----- Original Message ----- 
From: Ira Indira 
To: [EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, September 09, 2004 10:40 PM
Subject: Fw: MASIHKAH KITA PERLU PEMERINTAH...?










 APAKAH KITA MASIH BUTUH PEMERINTAH?  Apakah Kita Masih Butuh Pemerintah?! 
Rasanya hampir  semua hal dalam  kehidupan, kita urus dan atur sendiri. Kita mulai  
dari hal-hal disekitar rumah.  Bila jalan didepan rumah rusak atau belum diaspal,   
bersama tetangga kita  bergotong-royong saling menyumbang uang atau  material untuk 
memperbaiki atau  mengaspalnya. Beruntung (ini amat jarang), bila  pemerintah 
berinisiatif  untuk mengaspal.   Membuang sampah juga kita urus sendiri dengan  
membayar tukang sampah.  Keamanan di sekitar rumah kita atasi sendiri dengan  menggaji 
satpam, hansip, atau melakukan ronda bersama warga sekitar rumah.  Saat ke kantor, 
kuliah,  atau  kemana saja, kita perlu membayar cepek kepada pak ogah agar bisa 
berjalan lancar ditikungan. Sopir bis kota, metro mini, dan angkutan umum  lainnya 
juga mengurus sendiri, dimana saja dan kapan saja mereka mau berhenti entah untuk 
menaikkan  penumpang bahkan untuk istirahat. Di jalan tol, bila terburu-buru, kita 
atur sendiri mau lewat sebelah mana.  Mau melambung dari sebelah kiri boleh, mau 
menerobos bahu jalan bisa, mau tiba-tiba memotong kendaraan lain jug a tidak apa-apa. 
Sebaliknya bila sedang ingin santai di jalan tol bisa juga berkendaraan pelan-pelan 
dibawah 60 kilo meter per-jam dan ambil jalur paling kanan.  Pengendara sepeda motor 
boleh mengatur sendiri arah motornya. Bila dia melihat tempat yang ditujunya lebih 
dekat dicapai  dengan melawan arus  kendaraan, dia boleh melawan arus dengan bebas 
merdeka . Di malam hari, para pengendara motor boleh mengatur sendiri apakah akan 
mematikan atau menyalakan lampu motornya.Penarik gerobak barang bekas juga bebas 
melawan arus kendaraan. Tukang  parkir bisa menarik ongkos parkir semaunya.  & gt; 
Kendaraan yang diparkir di halaman toko dan mal pun bayar ongkos parkir. Anda sedang 
membuat dan merenovasi rumah? Anda bebas  meletakkan timbunan batu, pasir, dan 
material lain dipinggir jalan meski  hal itu mengganggu kendaraan  lain yang lewat. 
Tidak akan ada mantri kontroler  yang menegur apalagi  memberi sanksi. Anda pusing 
memikirkan sekolah  anak-anak? Anda harus berupaya sendiri untuk mencari sekolah, 
mencari biayanya meski penghasilan anda tidak mencukupi. Kita merasa gaji tidak cukup? 
 Ya kita harus urus  sendiri, supaya cukup atau cari sendiri cara lain  untuk mencari 
penghasilan  t ambahan. Begitu pula urus sendirilah jika kita atau anggota  keluarga 
sakit meski kita termasuk golongan miskin. Mau periksa dokter, kita bayar sendiri.  
Perlu ambulans kita urus sendiri. Mau dirawat dirumah sakit bersiap membayar sendiri 
jika mau diobati. Meninggal pun kita urus sendiri semua hal, mulai dari surat RT 
sampai  mengurus kuburan, dan jangan lupa untuk membayar sewa kuburan. Beruntunglah 
karena kita punya banyak tetangga yang senasib sehingga saling  membantu.  Saya pernah 
kuliah diluar negeri. Rasanya banyak hal  yang tidak perlu saya  urus sendiri. Sampah 
tinggal dimasukkan kedalam tas plastik yang diberikan gratis, diletakkan di depan 
pintu rumah lalu esok harinya sampah itu sudah raib tanpa saya harus iuran dengan 
tetangga untuk  membayar tukang sampah. Mengendarai mobil rasanya aman karena tertib,  
teratur dan merasa polisi  dimana-mana sehingga tidak berani melakukan  pelanggaran 
lalu lintas, tidak ada pak ogah, tidak ada yang menerobos lampu merah,  dan tidak ada 
kendaraan  yang melawan arus.  Ongkos parkir hanya dikenakan bila kita parkir di  
tepijalan, sedangkan di  halaman toko, di halaman hotel dan mal umumnya  gratis. Bila 
jalan aspal didepan rumah berlubang, tinggal  telepon pemerintah kota,  lalu tidak 
lama kemudian jalan sudah di aspal. Bahkan, kadang belum sempat menelepon, jalan sudah 
diperbaiki. Listrik dibayar tiap tiga bulan saking  rendahnya tarif listrik. Air mandi 
dan air minum tidak perlu mengebor  sendiri, karena sudah  disediakan oleh perusahaan 
air minum, dan airnya  bisa langsung diminum tanpa  dimasak dan  disediakan 
gratis.Karena status saya mahasiswa, maka istri saya bebas  dari biaya melahirkan  dan 
disantuni sampai anak saya cukup besar. Ketika  sakit, saya tidak merasa  risau  
karena mahasiswa dan kaum miskin mendapat perawatan  gratis di rumah sakit  yang bagus 
dan bersih. Anak saya sekolah juga tanpa bayar.  Pasti akan ada yang mengatakan, 
banyak hal itu diberikan gratis karena warga  negara membayar pajak. Tetapi rasanya 
kita membayar  pajak dengan taat.  PBB kita bayar, merokok dan makan direstoran kita  
bayar pajak. Masuk  ketoilet umum, kita bayar pajak. Bahkan, setiap hari  kita juga 
bayar pajak  tak resmi kepada pak ogah, kepada satpam yang baru  tersenyum kalau 
diberi  tip, kepada penjaga toilet di mal yang tiba-tiba  menyodorkan tissue, kepada  
&g t; pegawai urusan KTP, dan seterusnya. Karena itu, rasanya pemerintah tidak ada. 
Pemerintah  baru terasa ada bila  mahasiswa dan buruh ditangkapi atau dipukuli karena 
berdemo minta  harga-harga diturunkan. Pemerintah baru ada jika sedang naik haji atau 
berkunjung ke luar negeri dengan rombongan besar dengan pelayanan negara. Tetapi 
pemerintah menghilang bila berkaitan dengan  urusan kesejahteraan dan  keamanan 
rakyat. Apabila kita mengurus sendiri masalah ketertiban,  keamanan, kesehatan, 
pendidikan, kesejahteraan dan banyak hal lainnya, sedangkan pemerintah baru  hadir 
ketika mahasiswa da n buruh digebuki, lalu  untuk apa pemerintah ???  Apakah kita 
masih memerlukan pemerintah?! 

Reply via email to