ya nih....saya gak habis fikir knp "BELIAU" ini pake inisial nama saya ?????????? 

Rgds
Alam Nur SE.Ak
Plant Accountant Assistant
PT. DuPont Indonesia
Jl. Raya Kabanjahe - Kutacane KM 2
Desa kacaribu Kab. Karo
Kabanjahe Sumatera Utara
Telp. 0628 - 22480 

-----Original Message-----
From: intan dima [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, July 21, 2004 12:18 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [balita-anda] [OOT]Islam Mencetak Pribadi Unggul


wah, secret admirarnya pak nur alam semakin menggila..
mohon jangan di respon... bisa2 SARA lagi nih.....
biarlah dia menggongong sendirian (maksud saya bukan ttg Islamnya, tapi si
[EMAIL PROTECTED] yang memfitnah the "REAL nur alam")..... milis BA
yang tercinta tetep jalan terus!!!!!!!!!!!

ngakunya bearagama, tapi kok memfitnah yak??? jgn jgn
[EMAIL PROTECTED] dari aliran dinamisme daerah pinggiran .......

P
E
A
C
E


salam, intan


----- Original Message -----
From: "putranuralam" <[EMAIL PROTECTED]>
To: "Balita Anda" <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Wednesday, July 21, 2004 12:12 PM
Subject: [balita-anda] [OOT]Islam Mencetak Pribadi Unggul


