Mbak Suyanti,... Tiap anak punya kelebihannya masing-masing. Tergantung kita orang tuanya yang bisa menyuport minat dan bakatnya. Mungkin sekarang Callis pembawaannya kalem (ato pasif), tapi saya yakin seiring dengan bertambahnya pengalaman (pengaruh lingkungan dan keluarga juga) pasti Callis bisa menyesuaikan dirinya pada situasi yang dihadapinya.
Yang pasti support orang tua itu segalanya Mbak,...kita membesarkan anak harus dengan keyakinan anak kita is the Best in his own way. Enggak usah dengerin Kakak Iparnya,... statement yg enggak mendukung gitu enggak usah dipeduliin. Melisa ----- Original Message ----- From: "Suyanti" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Thursday, August 26, 2004 4:00 PM Subject: [balita-anda] lingkar kpl == Mencetak Anak Cerdas ? ... Gampang ! > Moms and Dads, > > Baca artikel dibawah aku jadi was2, masalahnya callis lahir 2.9 kg 47 cm, > sampe sekarang masih aja 'mungil' 9bln 3 minggu berat 8.7 kg, kepalanya > juga gak besar, tapi gak kecil juga sih.. beda banget sama ponakan saya > umur 10 bln, berat 12kg lebih, kepalanya besar.. apakah bener kalo > lingkar kepala kecil pasti kalah pinter ( iq, intelegensi) dari yg > kepalanya besar? > Ponakan saya ini keliatannya emang pinter, lebih cepat perkembangan (gigi/ > usia tengkurap dan duduk) juga lebih banyak gaya : duduk sambil tangan > diatas kayak org joget2 gitu, terus agresif tidak takut orang, berani > merebut mainan callis malah... walau akhirnya setelah direbut 2x, callis > berani merebut lagi dan akhirnya mainannya copot karena ditarik kanan > kiri.. ;-) Sampe2 kakak ipar saya bilang: nanti kalo udah gede pasti > callis gampang dibohongin dan dibuat nangis oleh sepupunya .. ohh noo .... > > > > > > > "fenty" <[EMAIL PROTECTED]> > 08/26/04 01:08 PM > Please respond to > [EMAIL PROTECTED] > > > To > <[EMAIL PROTECTED]> > cc > > Subject > [balita-anda] Artikel (1) : Mencetak Anak Cerdas ? ... Gampang ! > > > > > > > Mencetak Anak Cerdas ? ...GAMPANG ! > > Oleh info > > Minggu, 15-Februari-2004, 09:50:412176 klik > > > > > > Anak cerdas tentu dambaan setiap orang, sebab kecerdasan merupakan modal > tak > ternilai bagi si anak untuk mengarungi kehidupan di hadapannya. Beruntung > kecerdasan yang baik ternyata bukan harga mati, melainkan dapat > diupayakan.. > > > > > > > Anak cerdas tentu dambaan setiap orang, sebab kecerdasan merupakan modal > tak > ternilai bagi si anak untuk mengarungi kehidupan di hadapannya. Beruntung > kecerdasan yang baik ternyata bukan harga mati, melainkan dapat > diupayakan. > > > > Dr. Bernard Devlin dari Fakultas Kedokteran Universitas Pittsburg, AS, > memperkirakan faktor genetik cuma memiliki peranan sebesar 48% dalam > membentuk IQ anak. Sisanya adalah faktor lingkungan, termasuk ketika si > anak > masih dalam kandungan. > > > > Untuk menjelaskan peran genetika dalam pembentukan IQ anak, seorang pakar > lain di bidang genetika dan psikologi dari Universitas Minnesota, juga di > AS > bernama Matt McGue, mencontohkan, pada keluarga kerajaan yang memiliki > gen > elit, keturunannya belum tentu akan memiliki gen elit. ''Keluarga > bangsawan > yang memiliki IQ tinggi umumnya hanya sampai generasi kedua atau ketiga. > Generasi berikutnya belum diketahui secara pasti, karena mungkin saja > hilang > meski dapat muncul kembali pada generasi kedelapan atau berikutnya'', > ungkap McGue. ''Orang tua yang memiliki IQ tinggi pun bukan jaminan dapat > menghasilkan anak ber-IQ tinggi pula.'' Ini menunjukkan genetika bukan > satu-satunya faktor penentu tingkat kecerdasan anak. > > > > Faktor lingkungan, dalam banyak hal, justru memberi andil besar dalam > kecerdasan seorang anak. Yang dimaksud tak lain adalah upaya memberi > ''iklim > ' tumbuh kembang sebaik mungkin sejak si anak masih dalam kandungan agar > kecerdasannya dapat berkembang optimal. Dengan gizi dan perawatan yang > baik > misalnya, si Polan bisa cerdas. Atau dengan menjaga kesehatan secara baik > dan menghindari racun tubuh selagi ibunya mengandung dia, si Putri dapat > memiliki intelegensia baik. Begitu pula dengan memberikan kondisi > psikologis > yang mendukung, angka IQ si Tole lebih tinggi dari teman sebayanya. Gizi, > perawatan, dan lingkungan psikologis itulah faktor lingkungan penentu > kecerdasan anak. > > > > Kisah Helen dan Gladys, sepasang bayi kembar, bisa menjadi salah satu > buktinya. Pada usia 18 bulan mereka dirawat secara terpisah. Helen hidup > dan > dibesarkan dalam satu keluarga bahagia dengan lingkungan yang hidup dan > dinamis. Sedangkan Gladys dibesarkan di daerah gersang dalam lingkungan ' > miskin'' rangsangan intelektual. Ternyata saat dilakukan pengukuran, Helen > memiliki angka IQ 116 dan berhasil meraih gelar sarjana dalam bidang > Bahasa > Inggris. Sebaliknya Gladys terpaksa putus sekolah lantaran sakit-sakitan > dan > IQ-nya 7 angka di bawah saudara kembarnya. > > > > Gizi dan Perilaku Ibu > > > > Dr. Devlin menemukan bukti bahwa keadaan dalam kandungan juga sangat > berpengaruh pada pembentukan kecerdasan. ''Ada otak substansial yang > tumbuh > dalam kandungan'', jelasnya. ''IQ sangat tergantung pada bobot lahir bayi. > Anak kembar, rata-rata memiliki IQ 4 - 7 angka di bawah anak lahir tunggal > karena umumnya bayi kembar memiliki bobot badan lebih kecil'', tambahnya. > > > > Lebih dari 20 tahun terakhir berbagai penelitian juga mengungkapkan > korelasi > positif antara gizi, terutama pada masa pertumbuhan pesat, dengan > perkembangan fungsi otak. Ini berlaku sejak anak masih berbentuk janin > dalam > rahim ibu. Pada janin terjadi pertumbuhan otak secara proliferatif (jumlah > sel bertambah), artinya terjadi pembelahan sel yang sangat pesat. Kalau > pada > masa itu asupan gizi pada ibunya kurang, asupan gizi pada janin juga > kurang. > Akibatnya jumlah sel otak menurun, terutama cerebrum dan cerebellum, > diikuti > dengan penurunan jumlah protein, glikosida, lipid, dan enzim. Fungsi > neurotransmiternya pun menjadi tidak normal. > > > > Dengan bertambahnya usia janin atau bayi, bertambah pula bobot otak. > Ukuran > lingkar kepala juga bertambah. Karena itu, untuk mengetahui perkembangan > otak janin dan bayi berusia kurang dari setahun dapat dilakukan secara > tidak > langsung, yakni dengan mengukur lingkar kepala janin. > > > > Begitu lahir pun, faktor gizi masih tetap berpengaruh terhadap otak bayi. > Jika kekurangan gizi terjadi sebelum usia 8 bulan, tidak cuma jumlah sel > yang berkurang, ukuran sel juga mengecil. Saat itu sebenarnya terjadi > pertumbuhan hipertropik, yakni pertambahan besar ukuran sel. Penelitian > menunjukkan, bayi yang menderita kekurangan kalori protein (KKP) berat > memiliki bobot otak 15 - 20% lebih ringan dibandingkan dengan bayi normal. > Defisitnya bahkan bisa mencapai 40% bila KKP berlangsung sejak berwujud > janin. Karena itu, anak-anak penderita KKP umumnya memiliki nilai IQ > rendah. > Kemampuan abstraktif, verbal, dan mengingat mereka lebih rendah daripada > anak yang mendapatkan gizi baik. > > > > Asupan zat besi (Fe) juga diduga erat kaitannya dengan kemampuan > intelektual > Untuk membuktikannya, Politt melakukan penelitian terhadap 46 anak > berusia > 3 - 5 tahun. Hasilnya menunjukkan, anak dengan defisiensi zat besi > ternyata > memiliki kemampuan mengingat dan memusatkan perhatian lebih rendah. > Penelitian Sulzer dkk. juga menunjukkan anak menderita anemia (kurang > darah > akibat defisiensi zat besi) mempunyai nilai lebih rendah dalam uji IQ dan > kemampuan belajar. > > > > Maka atas dasar hasil penelitian tadi, kita bisa mengatur makanan anak > sejak > janin. Ketika anak masih dalam kandungan, si ibu mesti makan untuk > kebutuhan > berdua dengan gizi yang baik. Perilakunya juga mesti dijaga agar tidak > memberi pengaruh buruk terhadap janin. Pasalnya, perilaku ''buruk''ibu > hamil > merokok misalnya, ternyata juga menjadikan IQ anak rendah. > > > > Penelitian David L. Olds et. al. (1994) dari Departement of Pediatrics, > University of Colorado di Denver, AS, menunjukkan bayi-bayi yang lahir > dari > ibu perokok memiliki faktor potensial ber-IQ rendah, seperti bobot lahir > rendah, lingkar kepala lebih kecil, lahir prematur, dan perawatan saat di > ICU lebih lama dibandingkan dengan bayi dari ibu tidak merokok selama > hamil. > Anak dari ibu perokok selama hamil pada usia 12 - 24 bulan memiliki nilai > IQ > 2,59 angka lebih rendah, pada 36 - 48 bulan memiliki nilai IQ 4,35 angka > lebih rendah ketimbang IQ anak dari ibu tidak merokok saat hamil. > > > > Menurut David, asap rokok diduga akan mengurangi pasokan oksigen yang > sangat > diperlukan dalam proses pertumbuhan sistem syaraf janin. Nikotin rokok > akan > membuat saluran utero-plasental menyempit. Akibatnya, sel-sel otak bayi > akan > menderita hypoxia atau kekurangan oksigen. Asap rokok juga akan memicu > terjadinya proses carboxy hemoglobin, yaitu sel-sel darah yang semestinya > mengikat oksigen malah mengikat CO dari asap rokok. Selain itu, asap rokok > juga mengandung sekitar 2.000 - 4.000 senyawa kimia beracun yang secara > langsung mengganggu dan merusak berbagai proses tumbuh kembang sel-sel dan > > > sistem syaraf. > > > > Merokok selama hamil juga berpengaruh pada kekurangan zat gizi yang > diperlukan dalam proses tumbuh kembang sel otak. Misalnya, kebutuhan zat > besi akan meningkat karena harus memenuhi keperluan pembentukan sel-sel > darah yang banyak mengalami kerusakan. Hal ini akan mengurangi kemampuan > dan > persediaan zat gizi lainnya, seperti vit. B-12 dan C, asam folat, seng > (Zn), > dan asam amino. Zat-zat gizi tsb. dilaporkan sangat diperlukan dalam > proses > tumbuh kembang sel-sel otak janin. Jika terjadi kekurangan zat-zat gizi > esensial, proses tumbuh kembang otak tidak optimal, sehingga nilai IQ pun > menjadi lebih rendah. > > > > Setelah lahir, asupan gizi bagi bayi juga harus dijaga tetap baik. > Idealnya, > anak mendapatkan ASI secara eksklusif sampai usia 4 - 6 bulan. Jenis > makanan > selain ASI, untuk bayi dan anak balita sebaiknya dibuat dari bahan > makanan > pokok (nasi, roti, kentang, dll.), lauk pauk, bebuahan, air minum, dan > susu > sebagai sumber protein dan energi. Jangan lupa, bahan makanan harus diolah > sesuai tahap perkembangan dari lumat, lembek, selanjutnya padat. Secara > keseluruhan asupan makanan sehari harus mengandung 10 - 15% kalori dari > protein, 20 - 35 % dari lemak, dan 40 - 60% dari karbohidrat. > > > > Menu seimbang diberikan sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan. Sejak awal > balita, jika memungkinkan, anak diberi susu sebanyak 500 ml. Namun, jika > ASI > cukup, susu pengganti tidak perlu diberikan hingga usia dua tahun. > > > > Perhatian juga mesti diberikan terhadap jadwal pemberian makanan. Makan > besar tiga kali (sarapan, makan siang, dan malam), makan selingan (makan > kecil) dua kali yang diberikan di antara dua waktu makan besar, air minum > diberikan setelah makan dan ketika anak merasa haus, serta susu diberikan > dua kali, yakni pagi dan menjelang tidur malam. > > > > Untuk mengetahui kecukupan gizi pada anak ada dua cara yang bisa > digunakan. > Pertama cara subjektif, yakni mengamati respon anak terhadap pemberian > makanan. Makanan dinilai cukup jika anak tampak puas, tidur nyenyak, > aktifitas baik, lincah, dan gembira. Anak cukup gizi biasanya tidak pucat, > tidak lembek, dan tidak ada tanda-tanda gangguan kesehatan. > > > > Cara kedua adalah dengan pemantauan pertumbuhan secara berkala. Cara ini > dilakukan dengan mengukur bobot dan tinggi anak, dilengkapi dengan > mengukur > lingkar kepala pada anak sampai usia 3 tahun. Hasil pengukuran > dibandingkan > dengan data baku untuk anak sebaya. Jika ditemukan tanda-tanda kurang > sehat, > seperti pucat atau rambut tipis dan kemerahan, anak perlu diperiksa secara > medis. Ada baiknya juga dilakukan pemeriksaan psikologis, terutama bila > ada > kemunduran prestasi belajar. > > > > Tempat Tinggal dan Cerita > > > > Selain faktor gizi dan perawatan, apa yang dilihat, didengar, dan > dipelajari > anak, sejak dalam kandungan sampai usia lima tahun, sangat menentukan > intelegensia dasar untuk masa dewasanya kelak. Setelah usianya melewati > lima > tahun, secara potensial IQ-nya telah tetap. Dengan begitu, masa itulah > merupakan kesempatan emas bagi kita untuk memacu tingkat kecerdasan anak. > > > > Menurut Jean Piaget, psikolog dari Swis, semakin banyak hal baru yang > dilihat dan didengar, si anak akan semakin ingin melihat dan mendengar > segala sesuatu yang ada dan terjadi di lingkungannya. Karenanya disarankan > agar orang tua memperkaya lingkungan tempat tinggal (kamar tidur atau > kamar > bermain) bayi dengan warna dan bunyi-bunyian yang merangsang. Umpamanya, > gambar-gambar binatang atau bunga, musik, kicauan burung, dsb. Semuanya > mesti tidak menimbulkan ketakutan dan kegaduhan pada anak. > > > > Para pakar juga yakin lingkungan verbal bagi anak juga tak kalah > pentingnya. > Bahasa yang didengarkan anak bisa meningkatkan atau menghambat kemampuan > dasar berpikirnya. Penelitian hal ini dilakukan psikolog Rusia. Ia > membayar > para ibu keluarga miskin untuk membacakan cerita dengan suara keras untuk > bayi mereka masing-masing selama 15 - 20 menit setiap hari. Menjelang > berusia 1,5 tahun, bayi menjalani pengukuran. Hasilnya, bayi-bayi itu > memiliki kemampuan berbahasa yang lebih baik ketimbang bayi-bayi seusianya > di daerah yang sama. > > > > Penelitian lain dilakukan di sebuah sekolah perawat di New York, AS, > terhadap dua kelompok anak usia tiga tahun. Masing-masing anak > diperlakukan > secara berbeda. Kelompok pertama diberi pelajaran berbahasa selama 15 > menit > setiap hari. Kelompok kedua diberi perhatian khusus juga selama 15 menit > tanpa pelajaran bahasa. Setelah 4 bulan ternyata kelompok pertama > mendapatkan kenaikan intelegensia rata-rata sebesar 14 angka. Sedangkan > kelompok kedua kenaikan rata-ratanya cuma 2 angka. > > > > Nah, untuk mendapatkan anak cerdas ternyata gampang. Cuma dengan memberi > makanan sehat, perawatan baik, dan lingkungan psikologis yang mendukung > sejak dalam kandung hingga usia lima tahun, besar kemungkinan harapan kita > akan tercapai. > > > > by : Khamid Wijaya/dr. Audrey Luize/M. Harli/Masitoh > --------------------------------------------------------------------- >> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/ >> Info balita, http://www.balita-anda.com >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]