Langkah Mudah
Membina Kedekatan Emosi |
............ |
dengan
Anak |
|
|
|
Kerapkali, seorang ibu bekerja merasa bersalah karena terlalu lama
meninggalkan buah hati di rumah hanya bersama pengasuh. Hingga tak sedikit
yang akhirnya memilih mengundurkan diri dari pekerjaan kantoran, dan
memilih menjadi ibu rumah tangga biasa. Padahal si ibu tadi merupakan
karyawan yang cukup diandalkan di perusahaan
tersebut. |
|
...................... |
Pasti
di antara Anda ada yang mengalami masalah seperti ini. Tak sederhana
memang, dan kadang sulit dicari pemecahan atau jalan tengahnya. Sebutlah
Sisy (31 tahun), seorang karyawan perusahaan consumer goods papan
atas di Indonesia, ibu dari dua anak balita berusia 5 dan 3 tahun. "Saya
harus berangkat kerja jam setengah enam pagi dan pulang lagi jam delapan
malam. Saat saya berangkat anak belum bangun, dan ketika saya pulang
mereka sudah jatuh tertidur. Waktu saya bersama anak-anak nyaris tak ada,"
ujarnya.
Hal
yang paling 'mengiris' hatinya adalah manakala
si buah hati cenderung lebih dekat ke pengasuh ketimbang dirinya.
"Bayangkan, saat sakit, anak saya yang nomor dua malah makin
kenceng nangisnya waktu saya gendong. Giliran digendong si mbak
(pengasuh), tangisnya berangsur-angsur reda. Apa tidak
nelangsa saya?" kata Sisy yang sempat berpikir ingin berhenti kerja
saja. |
...................... |
Apakah pilihan berhenti kerja adalah pilihan bijak? "Tergantung,
apa motifnya ibu ikut bekerja kantoran," kata Eileen Rachman, Direktur
Experd, lembaga pengembangan kinerja eksekutif dalam acara talkshow yang
digelar Unilever bertajuk 'Membina Kedekatan Emosi Ibu Bekerja dengan
Anak' baru-baru ini. |
|
...................... |
Menurut Eileen, jika motivasi ibu bekerja karena ingin membantu
menambah penghasilan suami yang belum cukup, maka pilihan untuk
mengundurkan diri dari pekerjaan bukan pilihan bijak. "Anda bisa memberi
pengertian kepada anak dengan jujur kepada mereka, bahwa ibu bekerja demi
memenuhi kebutuhan mereka juga. Tentu dengan bahasa yang mereka mengerti,"
ujarnya.
Soal
masalah kedekatan emosi antara ibu bekerja dan anak-anaknya, sebenarnya
bisa diatur. "Strategi masing-masing keluarga berbeda. Ada yang bisa pagi
hari waktu sarapan bersama, atau sore hari dengan membantu mengerjakan
PR," kata Eileen, yang juga seorang ibu dari dua putra
ini. |
...................... |
Ada sejumlah cara yang disarankan pakar yang berpengalaman ini
untuk membina kedekatan hubungan emosi dengan anak bagi ibu bekerja,
yakni: |
:: Manfaatkan fasilitas/teknologi
yang ada untuk mengucapkan pesan-pesan pendek yang mesra bernada
sayang, seperti I Love You, Mama Sayang Kamu, atau bahasa-bahasa
lain yang lazim Anda gunakan di keluarga :: Dengarkan anak bicara, ketahui bagaimana
perasaan mereka. Jangan merasa tahu perasaan anak dengan cara
mengasumsikannya! "Bagaimana harimu, apa yang diajarkan bapak-ibu guru
hari ini?" kalimat sederhana itu bisa membuatnya bicara dan
mengekspresikan perasaannya ::
Habiskan waktu bersama mereka, utamakan kualitas bukan
kuantitasnya. :: Biasakan
mengekspresikan perasaan, dengan memeluk atau mencium. Anak akan tahu Anda
amat mencintainya. :: Usahakan
mengetahui apa yang dibutuhkan anak, dengan bertanya kepadanya. :: Jika anak berbuat salah, jangan bersikap
frontal/tegang. Ajak bicara baik-baik, minta dia tak mengulang kesalahan
sama |
|