hi moms and dad...

mohon bantuannya untuk memberitahu tempat yang memberikan therapy untuk
jalan.

artikel dibawah ini adalah benar.

thanks sebelumnya

  -----Original Message-----
  From: Lystin Y. Agustian [mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Sent: Thursday, July 15, 2004 2:09 PM
  To: [EMAIL PROTECTED]
  Subject: [balita-anda] BABY WALKER TIDAK MEMBUAT BAYI CEPAT BERJALAN



  Assalamu'alaikum Wr. Wb

  BABY WALKER TIDAK MEMBUAT BAYI CEPAT BERJALAN
  Selain rentan kecelakaan, penggunaan baby walker juga diduga dapat
mengakibatkan kelainan kaki.

        Berikut adalah petikan sebuah e-mail dari orang tua Indonesia yang
tinggal di Australia: Di sini baby walker sangat tidak direkomendasi
penggunaannya karena banyak kecelakaan terjadi akibat penggunaan yang tidak
diawasi dengan ketat. Dengan tidak adanya rekomendasi tersebut, otomatis
barang ini jadi langka. Kalaupun ada yang beli dan sampai terjadi
kecelakaan, konsumen enggak bisa menyeret produsen ke pengadilan (ibaratnya
sudah tahu bahayanya, kok masih dipakai.. yah salah sendiri). Lagi pula
kalau si anak udah siap jalan, dia akan jalan kok... malah baby walker bikin
anak menjadi malas untuk berjalan.....

        Bunyi surat itu sangat pas mewakili kesadaran orang tua akan bahaya
yang bisa ditimbulkan baby walker. Sayang, kesadaran orang tua di Indonesia
akan keamanan baby walker yang kurang tampaknya masih minim. Nyatanya di
sini baby walker masih saja digunakan, atau setidaknya produk ini masih
banyak dijual di pasaran. Padahal, seperti dijelaskan dr. Karel A.L. Staa.
M.D., dari Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta, kalau mau melirik kembali ke
negara-negara barat, Amerika katakanlah, soal keamanan baby walker ini sudah
menjadi ajang perdebatan seru sejak lama.

        Sampai-sampai, desain "alat bantu" belajar jalan ini, tidak pernah
sama dari tahun ke tahun dan diberi semacam masa "kedaluwarsa" oleh pihak
pemerintahnya. Jika setelah diteliti, desainnya dianggap tidak cukup baik
untuk bayi, anjuran pemakaiannya akan ditinjau kembali bahkan kalau perlu
dihapuskan. Pada tahun 1997, umpamanya, desain baby walker pernah diubah
menjadi lebih besar dari ukuran sebelumnya dengan maksud agar benda itu
tidak bisa menerobos pintu rumah

        Sayang, ukuran yang diubah tersebut tetap tidak dapat mencegah
terjadinya kecelakaan lain. Oleh karena alasan inilah akhirnya produksi baby
walker di negeri Paman Sam tersebut dihentikan. "Sementara desain baby
walker yang beredar di Indonesia merupakan desain kuno yang sebenarnya sudah
ditinggalkan di negara asalnya," ujar Karel. Akhirnya, kecelakaan pada bayi
yang sudah dialami beberapa tahun lalu di Amerika Serikat sampai kini masih
terjadi di Indonesia.

        TERKESAN PRAKTIS

        Lalu kenapa alat bantu jalan ini tetap diminati? Menurut Karel
karena baby walker secara sekilas terkesan praktis. Si kecil tinggal
dimasukkan ke dalamnya, lalu ia pun bisa berjalan ke sana kemari dengan
leluasa. Bagi bayi berusia 7-12 bulan yang sedang tidak bisa diam dan tengah
melatih kemampuannya berjalan, baby walker merupakan penyelamat tenaga orang
tua. Bukankah dengan begitu orang tua jadi tak perlu capek-capek menatih si
kecil?

        Apalagi di balik bahaya tersembunyi yang ada, baby walker tampak
sebagai benda yang bermanfaat. Ketika bayi duduk atau berdiri dalam baby
walker-nya, ia bisa menggerakkan kaki-kakinya dengan lincah. Jadilah orang
tua berpikir, "Ah, kaki anakku jadi terlatih untuk bergerak. Ini kan baik
untuk persiapan fase berjalannya!" Namun, alasan penggunaan baby walker yang
paling utama biasanya berkaitan dengan upaya mengatasi keinginannya bergerak
ke sana kemari. Dengan bisa bergerak leluasa ia menjadi lebih tenang dan
tidak bosan. Sementara bagi orang tua, ketenangan si bayi memberi kesempatan
kepadanya untuk mengurus berbagai pekerjaan rumah tangga tanpa harus
mendampingi si kecil setiap saat.

        RIBUAN KASUS

        Kenyataannya, menurut penelitian di Amerika Serikat sekitar 14.000
kasus bayi masuk rumah sakit diakibatkan oleh kecelakaan saat menggunakan
baby walker. Antara lain karena si kecil suka bereksplorasi ke setiap sudut
rumah, komposisi roda yang tidak mendukung keamanan, komposisi rangka kurang
kokoh, dan bentuknya yang membuat anak rentan jatuh.
        Namanya juga bayi, tentu saja ia belum bisa mengenal situasi
lingkungan; belum bisa membedakan mana permukaan curam atau landai, tangga
atau lantai, benda berbahaya atau aman. Inilah beberapa kecelakaan yang
sering terjadi akibat penggunaan baby walker:

        * Menggelinding di tangga

        - kecelakaan ini kemungkinan besar mengakibatkan patah tulang dan
luka serius pada kepala.
        * Terkena benda panas

        - ketika duduk dalam baby walker anak jadi bisa meraih benda-benda
yang dapat membahayakan dirinya. Contohnya secangkir kopi panas di atas
meja.

        * Tenggelam

        - tanpa disadari anak meluncur (dengan menggunakan baby walker-nya)
ke dalam kolam renang, bath tub, atau toilet lalu tercemplung.

        * Meraih obyek berbahaya

        - dengan baby walker, anak lebih mudah meraih obyek berbahaya
seperti gunting, pisau, atau garpu yang tergeletak di atas meja misalnya.

        * Terjepit

        - ketika melewati permukaan yang bercelah, kaki bayi bisa terjepit
dan terkilir. Tangannya juga bisa saja terjepit saat meraih celah daun
pintu.

        Yang mengejutkan, penelitian menyatakan bahwa mayoritas kecelakaan
baby walker terjadi ketika orang tua atau pengasuh sedang mengawasi anaknya.
Mengapa demikian? Karena kita seringkali kalah cepat dengan kecepatan bayi
dalam baby walker yang dapat meluncur lebih dari 1 meter dalam 1 detik.
Untuk itulah baby walker sama sekali tidak aman untuk digunakan, meskipun di
bawah pengawasan orang dewasa.

        MENYEBABKAN KELAINAN KAKI

        Karel masih menambahkan soal penggunaan baby walker yang dari sisi
medis pun tidak cukup bermanfaat, malah cenderung merugikan. Soalnya,
aktivitas motorik yang terjadi pada saat anak menggunakan baby walker hanya
melibatkan sebagian serabut motorik otot saja, yaitu otot-otot betis.
Padahal untuk bisa berjalan dengan lancar dan benar, fungsi otot paha dan
otot pinggul juga perlu dilatih.

        Kemampuan berjalan, lanjut Karel, merupakan salah satu keterampilan
motorik kasar (gerakan yang dihasilkan oleh koordinasi otot-otot besar),
yang umumnya harus sudah bisa dilakukan anak 1 tahun dengan toleransi waktu
3 bulan. Bila proses pelatihannya tidak benar maka akan membuat anak justru
jadi lambat berjalan. Sebaliknya, semakin intensif dan tepat stimulasi
fisiknya maka perkembangannya pun semakin pesat. Bila dibarengi dengan
asupan gizi yang seimbang, mungkin saja di usia 9-10 bulan bayi sudah bisa
berjalan.
        Jadi manfaat pemakaian baby walker tidak cukup membantu anak latihan
berjalan. Di tempat berbeda Dra. Jacinta F. Rini, M.Si., dari
e-psikologi.com, menambahkan, secara psikologis penggunaan baby walker
memang tidak menguntungkan, "Secara psikologis baby walker akan membuat anak
malas untuk belajar berjalan sendiri karena anak sudah keburu merasa enak
bisa bergerak ke mana pun tanpa harus susah payah menjejakkan kakinya."

        Penggunaan baby walker bahkan dicurigai bisa mengakibatkan kelainan
kaki pada anak. Memang belum ada penelitian yang menunjang. Namun, kenyataan
bahwa bayi duduk sambil mengangkang dalam baby walker­nya diduga bisa
menyebabkan kelainan tulang paha. Nah, berdasarkan pemahaman inilah, banyak
ahli menduga penggunaan baby walker dapat menyebabkan anak berjalan seperti
bebek alias agak mengangkang.

        Terbiasa berjalan dengan baby walker juga bisa menimbulkan kelemahan
otot-otot tungkai. Ketika diajarkan berjalan anak cenderung jatuh yang
akhirnya sering membuatnya trauma dan tidak mau mencoba melakukannya lagi
sehingga kemampuan berjalannya pun menjadi lebih lambat.

        ALAMI LEBIH BAIK

        Jadi menurut Karel, tinggalkan baby walker. Juga, ketimbang
mencari-cari alternatif alat bantu jalan lainnya, ia lebih menyarankan agar
si kecil diajak berenang, karena dengan begitu semua otot tubuhnya bergerak,
dari otot kaki, lengan, dan leher. Kalaupun tidak, cara melatih anak
berjalan yang terbaik adalah yang alami. "Sangat baik anak belajar berjalan
secara alami karena dapat melatih 100 persen serabut motorik otot. Mulai
otot betis, paha, maupun pinggul. Bila keseluruhan serabut otot dilatih maka
anak bisa berjalan dengan lebih baik. Jadi secara medis lebih menguntungkan
kalau kita pakai cara alami daripada cara penunjang." Meskipun si kecil
harus jatuh bangun, anggaplah hal ini sebagai pelajaran dari pengalamannya
sendiri.
        Yang patut dicermati, sebaiknya latihan berjalan dilakukan dengan
bertelanjang kaki. Cara ini akan melatih jari-jari kakinya agar lebih
terkoordinasi. Tentu, lantainya pun harus bersih dari partikel atau benda
yang dapat melukainya. Juga hindari lantai yang terlalu licin karena bisa
membuatnya terpeleset yang mungkin saja membuat anak trauma dan takut
dilatih berjalan.

        TAHAP PERKEMBANGAN KEMAMPUAN FISIK ANAK

        Sudah seharusnya, orang tua mengetahui tahap demi tahap proses
perkembangan kemampuan fisik anak sehingga bila terjadi keterlambatan
pertumbuhan kita bisa segera mendeteksinya. Berikut, perkembangan motorik
kasar anak secara garis besar:

        0 - 1,5 bulan: Sudah bisa mengangkat kepala sekitar 45 derajat.

        1,5 - 3,5 bulan: Kemampuan mengangkat kepalanya meningkat sampai 90
derajat. Kemudian bila bayi didudukkan dengan disandarkan ke tubuh kita maka
kepalanya harus sudah bisa tegak.

        3,5 - 4,5 bulan: Sudah bisa mengangkat dadanya bila diposisikan
tengkurap. Bayi pun sudah bisa melakukan tengkurap sendiri dan
membolak-balik tubuhnya.

        5 bulan: Bayi sudah dapat duduk dengan hanya ditopang punggungnya.

        6 - 8 bulan: Sudah dapat duduk sendiri tanpa bantuan. Di usia ini
pun kebanyakan bayi sudah mulai belajar merangkak. Namun, merangkak bukan
merupakan tonggak perkembangan utama. Bila bayi tidak merangkak maka bukan
suatu kelainan karena beberapa bayi yang tidak melaluinya terbukti mengalami
perkembangan motorik yang normal.

        7,5 - 10 bulan: Bayi sudah mulai berusaha belajar berdiri dengan
berpegangan pada tepi meja atau kursi. Beberapa anak ada yang sudah mulai
belajar berjalan dengan cara merambat maupun berjalan beberapa langkah.

        12 - 15 bulan: Anak sudah bisa berjalan tanpa harus berpegangan.

        diambil dari www.tabloid-nakita.com


  Wassalamu'alaikum Wr. Wb

  Regard,
  Lystin Y
  NOC VoIP ext. 971

Kirim email ke