> > Tidak bisa dipungkiri, bahwa kondisi pendidikan di negeri > kita saat
ini
> babak belur. Dari sisi SDM misalnya, yang > dihasilkan oleh pendidikan
kita
> jauh dari harapan. Saat > ini, hampir di seluruh kota-kota besar tawuran
> antar > pelajar, seks bebas, narkoba, dan perilaku rusak lainnya >
> seolah-olah menjadi 'teman karib' para pelajar sekarang. > Kepribadian
> mereka kacau; tidak tersentuh sama sekali > nilai-nilai Islam. Memang, ada
> pelajar-pelajar yang > berprestasi dan berkepribadian tangguh, namun
jumlah
> > mereka tidak sebanyak pelajar yang 'bermasalah'.
> >
> > Di tingkat lulusan sarjana, saat ini jumlah > penganggurannya sudah
> diambang angka yang mengkhawatirkan. > Jika ini terjadi maka problem
sosial
> baru akan > bermunculan. Jika ditanya, apa penyebab utama dari >
> carut-marutnya pendidikan di negeri ini, maka penyebabnya > bersifat
> sistemik, yakni karena diterapkannya sistem > pendidikan sekular, dan
> dicampakkannya sistem pendidikan > Islam.
> >
> > Tujuan Pendidikan Islam> Pendidikan Islam merupakan upaya sadar,
> terstruktur, > terprogram, dan sistematis yang bertujuan untuk membentuk >
> manusia yang berkarakter, yakni:
> >
> > Pertama, berkepribadian Islam. Ini sebetulnya merupakan > konsekuensi
> keimanan seorang Muslim. Intinya, seorang > Muslim harus memiliki dua
aspek
> yang fundamental, yaitu > pola pikir ('aqliyyah) dan pola jiwa (nafsiyyah)
> yang > berpijak pada akidah Islam.
> > Untuk mengembangkan kepribadian Islam, paling tidak, ada > tiga langkah
> yang harus ditempuh, sebagaimana yang > dicontohkan Rasulullah saw.,
yaitu:
> > 1. 1.       Menanamkan akidah Islam kepada seseorang > dengan cara yang
> sesuai dengan kategori akidah tersebut, > yaitu sebagai 'aqîdah 'aqliyyah;
> akidah yang muncul dari > proses pemikiran yang mendalam.
> > 2. 2.       Menanamkan sikap konsisten dan istiqâmah pada > orang yang
> sudah memiliki akidah Islam agar cara berpikir > dan berprilakunya tetap
> berada di atas pondasi akidah yang > diyakininya.
> > 3. 3.       Mengembangkan kepribadian Islam yang sudah > terbentuk pada
> seseorang dengan senantiasa mengajaknya > untuk bersungguh-sungguh mengisi
> pemikirannya dengan > tsaqâfah islâmiyyah dan mengamalkan ketaatan kepada
> Allah > SWT.
> >
> > Kedua, menguasai tsaqâfah Islam. Islam telah mewajibkan > setiap Muslim
> untuk menuntut ilmu. Berdasarkan takaran > kewajibannya, menurut
al-Ghazali,
> ilmu dibagi dalam dua > kategori, yaitu:
> > 1. 1.       Ilmu yang termasuk fardhu 'ain (kewajiban > individual),
> artinya wajib dipelajari setiap Muslim, yaitu > tsaqâfah Islam yang
terdiri
> dari konsepsi, ide, dan > hukum-hukum Islam; bahasa Arab; sirah Nabi saw.,
> Ulumul > Quran, Tahfizh al-Quran, ulumul hadis, ushul fikih, dll.
> > 2. 2.       Ilmu yang dikategorikan fadhu kifayah > (kewajiban
kolektif);
> biasanya ilmu-ilmu yang mencakup > sains dan teknologi serta ilmu
> terapan-keterampilan, > seperti biologi, fisika, kedokteran, pertanian,
> teknik, > dll.
> >
> > Ketiga, menguasai ilmu kehidupan (IPTEK). Menguasai IPTEK > diperlukan
> agar umat Islam mampu mencapai kemajuan > material sehingga dapat
> menjalankan fungsinya sebagai > khalifah Allah di muka bumi dengan baik.
> Islam menetapkan > penguasaan sains sebagai fardlu kifayah, yaitu jika >
> ilmu-ilmu tersebut sangat diperlukan umat, seperti > kedokteran, kimi,
> fisika, industri penerbangan, biologi, > teknik, dll.
> >
> > Keempat, memiliki keterampilan yang memadai. Penguasaan > ilmu-ilmu
teknik
> dan praktis serta latihan-latihan > keterampilan dan keahlian merupakan
> salah satu tujuan > pendidikan Islam, yang harus dimiliki umat Islam dalam
>
> rangka melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah SWT. > Sebagaimana
> penguasaan IPTEK, Islam juga menjadikan > penguasaan keterampilan sebagai
> fardlu kifayah, yaitu jika > keterampilan tersebut sangat dibutuhkan umat,
> seperti > rekayasa industri, penerbangan, pertukangan, dan lainnya.
> >
> > Pendidikan Terpadu> Agar keluaran pendidikan menghasilkan SDM yang
sesuai
> > harapan, harus dibuat sebuah sistem pendidikan yang > terpadu. Artinya,
