AKIBAT SERING DIGENDONG BAYI JADI "MALAS"
Digendong memang membuat bayi merasa aman dan nyaman. Tapi kalau keseringan justru 
bisa berakibat negatif. Si kecil akan tumbuh jadi anak yang kurang mandiri, selalu 
takut salah, dan tidak kreatif. Sayang sekali, kan? 

Boleh dibilang dunia bayi identik dengan keajaiban. Masih banyaknya hal-hal yang belum 
tergali maupun minimnya pengetahuan tentang dunia bayi membuat orang tua sering salah 
memperlakukan si kecil. Salah satu contoh konkretnya adalah menggendong bayi setiap 
saat sebagai upaya melindungi sekaligus mengungkapkan kasih sayang padanya. 

Menanggapi kebiasaan itu, Tri Novida, Psi., dari LPT UI (Lembaga Psikologi Terapan 
UI), yakin bahwa perlakuan orang tua terhadap bayinya pastilah bertujuan baik. Di masa 
bayi seorang individu masih berada dalam tahap attachment alias lengket pada 
orang-orang terdekatnya, terutama kedua orang tuanya. "Jika tahap ini bisa dilalui 
dengan baik, dalam diri anak akan tumbuh basic trust. Ini membuatnya menaruh rasa 
percaya pada orang tua dan orang-orang di sekitarnya. Berbekal ini, si anak akan 
tumbuh sebagai pribadi yang hangat dan penuh percaya diri." 
Hal senada dikatakan juga oleh dr. Anna Tjandrajani, Sp.A dari RSAB Harapan Kita, 
Jakarta. "Menggendong bayi itu perlu sekali, terlebih saat si ibu sedang menyusui 
bayinya. Dengan menggendong, terjalin aspirasi dan kontak emosional di antara ibu dan 
anak." Bahkan, lanjut spesialis anak yang juga berpraktek di Klinik Anakku Cinere, 
menggendong dengan metode kanguru selama 3-4 jam sehari memperbesar peluang bayi 
prematur untuk lebih cepat lepas dari keterikatannya dengan inkubator. Dengan metode 
ini, kondisi emosional maupun suhu tubuh anak bisa terkoreksi. 
Sudah jelas, bayi memang harus digendong setiap kali ia butuh rasa aman, nyaman, dan 
kehangatan dari orang-orang di sekitarnya. Jangan biarkan ia menangis berlama-lama 
sendirian. Anak akan lebih cepat tenang dan tidak cengeng jika kebutuhannya akan rasa 
aman dan nyaman terpenuhi dengan cara digendong dan dipeluk. Jangan takut pada 
anggapan lama yang mengatakan, menggendong si kecil saat menangis hanya akan 
membuatnya manja. 

Sayangnya, belum semua orang tua sadar akan arti penting menggendong bayi yang 
sesungguhnya. Si kecil digendong hanya berdasarkan alasan kasihan kalau ia 
digeletakkan dalam boks sendirian, bukan karena manfaat yang bisa didapat. Padahal 
kebiasaan ini bisa dioptimalkan untuk menjalin interaksi yang aktif dengan si bayi. 
Ajaklah ia bercakap-cakap dan kenalkan pada hal-hal yang baru karena hal itu merupakan 
stimulasi yang sangat berguna.  

JIKA KESERINGAN DIGENDONG

Selanjutnya, jika bayi sedang merasa nyaman dan sudah mendapatkan rasa aman, berikan 
kesempatan kepadanya untuk mengeksplorasi dan mengasah potensinya sendiri. Tak perlu 
menggendongnya sepanjang waktu selagi terjaga, karena untuk mencapai suatu kemampuan 
ia harus melalui proses belajar, berlatih, mencoba dan mencoba, serta berulang kali 
bangun dari kegagalan. "Bagaimana dia bisa membangun daya upayanya jika tidak melewati 
proses belajar?" tukas Tri. 

Jadi walaupun bayi perlu digendong, ia pun perlu diberi kesempatan lepas dari 
"kungkungan". Jika selalu terlindungi dalam gendongan, eksplorasi bayi terhadap 
lingkungan jadi terbatas. Masuk akal bukan? Keterbatasan ini bisa menyebabkan anak 
tertinggal dalam hal kemampuan yang seharusnya sudah dimiliki di usianya. Contohnya, 
gara-gara kebanyakan digendong, di usia 2 bulan ada bayi yang belum bisa mengangkat 
kepalanya saat ditengkurapkan. Bukan tidak mungkin pula bayi usia 8 bulan yang 
seyogyanya sudah bisa ditatih, merambat saja belum karena terlalu sering digendong. 

Amat disayangkan jika potensi yang dimiliki bayi tak bisa muncul karena salah 
perlakuan dari orang tua atau pengasuhnya. Ketertinggalan ini jelas bisa berdampak 
pada kehidupannya. Contoh sederhananya, saat anak sebayanya sudah bisa lari, dia baru 
belajar berjalan. Tentu saja untuk bisa mengejar ketertinggalan itu butuh usaha ekstra 
yang mungkin membuatnya lelah dan enggan mencoba lagi. Di sisi lain, menurut Anna, 
dengan selalu menggendong bayinya orang tua jadi tidak tahu perkembangan seutuhnya 
dari si buah hati. 

Selain itu, bayi yang terlalu banyak digendong cenderung berkembang menjadi pasif. 
Kepasifan ini bukan tidak mungkin bertahan sampai anak berusia dewasa yang terlihat 
dari sikapnya yang penakut serta peragu dalam mencoba segala sesuatu. 
Menggendong bayi sepanjang waktu akhirnya sama saja dengan bersikap terlalu melindungi 
yang membuat anak dibayangi rasa bersalah jika mencoba sesuatu tanpa "restu" ayah, 
bunda, atau pengasuhnya. Akibatnya, pudarlah bibit kreatif dan rasa percaya diri si 
anak karena orang tua tidak memupuk dengan semestinya. Di masa depan, besar 
kemungkinan anak memiliki ketergantungan yang berlebihan terhadap sosok sentralnya. 
Ditilik dari sisi kedokteran, bayi yang terlampau sering digendong juga tidak leluasa 
dalam bernapas. Hanya saja sejauh ini Anna mengaku belum menemukan penelitian yang 
membuktikan adanya keterkaitan antara kebanyakan digendong dengan gampangnya bayi 
jatuh sakit. "Kecuali kalau yang menggendongnya sedang sakit sehingga kemungkinan 
besar anak tertular." 
Yang jelas, ada banyak manfaat jika anak diberi kesempatan bergerak bebas sekalipun 
hanya sebatas di lingkungan rumah. Baik manfaat bagi fisik dan kesehatannya, maupun 
bertambahnya pengetahuan yang merangsang kemampuan otaknya. "Secara medis aktivitas 
ini juga menunjang anak untuk tumbuh menjadi bayi yang sehat dengan daya tahan tubuh 
yang lebih kuat. Sementara saraf-sarafnya pun akan terlatih dan teroptimalisasi dengan 
baik." 
KAPAN HARUS DIGENDONG?

Mengenai kapan bayi perlu digendong, ada beberapa situasi dan kondisi yang menurut 
Anna perlu diperhatikan, yaitu: 

* Bila memang tidak memungkinkan melepaskan anak sendirian, seperti di pesta, mal, 
restoran atau tempat-tempat ramai dan membahayakan. 

* Kala anak membutuhkan rasa aman yang bisa terdeteksi dari tangisan dan mimik wajah 
maupun bahasa tubuh. 

* Saat bayi takut terhadap sesuatu. Menggendongnya jauh lebih baik ketimbang 
mendiamkannya yang bisa berakibat fatal. Dalam kondisi ekstrem, anak bisa tumbuh jadi 
penakut atau mengalami trauma. 
* Waktu bayi membutuhkan rasa nyaman. Menggendongnya bisa membantunya kembali tenang 
setelah mengalami kejadian tak menyenangkan. Contohnya selagi disuntik imunisasi. 
BIARKAN BEBAS DI TEMPAT YANG AMAN

Bayi yang banyak diberi kesempatan untuk lepas bebas akan belajar tentang banyak hal:

* Eksplorasi Lingkungan 

Anak bisa memperoleh banyak stimulus, lebih mengenal lingkungannya dan mendapat 
pengetahuan yang lebih luas mengenai benda-benda dan secara sederhana tahu pula ragam 
bentuknya. Semisal, "O... kalau benda ini dipukul-pukul, ada bunyinya."

* Latihan Kemampuan Motorik 
Dengan dibiarkan lepas bebas, dengan sendirinya anak akan berusaha mengaktifkan atau 
memfungsikan seluruh anggota tubuhnya. Otot-otot anak pun akan terlatih. Begitu juga 
dengan keseimbangan dan kontrol diri. Anak mendapat pemahaman bahwa dengan berdiri 
sambil berpegangan, ia tidak akan jatuh. Atau mendapat pengalaman baru bahwa jika 
turun dari tempat yang lebih tinggi, haruslah kaki dulu supaya tidak jatuh 
terjerembab. 
* Latihan Kemampuan Persepsi

Pengetahuan bayi mengenai orientasi arah dan tempat juga jadi terlatih. Dengan 
merangkak ke sana kemari bayi jadi tahu, "Kamar ayah dan bunda ada di sebelah kamarku 
dan di luar ada rumput tempat aku biasa diajak jalan-jalan sama ayah dan bunda."

* Belajar Memahami Hubungan Sebab Akibat

Sekalipun sangat sederhana, bagi bayi konsep hubungan sebab akibat sangatlah berharga. 
"Kalau aku berdiri di lantai yang ada airnya, aku bisa terpeleset jatuh." Atau, "Oh, 
pantesan ayah suka bilang, 'Awas jatuh' ya. Soalnya kalau jatuh, aku pasti kesakitan."

* Belajar Memahami Proses

Contohnya saat mendekati kakak yang mengiming-imingi sepotong kue, ia harus berusaha 
berjalan mendekati si kakak yang saat itu berdiri agak jauh.



                
---------------------------------
Do you Yahoo!?
New and Improved Yahoo! Mail - Send 10MB messages!

Kirim email ke