> -----Original Message----- > From: Otrie Septiandari > Sent: Friday, September 03, 2004 9:21 AM > Subject: > > Puluhan Ibu Tertipu Dukun "Hamil" > > > Bekasi, Kompas > > Kirim Teman | Print Artikel > > > > > Puluhan ibu rumah tangga yang sangat mendambakan anak tertipu oleh seorang dukun, > Suridah Sianturi (40). Dukun yang membuka praktik di Gang H Pelor RT 06 RW 04 Bojong > Rawalumbu, Bekasi, itu mengaku bisa membuat wanita hamil setelah menjalani > pengobatan selama tiga bulan. > > Dalam perkembangannya, pasien-pasiennya memang mengalami pembesaran di bagian perut > seperti layaknya orang hamil. Akan tetapi, ternyata bayi yang didambakan tak kunjung > lahir meski usia "kandungan" sudah lebih dari sembilan bulan. > > Ketika diperiksakan ke dokter, ternyata yang ada di dalam perut para pasien dukun > itu hanyalah timbunan lemak. > > Atas tindakannya menipu para pasien tersebut, Suridah Sianturi alias Opung ditangkap > aparat kepolisian, Rabu (1/9) malam. > > Terungkapnya kasus itu bermula dari laporan enam perempuan yang menjadi korban Opung. > > "Sebenarnya pernah ada pasien yang melaporkan kasus ini kepada polisi sekitar bulan > April lalu, tetapi tidak tahu kenapa tidak diproses. Padahal yang datang ke tempat > praktik Opung banyak juga. Kami sepakat melapor karena merasa tertipu dan tidak > ingin jatuh korban lagi seperti kami," kata Maria (40), seorang korban yang tinggal > di Jalan Makrik RT 06 RW 04, Bojong Rawalumbu. > > Dalam mengobati pasiennya, Opung mengawalinya dengan mengurut sambil mengunyah > sirih. Lalu suaranya berubah menjadi suara nenek-nenek yang berbicara dalam bahasa > Batak. Jika pasien tidak mengerti, Roma, anak kandung Opung, biasa membantu > menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. "Ibu memang tidak bisa bahasa > Indonesia," kata Roma. > > Menurut Maria, pasien yang datang bukan dari Bekasi saja, tetapi juga dari Medan, > Batam, dan daerah lainnya. Banyak pasangan suami-istri yang mendambakan anak menaruh > harapan pada Opung dan selama berbulan-bulan patuh pada syarat yang ditentukan Opung. > > R Purba, warga Sepanjang Jaya RT 03 RW 04, Bojong Rawalumbu yang sudah 19 tahun > menikah tetapi belum punya anak, mulai berobat kepada Opung September 2003. Menurut > dia, setiap berobat, setidaknya dia harus antre dengan 30 orang lainnya. Perutnya > memang membesar, tetapi ketika dia memeriksakan kandungannya ke dokter, ternyata > tidak ada bayinya. > > Sejumlah ibu yang berhasil "hamil" pernah membuat acara syukuran di rumah salah > seorang warga. Mereka bersuka ria atas kehamilannya dengan berkumpul bersama. Namun, > mereka akhirnya malu ketika menyadari bahwa tidak ada bayi di dalam kandungannya. > Karena itu, mereka kemudian sepakat melapor ke polisi. > > Hanya lemak > > Maria yang rumahnya berseberangan dengan rumah Opung menyatakan awalnya dia hanya > coba-coba berobat ke Opung. "Saya heran melihat banyak pasien yang datang ke rumah > Opung," katanya. > Ditemani suaminya, ibu seorang anak perempuan berusia 11 tahun itu kemudian datang > ke sana dan minta diurut. Dia berpikir, siapa tahu jika perutnya diurut Opung, dia > bisa memberikan adik kepada anak semata wayangnya. > > "Tadinya saya cuma mau urut biasa. Ketika Opung memegang perut saya, dia bilang saya > masih bisa hamil tiga kali. Opung bilang, semuanya laki-laki. Karena saya dan suami > memang ingin punya anak laki-laki, akhirnya jadi tertarik dengan pengobatan Opung," > kata Maria yang bekerja di Jakarta. > > Mendapat dukungan suami, Maria pun mulai ikut program pengobatan ala Opung. Dia > mulai diurut bulan Juli 2003. Setiap habis berobat Maria diberi air putih yang sudah > diberi mantra. Tiga hari kemudian dia dan suaminya disuruh minum air jeruk purut > yang dibeli dari Opung dan harus diminum sebelum matahari terbit. > > Pada hari ketujuh, ia diharuskan makan daun ubi jalar dan bubur sumsum dari beras > yang harus ditumbuk sendiri. Maria juga tidak boleh makan daging. Demi bisa hamil, > Maria pun menuruti anjuran tersebut. "Besarnya biaya tidak dipatok, terserah > kemampuan kita. Saya biasanya memberi uang Rp 50.000-Rp 100.000," kata Maria > menjelaskan soal pembayaran pengobatan itu.> > > Bulan September 2003 Maria memeriksakan kehamilannya ke bidan Farida yang berada di > dekat rumah, sesuai dengan saran Opung. Oleh bidan ia dinyatakan positif hamil satu > bulan. Tentu saja Maria dan suaminya menyambut gembira kehamilan yang sudah mereka > nantikan itu. > > Ketika usia kandungan mencapai tiga bulan, Maria datang ke rumah sakit untuk > pemeriksaan. Ia kemudian minta di-USG (ultrasnonografi). Ia benar-benar kaget ketika > dokter menyatakan tidak melihat ada bayi dalam perutnya. > > Maria pun lalu mempertanyakan kehamilannya kepada Opung. Apalagi selama proses > pengobatan itu ia tetap mendapat haid. Namun, Opung menyatakan bahwa peralatan > kedokteran tidak bisa melihat bayi yang dihasilkan lewat pengobatan nonmedis itu. > "Kalau soal tetap haid, katanya untuk membersihkan janin," ujar Maria menirukan > jawaban Opung. > > Tiga kali USG > > Dari bulan ke bulan perut Maria makin membesar. Meski tiga kali di-USG, tetap saja > dinyatakan tidak ada bayi. Namun, Maria yakin dirinya hamil. > Pada usia "kehamilan" 10 bulan, bayi yang dinantikan Maria dan suaminya ternyata tak > kunjung lahir. Ia pun menghentikan pengobatan tersebut pada bulan Juni lalu. Satu > bulan kemudian, tiba-tiba perutnya berangsur-angsur kempis dan kembali normal. "Kata > dokter, perut saya cuma berisi lemak. Mungkin minuman yang diberikan Opung itu juga > membuat perut saya dan pasien lain kembung," ungkapnya. > > Menanggapi masalah ini, psikolog Safitri Supardi mengatakan, memiliki anak dalam > suatu perkawinan sering kali dianggap suatu keharusan. "Akibatnya, banyak perempuan > melakukan cara apa pun, termasuk yang tidak rasional, untuk bisa mendapatkan anak," > katanya. > > Menurut Safitri, sebaiknya perempuan dan pasangannya mengambil langkah-langkah yang > masuk akal, sesuai dengan ilmu pengetahuan, untuk mendapatkan anak. Untuk orang yang > mampu dan berpendidikan, ucapnya, bayi tabung bisa menjadi pilihan. (ELN) >