> pendidikan tidak hanya terkonsentrasi > pada satu aspek saja. Sistem
> pendidikan yang ada harus > memadukan seluruh unsur pembentuk sistem
> pendidikan yang > unggul.
> >
> > Dalam hal ini, minimal ada 3 hal yang harus menjadi > perhatian.
> >
> > Pertama, sinergi antara sekolah, masyarakat, dan keluarga. > Pendidikan
> yang integral harus melibatkan tiga unsur di > atas. Sebab, ketiga unsur
di
> atas menggambarkan kondisi > faktual obyektif pendidikan. Saat ini ketiga
> unsur > tersebut belum berjalan secara sinergis, di samping >
masing-masing
> unsur tersebut juga belum berfungsi secara > benar. > Buruknya pendidikan
> anak di rumah memberi beban berat > kepada sekolah/kampus dan menambah
> keruwetan persoalan di > tengah-tengah masyarakat seperti terjadinya
tawuran
> > pelajar, seks bebas, narkoba, dan sebagainya. Pada saat > yang sama,
> situasi masyarakat yang buruk jelas membuat > nilai-nilai yang mungkin
sudah
> berhasil ditanamkan di > tengah keluarga dan sekolah/kampus menjadi kurang
> optimum. > Apalagi jika pendidikan yang diterima di sekolah juga > kurang
> bagus, maka lengkaplah kehancuran dari tiga pilar> pendidikan tersebut.
> >
> > Kedua, kurikulum yang terstruktur dan terprogram mulai > dari tingkat TK
> hingga Perguruan Tinggi. Kurikulum > sebagaimana tersebut di atas dapat
> menjadi jaminan bagi > ketersambungan pendidikan setiap anak didik pada
> setiap > jenjangnya.> Selain muatan penunjang proses pembentukan
kepribadian
> > Islam yang secara terus-menerus diberikan mulai dari > tingkat TK hingga
> PT, muatan tsaqâfah Islam dan Ilmu > Kehidupan (IPTEK, keahlian, dan
> keterampilan) diberikan > secara bertingkat sesuai dengan daya serap dan
> tingkat > kemampuan anak didik berdasarkan jenjang pendidikannya >
> masing-masing.> Pada tingkat dasar atau menjelang usia baligh (TK dan SD),
>
> penyusunan struktur kurikulum sedapat mungkin bersifat > mendasar, umum,
> terpadu, dan merata bagi semua anak didik > yang mengikutinya.> Khalifah
> Umar bin al-Khaththab, dalam wasiat yang > dikirimkan kepada
> gubernur-gubernurnya, menuliskan, > "Sesudah itu, ajarkanlah kepada
> anak-anakmu berenang dan > menunggang kuda, dan ceritakan kepada mereka
adab
> > sopan-santun dan syair-syair yang baik."> Khalifah Hisyam bin Abdul
Malik
> mewasiatkan kepada > Sulaiman al-Kalb, guru anaknya, "Sesungguhnya anakku
> ini > adalah cahaya mataku. Saya mempercayaimu untuk > mengajarnya.
> Hendaklah engkau bertakwa kepada Allah dan > tunaikanlah amanah. Pertama,
> saya mewasiatkan kepadamu > agar engkau mengajarkan kepadanya al-Quran,
> kemudian > hapalkan kepadanya al-Quran." > Di tingkat Perguruan Tinggi
(PT),
> kebudayaan asing dapat > disampaikan secara utuh. Ideologi
> sosialisme-komunisme > atau kapitalisme-sekularisme, misalnya, dapat >
> diperkenalkan kepada kaum Muslim setelah mereka memahami > Islam secara
> utuh. Pelajaran ideologi selain Islam dan > konsepsi-konsepsi lainnya
> disampaikan bukan bertujuan > untuk dilaksanakan, melainkan untuk
dijelaskan
> dan > dipahami cacat-celanya serta ketidaksesuaiannya dengan > fitrah
> manusia.
> >
> > Ketiga, berorientasi pada pembentukan tsaqâfah Islam, > kepribadian
Islam,
> dan penguasaan terhadap ilmu > pengetahuan. Ketiga hal di atas merupakan
> target yang > harus dicapai. Dalam implementasinya, ketiga hal di atas >
> menjadi orientasi dan panduan bagi pelaksanaan pendidikan.
> >
> > Tanggung Jawab Negara dalam Pendidikan> Islam merupakan sebuah sistem
yang
> memberikan solusi > terhadap berbagai problem yang dihadapi manusia.
Setiap
> > solusi yang disajikan Islam secara pasti selaras dengan > fitrah
manusia.
> Dalam konteks pendidikan, Islam telah > menentukan bahwa negaralah yang
> berkewajiban untuk > mengatur segala aspek yang berkenaan dengan sistem >
> pendidikan yang diterapkan dan mengupayakan agar > pendidikan dapat
> diperoleh rakyat secara mudah. Rasulullah > saw. bersabda:
> >
> > Imam (Khalifah) adalah pengurus rakyat dan ia akan > dimintai
> pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya. (HR > al-Bukhari dan Muslim).
> >
> > Perhatian Rasulullah saw. terhadap dunia pendidikan tampak > ketika
beliau
> menetapkan para tawanan Perang Badar dapat > bebas jika mereka mengajarkan
> baca-tulis kepada sepuluh > orang penduduk Madinah. Hal ini merupakan
> tebusan. Dalam > pandangan Islam, barang tebusan itu merupakan hak Baitul
>
> Mal (Kas Negara). Tebusan ini sama nilainya dengan > pembebasan tawanan
> Perang Badar. Artinya, Rasulullah saw. > telah menjadikan biaya pendidikan
> itu setara nilainya > dengan barang tebusan yang seharusnya milik Baitul
> Mal. > Dengan kata lain, beliau memberikan upah kepada para > pengajar
(yang
> tawanan perang itu) dengan harta benda yang > seharusnya menjadi milik
> Baitul Mal. Kebijakan beliau ini > dapat dimaknai, bahwa kepala negara
> bertanggung jawab > penuh atas setiap kebutuhan rakyatnya, termasuk >
> pendidikan.
> >
> > Imam Ibnu Hazm, dalam kitabnya, Al-Ahkâm, menjelaskan > bahwa kepala
> negara (khalifah) berkewajiban untuk memenuhi > sarana pendidikan,
> sistemnya, dan orang-orang yang digaji > untuk mendidik masyarakat. Jika
> kita melihat sejarah > Kekhalifahan Islam, kita akan melihat begitu
besarnya
> > perhatian para khalifah terhadap pendidikan rakyatnya.> Demikian pula
> perhatiannya terhadap nasib para > pendidiknya. Imam ad-Damsyiqi telah
> menceritakan sebuah > riwayat dari al-Wadliyah bin Atha' yang menyatakan,
> bahwa> di kota Madinah pernah ada tiga orang guru yang mengajar >
anak-anak.
> Khalifah Umar bin al-Khaththab memberikan gaji > kepada mereka
masing-masing
> sebesar 15 dinar (1 dinar=4,25 > gram emas).
> >
> > Perhatian para khalifah tidak hanya tertuju pada gaji > pendidik dan
> sekolah, tetapi juga sarana pendidikan > seperti perpustakaan, auditorium,
> observatorium, dll. Pada > masa Kekhilafahan Islam, di antara perpustakaan
> yang > terkenal adalah perpustakaan Mosul didirikan oleh Ja'far > bin
> Muhammad (w. 940 M). Perpustakaan ini sering > dikunjungi para ulama, baik
> untuk membaca atau menyalin. > Pengunjung perpustakaan ini mendapatkan
> segala alat yang > diperlukan secara gratis, seperti pena, tinta, kertas,
>
> dll. Bahkan para mahasiswa yang secara rutin belajar di > perpustakaan itu
> diberi pinjaman buku secara teratur. > Seorang ulama Yaqut ar-Rumi memuji
> para pengawas > perpustakaan di kota Mer Khurasa karena mereka mengizinkan
>
> peminjaman sebanyak 200 buku tanpa jaminan apapun > perorang. Ini terjadi
> pada masa Kekhalifahan Islam abad 10 > M. Bahkan para khalifah memberikan
> penghargaan yang sangat > besar terhadap para penulis buku, yaitu
memberikan
> imbalan > emas seberat buku yang ditulisnya.
> >
> > Khatimah
> > Wahai kaum Muslim, apakah sistem pendidikan sekuler yang > rusak saat
ini
> akan terus kita pertahankan? Marilah kita > bergegas membangun sistem
> pendidikan Islam, yang akan> melahirkan generasi yang berkepribadian
Islam.
> Generasi > yang mampu mewujudkan kemakmuran dan kemuliaan peradaban
manusia.
> Wallâhu a'lam bi ash-shawâb
> >
>
>
> ---------------------------------------------------------------------
> >> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
> >> Info balita, http://www.balita-anda.com
> >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
>


---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]



This communication is for use by the intended recipient and contains
information that may be privileged, confidential or copyrighted under
applicable law.  If you are not the intended recipient, you are hereby
formally notified that any use, copying or distribution of this e-mail,
in whole or in part, is strictly prohibited.  Please notify the sender
by return e-mail and delete this e-mail from your system.  Unless
explicitly and conspicuously designated as "E-Contract Intended",
this e-mail does not constitute a contract offer, a contract amendment,
or an acceptance of a contract offer.  This e-mail does not constitute
a consent to the use of sender's contact information for direct marketing
purposes or for transfers of data to third parties.

 Francais Deutsch Italiano  Espanol  Portugues  Japanese  Chinese  Korean

            http://www.DuPont.com/corp/email_disclaimer.html



---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke