RE: [anakku] Re: BIKIN ANAK LAKI2Semoga bisa bermanfaat....

MAU BAYI LAKI-LAKI ? "AKIHITO" BISA MEMBANTU! 
Kendati tergolong cara kuno, namun teori ini relatif gampang diterapkan pada 
siapa saja, selain tak perlu biaya mahal. 
Buat banyak pasangan, kehadiran anak laki-laki kerap dianggap "syarat 
mutlak" atau paling tidak salah satu hal terpenting yang harus ada. Hingga 
ketika anak-anak yang dilahirkan kebetulan berjenis kelamin perempuan, 
mereka tetap ngotot mengupayakan ada penerus keturunan. Padahal, jelas Dr. 
M. Yusuf, SpOG, apakah bayi yang dikandung berjenis kelamin laki-laki atau 
perempuan, amat ditentukan oleh kualitas sperma si ayah, pola makan dan 
kapan saat terjadi pembuahan. 
Salah satu upaya yang bisa ditempuh, lanjut Dirut RSIA Evasari, Jakarta ini, 
adalah teori Akihito. Teori yang pernah menjadi topik hangat di tahun 50-an 
ini, katanya, memang berasal dari Negeri Matahari Terbit. Meski kabarnya 
ditemukan oleh Hirohito, kaisar saat itu yang juga seorang ahli biologi, 
namun kaisar Akihito, sang anaklah yang menerapkan teori tersebut dalam 
keluarganya. Yang pasti, ujar alumnus FKUI, Akihito yang kawin dengan Putri 
Michiko berhasil mendapatkan 2 anak laki-laki dan satu anak perempuan 
sebagai penerusnya. 

ANDALKAN SIFAT BIOLOGIS 

Teori Akihito, kata Yusuf, memang secara sederhana bisa dijelaskan 
berdasarkan teori biologi. "Kan, setiap sperma memiliki dua unsur, yakni X 
dan Y. Nah, kalau sperma X yang berhasil membuahi sel telur si istri, maka 
akan dikandunglah seorang janin berkelamin wanita. Sementara bila sperma Y 
yang membuahi, akan lahirlah anak laki-laki." 
Menurut Yusuf, cara ini relatif amat mudah diterapkan pada siapa saja. 
Bahkan, tambahnya, teori ini pula yang kemudian mendasari inseminasi buatan 
maupun program bayi tabung. Yakni dengan memisahkan X dan Y melalui 
penggunaan alat-alat canggih sebelum disuntikkan ke dalam rahim si istri 
sesuai dengan kebutuhan/jenis kelamin yang diinginkan. 
Sementara berdasarkan teori biologi pula, sperma memiliki sifat-sifat 
tertentu. Sperma X, contohnya, ternyata gerakannya lebih lamban meski 
umurnya lebih panjang dibanding sperma Y. Sebaliknya, gerak sperma Y lebih 
gesit namun umurnya lebih singkat. 
Nah, memperhatikan cepat dan lambatnya gerakan sperma X dan Y inilah yang 
mesti mendapat prioritas jika ingin mendapatkan anak dengan jenis kelamin 
tertentu. Dengan memposisikan sel telur sebagai target, pastilah sel sperma 
Y yang akan lebih cepat sampai. Hingga kalau ingin anak laki-laki, tegas 
Yusuf, hubungan suami istri harus dilakukan sesudah terjadi ovulasi 
(pelepasan sel telur). Jadi, saat sel telur sudah ada. "Itu berarti sesudah 
terjadi ovulasi, yakni 2-3 hari kemudian dan jangan pas ovulasi." 
Perkiraannya, ovulasi terjadi pada hari ke 14 sampai 16 dihitung dari hari 
pertama menstruasi. 

MESTI "PUASA" 

Hanya saja, terang Yusuf, sebelum ovulasi suami mesti "puasa". Soalnya, 
"Kalau sudah berhubungan intim sebelum atau malah tepat saat ovulasi, bisa 
saja ada sperma X yang tertinggal mengingat usia sperma X ini lebih panjang 
dibanding sperma Y." Sperma X bisa bertahan sampai 4 hari di rahim. 
Sedangkan sperma Y hanya satu-dua hari saja. "Dengan begitu sperma X yang 
tertinggal ini sama-sama berpeluang membuahi sel telur dengan sel sperma Y 
yang dipancarkan saat sanggama terakhir. Hingga agak sulit memastikan 
kemungkinan jenis kelamin si anak." 
Itulah mengapa pengertian dan kemampuan suami menahan diri amat dituntut. 
Setidaknya ia harus bisa berpuasa sekitar 7-8 hari setiap bulan, yakni 5 
hari menjelang ovulasi ditambah 2-3 hari sesudahnya. Dengan berpuasa 
diharapkan kualitas sperma semakin prima dan jumlahnya pun kian banyak. 
Hingga peluang membuahi sel telur semakin besar. Padahal buat sebagian 
laki-laki, katanya, puasa selama itu bukan soal enteng, lo. "Coba bayangin, 
baru di hari ke-10 setelah si istri haid, suami sudah tidak boleh 
berhubungan dengan asumsi ovulasi bakal terjadi di hari ke-15 atau ke-16. 
Bagi suami yang libidonya termasuk tinggi ini dirasa amat berat." 
Sebaliknya, jika menginginkan bayi perempuan, saran Yusuf, lakukan hubungan 
suami istri 3-4 hari sebelum ovulasi atau kapan pun suami istri 
menginginkannya mengingat bayi perempuan hanya terdiri dari unsur XX dan 
bukan XY. Selain karena di luar masa puasa tersebut, hubungan intim tak lagi 
berpengaruh pada hasil pembuahan. "Karena jika sel telur dan sperma sudah 
ketemu, kan, sperma-sperma berikutnya tak lagi berperan menentukan jenis 
kelamin anak." 

BERPANTANG DAGING 

Selain itu, terangnya, jenis makanan yang dikonsumsi suami istri ternyata 
ikut berpengaruh pula pada peluang si istri memperoleh bayi yang diinginkan. 
Karena bukan tak mungkin jenis makanan tertentu ini akan ikut mempengaruhi 
kondisi asam dan basa vagina yang lebih jauh menentukan ketahanan sperma X 
dan Y tadi. Dalam teori Akihito, bilang Yusuf, daging merupakan jenis 
makanan yang justru harus dipantang bila menginginkan bayi laki-laki. 
Sebagai pengganti daging, lanjutnya, ikan bisa dijadikan pilihan kala harus 
berpantang. 
Ginekolog yang dikaruniai 3 pasang putra-putri ini mengakui kebenaran teori 
Akihito yang dibacanya semasa SMA dulu kemudian tanpa sengaja diterapkan 
dalam kehidupan pribadinya. Kala istrinya mengandung anak pertama dan kedua 
yang kebetulan laki-laki, Yusuf masih berstatus dokter umum yang ditempatkan 
di daerah miskin. "Belum tentu bisa nemu daging seminggu sekali, namun 
kondisi ini justru membawa berkah." Sementara pada kehamilan tiga anak 
perempuan berikutnya, ia ditempatkan di daerah yang justru terkenal dengan 
kelezatan aneka sate. 
Berdasarkan pengalaman itulah, Yusuf mengaku berani menerapkan pada 
pasien-pasiennya yang amat mengharapkan kehadiran anak laki-laki. "Mayoritas 
berhasil, tuh. Kalaupun gagal bisa jadi karena kekurangmampuan si suami 
menahan diri untuk tidak berhubungan intim pada masa seharusnya yang 
bersangkutan "puasa". Selain tentunya terpulang kembali pada kebesaran Yang 
Maha Kuasa." 

Mengukur Suhu Basal 

Menurut Yusuf, teori Akihito paling sesuai diterapkan pada pasangan yang 
istrinya memiliki siklus haid teratur. Bukan berarti mereka yang memiliki 
siklus haid tak teratur lantas harus berkecil hati, lo. Sebabnya, tetap bisa 
ditentukan kapan ovulasi yang bersangkutan datang. Salah satunya, dengan 
cermat membuatkan/mencatatkan grafik suhu basalnya. Saat grafik suhu 
tersebut menunjukkan peningkatan tajam, itu berarti suami mesti sudah ambil 
ancang-ancang. 
Meski bisa saja 2-3 hari setelah ovulasi si istri, kondisi fisik dan libido 
suami justru tengah melorot alias sedang tidak in the mood. Alhasil, peluang 
untuk memperoleh anak laki-laki harus betul-betul diupayakan secara lebih 
terencana di bulan-bulan berikutnya. "Kehamilan semacam ini, kan, memang 
harus betul-betul diniatin. Enggak bisa sambil lalu," bilang Yusuf. 
  
Sumber : Tabloid Nakita 



> > Dear para Dokter dan ibu2 sekalian, 
> > 
> > Saat ini aku berencana hamil lagi anak ke-2, dan karena anak pertama 
> perempuan, 
> > maka 
> > aku pengen nantinya punya anak laki2. 
> > Kira2 dari sisi kedokteran dan pengalaman ibu2 semua, tentunya ada tip 
> 
> > & 
> trik 
> > untuk 
> > "mengusahakan" anak laki2. 
> > Apakah benar bahwa mengukur suhu badan,  masa subur, membuat asam/basa 
> sekitar, 
> > dan siapa yg orgasme duluan dapat menentukan jenis kelamin anak ? 
> > 
> > Sebelumnya saya mengucapkan thanks berat atas segala sharing teman2. 
> > 
> > salam. 
> > ratna 

Kirim email ke