Hi Moms & Dads,
Saya new comer, mamanya Shelley umur 4 th, kira2 masih bisa ikutan gak?
Tks sebelumnya.

Rgds,
Lita

-----Original Message-----
From: Novita Damayanti [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, July 12, 2004 4:11 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [balita-anda] Imunisasi HIB


Pak dayat,

Kebetulan saya ada artikel mengenai imunisasi HIB.
Semoga berguna.

Regards,
-Vita-


PENTINGNYA IMUNISASI HIB

Imunisasi ini perlu untuk mencegah risiko penyakit
berat. Jadi, tak ada salahnya dilakukan kendati belum
menjadi program nasional.


Sebelum ada vaksinasi HIB (Haemophilus Influenzae tipe
B), di Amerika dan Inggris, angka kematian karena
infeksi kuman haemophilus tipe B pada bayi di bawah
usia 6 bulan sangat tinggi. Kuman ini menyerang bagian
vital tubuh, yaitu selaput otak. "Tapi setelah vaksin
ini dimasyarakatkan,angka kematian dan juga penyakit
yang dikarenakan kuman tersebut menurun drastis. Oleh
sebab itu,vaksinasi ini dianjurkan. Terutama sebelum
anak usia 6 bulan," terang dr. H. Hindra Irawan
Satari, SpA, dari bagian anak RSUPN Cipto Mangunkusumo
Jakarta.


Bagaimana di Indonesia? Angka kejadian secara nasional
memang belum ada. Namun dari studi di beberapa daerah,
seperti di Mataram, angka prevalensinya sekitar 3
persen. Lalu dari beberapa studi lainnya di Jakarta,
Tangerang, dan sekitarnya menunjukkan, ada bayi-bayi
di bawah usia 6 bulan yang terkena radang selaput otak
(meningitis) yang ternyata salah satunya diakibatkan
kuman haemophilus tipe B tersebut. Meski angkanya
cukup sedikit.


Menurut Hingky, demikian dokter ini disapa, kuman ini
menyerang anak usia di bawah 6 bulan. "Sebab, di usia
itu daya tahan atau imunitas anak belum matang.
Kondisinya amat rentan hingga kuman yang masuk dapat
menyerang selaput otak dan tentunya berakibat fatal."


JADWAL IMUNISASI


Seperti diketahui, otak bayi sedang tumbuh dan
berkembang dengan cepat. Nah, kalau kemudian terkena
infeksi, tentu perkembangannya jadi terhenti. Dengan
demikian, kepintarannya juga hanya sebatas itu.
Gejalanya jika bayi terkena infeksi radang selaput
otak, "Demam tinggi bahkan bisa sampai 38,5 derajat C
atau lebih. Rewel, tak mau menyusu, dan kalau sampai
ke otak bisa saja timbul kejang, kesadarannya menurun,
dan anak akan tidur terus." Jika terlambat ditangani,
bisa-bisa anak tak tertolong.


Mula-mula, kuman menyerang bagian darah hingga
akhirnya sampai ke otak dengan masa inkubasi satu
minggu. Radang selaput otak yang tak diobati dengan
baik atau terlambat ditangani, menurut Hingky, akan
menimbulkan gejala sisa. "Semisal lumpuh, tak bisa
mendengar, bahkan kadang tak bisa melihat.
Perkembangannya juga terlambat, bisa retarded ataupun
cerebral palsy."


Kuman HIB tidak hanya menyebabkan radang selaput otak,
tapi juga penyakit lain, seperti radang paru, dengan
gejalanya anak panas, sesak, dan biru. Demikian pula
radang epiglotis dengan gejala suara serak dan napas
sesak. "Kalau tak segera ditangani, bisa berakibat
fatal.


JADWAL IMUNISASI


Berdasarkan rekomendasi yang dikeluarkan oleh Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI), pemberian imusisasi HIB
ini dilakukan untuk anak di bawah usia 1 tahun. Ada
yang 2 kali dan ada yang 3 kali selama 1 tahun, dan
kemudian diulang kembali di usia antara 12-15 bulan.


"Waktu pemberian yang direkomendasikan yaitu mulai
usia 2 bulan. Selang waktunya dari setiap kali vaksin,
paling cepat 1 bulan dan paling lama 2 bulan." Selang
waktu pemberian ini tak jadi masalah, tetap akan
efektif, kecuali kalau terlalu lama atau terlalu jauh
jeda pemberiannya. Sebab, efektivitasnya sudah
berkurang. "Anak yang divaksin, berarti
diberikan/dimasukkan kuman ke dalam tubuhnya. Kuman
ini akan menstimulasi daya tahan tubuhnya untuk
membuat zat anti. Nah, ketika zat anti ini mulai
menurun lalu diberi vaksin lagi, zat anti dalam
tubuhnya akan naik lagi." Tapi kalau selang waktu
pemberiannya terlalu jauh, maka zat anti yang menurun
tersebut akan semakin menurun. "Jika kemudian divaksin
lagi, kenaikan zat anti dalam tubuhnya tidak akan
optimal."


Pemberian vaksin HIB ada yang 2 kali dalam setahun dan
ada juga yang 3 kali tergantung dari jenis vaksinnya.
Vaksin HIB yang PRP-T (Poly Ribosil Phosphat Tetanus)
diberikan sebanyak 3 kali dalam setahun. Sedangkan
vaksin HIB yang PRP-OMP (Poly Ribosil Phosphat Outer
Membrane Protein) sebanyak 2 kali sebelum umur 6
bulan. "Bedanya dalam jenis pembawa vaksinnya saja,"
papar Hingky.


Ada juga beberapa dokter yang memberikannya 1 kali
saja di usia 1 tahun. "Mungkin karena berbagai
pertimbangan, misalnya saja biaya yang tak murah."
Menurut Hingky, hal ini boleh-boleh saja dan tak ada
istilahnya terlambat, sepanjang usia setahun itu anak
belum terkena kuman haemophilus. "Yang terbaik,
berikan sejak dini. Setidaknya bisa menghindari risiko
terkena penyakit akibat kuman tersebut di usia dini."


Mengapa dianjurkan sejak dini, karena sosialisasi anak
zaman sekarang relatif lebih cepat. Seperti masuk
tempat penitipan anak, playgroup, dan lainnya, hingga
ia sudah kontak dengan banyak orang dan membuatnya
agak rentan.


Bila diberikan di atas usia 1 tahun, cukup 1 kali
saja. Imunisasi pun hanya dilakukan sampai anak usia 4
tahun, sebab setelah itu, risiko anak terkena radang
selaput otak akibat kuman ini, semakin rendah.


Efektivitas Imunisasi HiB


Sebetulnya, menurut Hingky, di Indonesia radang
selaput otak pada anakcukup banyak. Tapi penyebabnya
bukan karena haemophilus influenzae tipe B saja.
"Masih ada bakteri lainnya seperti streptokokus, coli,
meningicoccus, yang juga bisa menyebabkan radang
selaput otak."


Setidaknya, lanjut Hingky, bila anak sudah diimunisasi
HIB, biasanya 97-99 persen efektivitasnya dapat
mencegah timbulnya penyakit yang disebabkan kuman
tersebut."Namun demikian, karena vaksin itu sendiri
buatan manusia, tentunya tidak ada yang 100 persen
sempurna. Artinya, mungkin saja dari 100 anak yang
sudah divaksin, ada 1-3 anak yang terkena infeksi.
Hanya saja, karena sudah divaksin, penyakitnya bisa
lebih ringan, tidak terlalu lama, dan mungkin tidak
ada gejala sisanya."


Jadi, Bu-Pak, merupakan hak anak untuk mendapatkan
imunisasi sepanjang orang tuanya dapat menyediakannya.
Jangan lupa pula, lakukan imunisasi saat kondisi daya
tahan tubuh anak sedang dalam keadaan baik.




RADANG OTAK BISA BERAKIBAT FATAL
Tergolong penyakit berat karena menyerang jaringan
otak. Bagaimana mengatasinya?



Ibu Syam panik ketika putri semata wayangnya mengalami
panas tubuh tinggi. Tak mau ambil risiko, ia segera
membawa permata hatinya ke rumah sakit. Di perjalanan,
si kecil mengalami kejang-kejang. Bahkan juga
mengalami penurunan kesadaran. Hal tersebut tentu saja
membuat nyali Ibu Syam makin menciut. Apalagi ketika
putrinya langsung dirawat di ICU dan dokter yang
menangani mengatakan si kecil terkena ensefalitis.
Penyakit apa ini?


"Ensefalitis atau radang otak adalah infeksi pada
jaringan otak," terang Dr. Dwi Putro Widodo, Sp.A(K),
MMed, dari Sub Bagian Neurologi Anak Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI-RSCM. Sebetulnya diagnosis
ensefalitis, terang Dwi Putro, ditegakkan hanya
melalui pemeriksaan mikroskopis jaringan otak. Tapi,
pada prakteknya diagnosis dibuat berdasarkan gejala
neurologis, seperti kejang demam dan penurunan
kesadaran seperti yang dialami putri Ibu Syam.


MENYERANG JARINGAN OTAK


Bagaimana proses terjadinya peradangan otak tersebut?
Yang penting terlebih dulu diketahui, penyebab
ensefalitis bisa berbagai macam mikroorganisme,
seperti virus, bakteri, jamur, cacing, protozoa, dan
sebagainya. "Yang terpenting dan tersering adalah
virus. Berbagai jenis virus dapat menyebabkan
ensefalitis dengan gejala klinis sama," ujar Dwi
Putro.


Anak yang terkena infeksi lain, seperti cacar,
gondongan, campak, atau TB, kemungkinan akan pula
terkena ensefalitis. "Setelah masuk ke dalam tubuh,
virus atau kuman akan berkembang biak dan menyebar ke
seluruh tubuh. Jika akhirnya virus menyerang jaringan
otak, maka akan terjadi kerusakan otak." Sementara
sel-sel syaraf termasuk sel otak sangat sulit
beregenerasi. Akibatnya daya kemampuan otak pun
berkurang.


Nah, karena merusak jaringan otak, tingkat keparahan
penyakit tergantung bagian otak mana yang terkena.
"Ensefalitis termasuk penyakit gawat dan mengenai
susunan syaraf pusat, sehingga angka kematiannya cukup
tinggi. Kalaupun sembuh, angka kecacatannya juga cukup
tinggi," ujar Dwi. Angka kematian penderita
ensefalitis 30-50 persen. "Sisanya bisa selamat. Tapi
dari yang selamat, 20 sampai 40 persen diantaranya
akan mengalami kecacatan." Cacatnya bisa macam-macam,
dari gangguan pendengaran, gangguan penglihatan,
kelumpuhan, anak jadi kurang cerdas, gangguan emosi,
gangguan tingkah laku, dan sebagainya. Ini sangat
tergantung pada bagian yang mengalami kerusakan.
Artinya jika bagian pusat pendengaran yang terkena,
kemungkinan akan mengalami gangguan pendengaran.
Seberapa besar parahnya pun tergantung pada
kerusakannya.


TIGA GEJALA UMUM


Ensefalitis memang paling sering menyerang anak usia 2
bulan sampai 2 tahun. Tapi, bukan tidak mungkin
menyerang anak yang lebih besar. Terbukti, di beberapa
rumah sakit besar, seperti RSCM cukup sering menangani
kasus ensefalitis pada anak di atas usia balita.


Yang penting diketahui, Bu- Pak, gejala ensefalitis
yang umum ada tiga (trias), antara lain infeksi, baik
akut maupun sub akut, kejang-kejang, dan kesadaran
menurun.


Memang tidak ada waktu tertentu kapan anak akan
mengalami gejala trias tadi. Pada beberapa anak
mungkin mula-mula hanya mengalami gangguan ringan,
tapi kemudian mengalami koma. Pada anak lain mungkin
diawali dengan demam tinggi, kejang-kejang hebat
diselingi gerakan-gerakan aneh. "Kadang-kadang ada
anak yang langsung panas tinggi, tetapi ada yang baru
pada hari kedua mengalami panas tinggi," ujar Dwi.
Umumnya gejala-gejala awal penyakit ini, seperti
diutarakan Dwi menyerupai penyakit sistemis akut yang
sukar dibedakan. Selain panas tinggi, biasanya anak
cenderung rewel, enggak mau menyusu atau makan,
kadang-kadang dibarengi mual dan muntah. Pada anak
yang lebih besar kadang-kadang timbul sakit kepala.


Yang sulit diketahui adalah saat masuknya virus ke
dalam jaringan otak tersebut. Sesungguhnya, terang
Dwi, begitu masuk ke dalam tubuh, virus akan berantem
dulu dengan tubuh. "Kalau tubuh kalah, maka virus akan
berkembang biak dengan cepat, termasuk ke jaringan
otak. Nggak sampai satu hari bisa timbul panas tinggi
dan kejang-kejang, dan dalam beberapa jam sudah bisa
terjadi penurunan kesadaran."


Jadi, memang sebaiknya Bapak dan Ibu selalu waspada
jika putra-putrinya mengalami panas tinggi. Apalagi
jika gejala trias muncul; panas tinggi, kejang-kejang
dan penurunan kesadaran. Jangan ambil risiko,
segeralah bawa anak ke rumah sakit untuk dirawat. "Tak
bisa ditawar. Bahkan, sebaiknya anak dirawat di ICU,"
tegas Dwi. Tapi, ingat ya Bu-Pak, tindakan tersebut
tidak berarti sama sekali bisa mencegah serangan
penyakit ensefalitis. Hanya saja, mengingat gejala
ensefalitis yang berlangsung demikian cepat, tentu
akan memudahkan penanganan sehingga bisa meminimalkan
keparahan yang akan terjadi.


"Umumnya yang datang ke rumah sakit sudah berstadium
berat karena pasien datang terlambat. Mungkin saat ada
keluhan demam dan kejang, anak belum dibawa ke dokter.
Baru ketika mengalami penurunan kesadaran, anak dibawa
ke dokter." Sementara penanganan penderita ensefalitis
memang sangat tergantung stadiumnya. "Jika masih
ringan dan kondisi fisik anak bagus, mungkin bisa
sembuh."


Jadi, tegas Dwi, jika ketiga gejala ini muncul,
sebaiknya harus dipikirkan kemungkinan ensefalitis.
Barangkali bila anak hanya demam dan kejang, orang tua
masih boleh menduga anak hanya kejang demam saja;
mungkin belum perlu memikirkan ke arah proses di
serebral (otak). "Tapi jika sudah sampai terjadi
penurunan kesadaran, kita harus memikirkan kemungkinan
radang otak maupun radang selaput otak."


Memang gejala trias tadi tidak mutlak berarti
ensefalitis. Penyakit lain yang memiliki gejala sama
adalah meningitis (radang selaput otak). "Karena itu
anak harus segera dirawat, diperiksa, dan diobservasi
apakah ia terserang radang, radang selaput otak atau
penyakit lain."


RANGKAIAN PEMERIKSAAN


Selama dirawat, baik saat di ICU atau rawat inap
biasa, anak akan menjalani berbagai pemeriksaan antara
lain dengan lumbalfungsi (mengambil cairan dari sumsum
tulang belakang). Kemudian dilakukan pemeriksaan
darah. "Darah diambil dan dilakukan biak atau kultur
darah untuk melihat penyebabnya. Sayangnya, virus di
dalam darah tersebut cepat hilang, sehingga sulit
mendapatkan virus atau kumannya."


Padahal dengan mengetahui penyebabnya akan sangat
memudahkan penanganan selanjutnya. "Sayangnya
kebanyakan virus sulit diidentifikasi, bahkan lebih
dari 50 persen kasus ensefalitis tak diketahui
penyebabnya. Karena itu secara umum pengobatan
ensefalitis dilakukan secara symptomatic," lanjut Dwi.
Artinya, jika penyebabnya kuman TB, kita obati TB-nya.
Kalau penyebabnya virus yang lain, penanganannya lain
lagi.


Kecuali itu, anak pun akan mengalami pemeriksaan
dengan elektroensefalografi (EEG); dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya gangguan fungsi neuron.
Biasanya perlu juga dilakukan CT Scan untuk mengetahui
kerusakan di otak. Bahkan pemeriksaan-pemeriksaan
lebih lanjut akan terus dilakukan tergantung pada
gangguan yang kemudian ditimbulkan. Semisal, dari
hasil CT Scan menunjukkan adanya gangguan pada pusat
pendengaran. Nah, untuk mengetahui seberapa jauh
gangguannya dilakukan pemeriksaan Brain Evoked
Response Audiometry (BERA).


MEMINIMALKAN GEJALA SISA


Mengingat gejala sisa yang tidak kecil dari
ensefalitis, pencegahan perlu dilakukan sedini
mungkin. Salah satunya dengan imunisasi, seperti MMR
atau HiB. "Selain itu bisa dicegah dengan menjaga
kondisi tubuh. Status gizi harus baik, sehingga daya
tahan tubuh akan bisa mengantisipasi kemungkinan
ensefalitis."


Tapi, tentu saja tingkat keberhasilannya tidaklah 100
persen karena serangan virus bisa berulang.
"Penyebabnya mungkin saja jenis virus yang menyerang
berbeda dari sebelumnya, atau virusnya lebih ganas.
Bisa juga saat virus menyerang, daya tahan tubuh
sedang lemah."


Tapi, justru jangan diartikan orang tua lantas
menyerah begitu saja bila anak terkena ensefalitis.
Berbagai terapi "penyembuhan" berikutnya justru harus
diupayakan. Caranya, lanjut Dwi, dengan
mengidentifikasi kemungkinan cacat yang akan
ditimbulkan. Angka kecacatannya kan cukup tinggi.
"Penanganannya dengan rehabilitasi. Karena yang
diserang otak, maka prinsipnya tergantung bagian otak
mana yang rusak." Bila bagian pendengaran yang
terkena, mungkin proses pendengarannya yang terganggu;
bisa salah satu atau kedua telinga; bisa rendah atau
parah. Bila bagian motorik yang kena, mungkin saja
anak jadi lumpuh.


"Bisa juga mengenai pendengaran, motorik, dan
penglihatan sekaligus, misalnya." Dengan adanya
kemungkinan gangguan pertumbuhan fisik maupun mental,
orang tua kiranya perlu bersabar menghadapinya.
Karena, Bu-Pak, kunci keberhasilan justru di tangan
Bapak dan Ibu dalam merawat anak yang memiliki
kelainan tersebut.



TERAPI ANAK "ISTIMEWA"


Ada beberapa terapi yang harus dijalani anak-anak yang
terkena ensefalitis. Tapi, pelaksanaan terapi
tergantung pada gejala sisa yang timbul. Yang jelas,
terang dr. Dwi Putro, Sp.A(K), MMed., semua usaha
diarahkan untuk mengarahkan dan melatih kemampuan
otaknya supaya bisa mendekati kemampuan anak normal
yang sebaya.


Bisa jadi semuanya harus dijalani, bisa jadi hanya
sebagian. Sebaiknya orang tua mengkonsultasikan hal
ini dengan dokter yang menangani anak. Yang jelas,
berbagai terapi yang menstimulasi otak diharapkan
dapat mengurangi kecacatan yang mungkin timbul.
Semisal, fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara,
dan sebagainya.



----- Original Message ----- 
From: "Hidayat" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, July 08, 2004 8:56 AM
Subject: [balita-anda] Imunisasi HIB


> Salam,
> Mohon informasi rekan2 tentang imunisasi HIB. Apa manfaatnya, kapan
> diberikan, dan apakah imunisasi tsb ada risiko yang membahayakan bayi
> (seperti pada MMR)?. Bagaimana pengalaman Bapak/Ibu?
> 
> Terima kasih sebelumnya.
> Dayat.
> 
> 
> ---------------------------------------------------------------------
> >> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
> >> Info balita, http://www.balita-anda.com
> >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
> 


---
Outgoing mail is certified Virus Free.
Checked by AVG anti-virus system (http://www.grisoft.com).
Version: 6.0.707 / Virus Database: 463 - Release Date: 6/15/04


---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]


---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke