Aku pernah kesana..dari info yang aku dapat nggak semua dapat diangkat
anak, karena ada beberapa yang sekedar "dititipkan" oleh
ortunya/kerabatnya untuk sementara waktu..tapi paling tidak kalo mau
kita bisa "sekedar" rutin datang untuk ngobrol & main dengan mereka...


-----Original Message-----
From: Bambang Agustutianto [mailto:[EMAIL PROTECTED]

Sent: Friday, July 30, 2004 4:56 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [balita-anda] suasana di panti asuhan /yatim piatu ( haru
..)

gampang....
jadilah orang yg mengasihi mereka...

-----Original Message-----
From: Siu Sian [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, July 30, 2004 4:50 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [balita-anda] suasana di panti asuhan /yatim piatu ( haru
..)


Mba ceritanya sedih dech aku jadi terharu sambil baca ini.Apa yg harus
kita
lakukan? selain berdoa utk mereka agar ada orang2 yg mengasihi mereka.


-----Original Message-----
From: hernawan [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, July 30, 2004 4:00 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [balita-anda] suasana di panti asuhan /yatim piatu ( haru ..)



FYI
maaf jika kurang berkenan.

hth
dicopy paste dr www.eramuslim.com

-----------------
Mereka yang Merindukan Mama

Publikasi: 30/07/2004 11:43 WIB

Seperti apa rasanya menjadi mereka? Memanggil setiap yang datang dengan
sebutan "Mama". Melakukan berbagai bentuk 'caper' agar diperhatikan,
dipuji dan digendong.

Oi, betapa berbedanya!

Selama ini, yang saya tahu tentang anak-anak, utamanya bayi dan balita
adalah mereka sulit didekati oleh sosok yang asing baginya. Mereka butuh
waktu untuk bisa dekat dan akrab dengan orang yang baru dikenalnya,
apalagi baru dilihatnya. Binar dan ekspresi gembira akan mereka
tunjukkan
saat orang-orang dekat, yang mereka sebut mama, papa, tante, kakek,
nenek
dan lain-lain datang mendekati mereka.

Tapi ini lain. Binar dan rekah senyum itu akan menyambut setiap orang
dewasa yang mendekati mereka. Peluk erat dan tatap memohon itu akan
ditemui oleh setiap orang dewasa yang mengunjungi mereka.

Saya selama ini mengira, setiap anak memiliki kegembiraan yang sama,
keriangan yang sama, tak peduli di mana dan kapan. Tak peduli ada atau
tidak sesosok yang disebut mama, papa, kakek, nenek. Tapi ternyata
tidak.
Hidup bersama teman sebaya, tak selalu membuat mereka riang gembira.
Dicukupi kebutuhan makanan, pakaian dan mainan yang banyak juga tak
cukup
membuat mereka bahagia. Mereka tumbuh tak sama dengan anak-anak pada
umumnya. Rengekan mereka, kekeh mereka, ekspresi takut mereka, semuanya
tak sama. Bahkan kosa kata mereka pun tak sama, tak sebanyak yang hidup
bersama keluarganya.

Semua yang saya saksikan tentang mereka menyentakkan kegetiran ke dalam
dada saya petang itu. Dalam taksi yang meluncur di kelengangan jalanan
Jakarta suatu petang, saya menumpahkan rasa sesak yang tertahan sejak
satu
jam sebelumnya, di pundak sahabat saya. Wahai, seperti apa rasanya
menjadi
mereka?

***

Panti Asuhan Taman Balita, Cipayung suatu petang di akhir pekan.
"Mama... akut, mama takut!" Rengekan itu begitu memerihkan dada,
meningkahi kebisingan yang berasal dari ruangan yang baru saja saya
masuki. Jerit, tangis dan tawa bercampur menjadi satu.

Saya kaget ketika tiga orang sekaligus menyerbu saya dari depan,
belakang
dan samping. Mereka memeluk erat-erat hingga saya nyaris tak bisa
bernapas. Yang tidak kebagian pelukan memegang tangan saya dan
menarik-narik ke kiri dan ke kanan. Saya terpaksa berjongkok karena
kepungan mereka. Satu orang duduk di pangkuan saya sambil matanya yang
basah menatap saya penuh harap. Satu orang lagi yang memeluk leher saya
dari belakang menempelkan kepalanya di punggung saya.

Yang tadi menarik-narik lengan saya bertutur dengan kosa kata tidak
jelas.
"Hantu... lampu mati... nakal!" Katanya sambil menunjuk kerumuman
teman-temannya. Saya tak sempat menjawab. Beberapa pengasuh mereka
memerintahkan semua anak kembali ke kamar. Dengan dua anak balita di
gendongan dan dua lagi memegang ujung rok saya, saya tersaruk-saruk
mengikuti rombongan berisi tiga puluhan balita itu ke kamar mereka.

Saat para pengasuh menginstruksikan mereka untuk cuci kaki dan naik ke
tempat tidur, balita-balita itu masih menggelendoti saya, sambil
menarik-narik ke kamar mandi. Butuh waktu belasan menit bagi saya untuk
lepas dari kepungan mereka. Lepas dari satu anak, anak yang lain seperti
mendapat kesempatan untuk menyerbu dan memeluk. Mereka seperti
benar-benar
memanfaatkan setiap yang datang untuk mendapatkan sekedar dua kedar
usapan
dan pelukan.

Duh, perih itu merejam dada saya. Tak kuat menahan sesak di dada, saya
keluar ruangan untuk sejenak melepas perih ini. Oleh petugas saya
diberitahu dan dipersilakan mengunjugi ruangan bayi. Saat saya masuk,
sebagian besar orok itu sudah berada di box masing-masing.

Beberapa bayi tengah berguling di bed yang dihamparkan di bawah.
Sebagian
lagi mengoceh sendiri, sebagian lagi sudah tidur. Beberapa bayi langsung
mengulurkan tangan ketika saya mendekat. Kekeh tawa dan tatap memohon
mata-mata bulat itu membuat saya tak tega untuk mengabaikan permintaan
mereka.

Dua bayi sekaligus langsung saya angkat dari boxnya dan saya gendong di
kiri kanan. Namun baru sebentar, saya sudah ditegur oleh petugas. Kata
mereka bayi-bayi itu akan rewel dan tidak mau diturunkan jika saya
gendong
lagi karena seharian sudah banyak yang menggendong. Saya mengerti maksud
si ibu petugas. Dan benar saja, ketika saya kembalikan ke box-nya, dua
bayi 10 bulanan itu meronta dan menangis menyayat hati sambil
mengulurkan
tangannya.

Apa yang bisa saya lakukan sekalipun hati saya tersayat-sayat? Saya
harus
'tega' karena itu demi kepentingan mereka sendiri. Agar tidak merepotkan
para pengasuhnya. Agar mereka tumbuh tegar dan sadar bahwa mereka memang
harus tumbuh 'sendiri' tanpa pelukan Mama karena mereka berbeda. Agar
mereka tak kecewa ketika akhirnya harus kembali kehilangan pelukan
hangat
itu. Karena mereka tidak lagi memiliki orang tua yang akan memeluk
mereka
saat mereka takut atau sakit.

Lintasan pikiran itu membuat saya 'mematikan rasa' sekalipun saya sangat
ingin memeluk dan membelai mereka. Dan rasa itu, saya tumpahkan dalam
tangis tanpa suara dalam perjalanan pulang, di pundak sahabat perempuan
saya. Rabb, sungguh benar perintahmu kepada ummat Islam untuk memelihara
anak yatim.***

Azimah Rahayu

eramuslim.com

---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]


---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]


---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke