetap meminta > kami untuk mengikuti > prosedur (membuat surat kepolisian terpisah ). > Setelah berunding cukup lama > tanpa hasil, maka kami mohon untuk bisa berbicara > langsung kepada kepala > cabang yaitu Bapak Hendra. > Lebih dari 10 menit kami menunggu, barulah Bapak > Hendra muncul di depan kami > dan terus berkata-kata : " SAYA BANTU.. SAYA > BANTU.. ,TAPI BAPAK HARUS > KEMBALI LAGI BESOK DENGAN SURAT KEPOLISIAN YANG > BERTULISKAN NOMOR DEPOSITO " > . > Adik kami kembali mengajukan solusi, namun Bp. > Hendra tidak acuh sama > sekali dan tetap pada pendiriannya dengan permintaan > yang sama. > Pada saat kami berbicara, tiba-tiba saja petugas > keamanan datang dan > menghampiri kami. Ibu kami yang masih depresi > (karena musibah yang menimpa > kam)i dan dari tadi hanya bisa duduk terdiam di > bangku menunggu kami, sangat > terkejut meyaksikan kedatangan petugas keamanan ini > dan langsung meminta > agar petugas keamanan untuk mundur dan tidak turut > campur dalam urusan kami. > > Begitu besar musibah yang kami hadapi dan menuntut > banyak waktu serta energi > untuk mengurus banyak hal , namun seorang Kepala > Cabang seperti Bapak > Hendra, tidak punya rasa empati sedikitpun, bahkan > menganggap kami sebagai > sekelompok penjahat yang perlu diamankan. Yang kami > urus ini adalah uang ibu > kami sendiri, bukan uang orang lain. Kami sama > sekali tidak meminta uang > dari BCA . > > Setelah bersitegang dan berargumen cukup panjang dan > menegangkan (kurang > lebih 3 jam) , terakhir diputuskan juga bahwa > usulan yang kami ajukan bisa > dikabulkan. Kami bingung.. kalau memang usulan kami > bisa dijalankan, > mengapa tidak dikabukan dari tadi, tapi harus > bersitegang dulu. > Disini terlihat bahwa sebagai kepala cabang, Bapak > Hendra sama sekali tidak > profesional bahkan tidak mampu menangani masalah > kecil dengan bijaksana > .Perlakuan seorang Bp. Hendra yang tidak ramah dan > tidak sopan terhadap > nasabahnya bahkan disaksikan nasabah lain dan > seluruh anak buahnya ini > benar-benar mengecewakan . Apakah ini pantas > dilakukan oleh seorang kepala > cabang ? Kredibilitas dan prestasi BCA sebagai bank > lokal yang cukup besar > dan dipercaya banyak orang ini, tercoreng hanya > karena seorang yang > bernama Bp. Hendra. > > Sejak saat itu, kami sekeluarga sangat kecewa dengan > pelayanan dari BCA yang > sudah kami pakai sejak lama. Memang kami yakin , > tidak semua cabang BCA > memiliki kepala cabang yang tidak profesional model > Bp. Hendra. Paling > tidak, kami cuma berharap agar cerita kami ini > dapat membuka mata setiap > orang yang belum menjadi nasabah BCA untuk > pikir-pikir dulu sebelum menjadi > nasabah BCA. Mereka yang sudah menjadi nasabah BCA > pun, kami sarankan untuk > waspada dan hati-hati terhadap pelayanan BCA. Jangan > sampai anda terjebak > dan bertemu dengan pelayanan 'istimewa' dari 'Bp. > Hendra - bapak Hendra ' > lain di BCA cabang yang lain. Yang jelas kami sangat > mengajurkan anda untuk > menghindari BCA cabang Lokasari- Mangga Besar. > > Terima kasih anda sudah mau membaca kisah kami ini. > > Salam , > > Titik Lukman & keluarga > > ----- Original Message ----- > From: "Sri Murni" <[EMAIL PROTECTED]> > To: <[EMAIL PROTECTED]> > Sent: Thursday, May 13, 2004 11:07 AM > Subject: Re: [balita-anda] Fw: BCA... dimana > simpatimu? > > > > attachmentnya mana ya pak. > > > > murni > > > > > > > === message truncated === ____________________________________________________________ Yahoo! Messenger - Communicate instantly..."Ping" your friends today! Download Messenger Now http://uk.messenger.yahoo.com/download/index.html --------------------------------------------------------------------- >> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/ >> Info balita, http://www.balita-anda.com >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]