Renungan hari ini dari Motivasi Net
***************************************************************

ANAK adalah segalanya. Sedang bermasalah atau kena kasus, misalnya, pasti dirasakan 
seorang ibu. Seorang ayah bisa enteng mengatakan, ''Ilang-ilangan endok siji, hilang 
satu anak tak apa. Tapi, bagi seorang ibu, anak bermakna lain.

Maka, jangan heran jika seorang ibu yang siangnya marah dan menjewer kuping anaknya, 
malam hari bisa berurai air mata. Ia sedih, trenyuh, kasihan, dan berdoa sembari 
memandangi wajah anaknya yang tertidur lelap dalam kepolosan bocah: ''Ya, Allah, 
jadikan dia anak yang saleh.''

Memang, memperhatikan anak selagi tidur sering bikin nggregel. Menyentak hati. Tapi, 
sebenarnya, bocah nakal itu wajar. Menjewernya pun lumrah. Mendidik anak itu seperti 
main layang-layang, kadang diulur kadang ditarik, sesuai terpaan angin. Adapun sikap 
keras itu harus dilakukan biar dia tahu bertata krama dan memahami hidup.

Artinya, kemarahan itu tidak nandes. Ikatan emosi ibu-anak begitu kuat. Sekalipun buah 
hati itu sulit diatur, bahkan terlibat mengonsumsi narkoba atau kasus kriminal lain, 
misalnya, akan dilindungi mati-matian. Malunya si anak juga dirasakan ibu. Bahkan, ada 
yang mengeluarkan milyaran rupiah demi menutup aib.

Berbeda dengan sikap seorang bapak. Menghadapi fakta bahwa anak laki-lakinya 
tertangkap polisi dengan tuduhan penyalahgunaan narkoba, misalnya, ia bisa lebih 
tegar. ''Biarlah hukum menyelesaikan. Jika memang bersalah, ya, harus ditanggungnya,'' 
kata si ayah.

Alasannya logis. Anaknya sudah mahasiswa yang bisa membedakan baik-buruk. Tuhan pun 
telah mengatur rezeki, jodoh, dan takdirnya. Pasrah. Tapi, bukan berarti dia tidak 
menyayangi si anak. ''Saya justru stres menghadapi istri, karena dia menangis terus,'' 
kata pria ini.

Maklum, wanita lebih diribetkan oleh berbagai pertimbangan, termasuk misalnya: ''Mau 
ditaruh di mana muka kita.'' Omongan negatif pasti bikin kuping merah. Aib yang 
mencoreng kehormatan keluarga itu tak mudah dihapuskan.

Adalah seorang ibu yang tak bisa mengerem lidah dan emosinya. Ia memiliki anak gadis. 
Cantik, mulus, dan prospektif. Modal tampang itulah yang memicu hasrat si ibu untuk 
berangan-angan selangit. Hatinya bakal puas oleh kehormatan orang lain, karena 
kebutuhan duniawinya bakal tercukupi dan hidup terpandang.

Pendeknya, dia bercita-cita gadisnya jadi orang. Maka, kala anak perempuan itu pacaran 
dengan teman sebaya yang masa depannya tidak jelas, dia nyap-nyap. Segala omongan 
jelek terlontarkan. Ia lupa pada asal-usul. Sebuah doa dilantunkan: ''Ya, Tuhan, 
jauhkanlah anak gadisku dengan pacarnya, seperti bumi dan langit.''

Namun, cinta keduanya tak terpisahkan. Mereka menikah. Toh, si ibu tetap tidak rela. 
Doanya tidak pernah surut: ''Jauhkan keduanya, seperti langit dan bumi.'' Allah 
mengabulkan doa tersebut. Anak perempuannya meninggal dalam persalinan anak pertama. 
Nasi telah jadi bubur. Padahal, sebenarnya, bukan kematian yang dikehendaki.

Hidup, tampaknya, bukan berarti memperoleh hak untuk mengatakan apa saja yang kita 
inginkan. Juga mengangankan sesuai idaman. Kehidupan itu sudah ada Yang Mengatur. 
''Ada dua cara menghayati kehidupan. Yang satu adalah seolah-olah mukjizat itu tak 
pernah ada. Yang lain adalah seolah-olah segala sesuatunya merupakan mukjizat,'' kata 
Albert Einstein.

Anda sependapat? Yang pasti, pemahaman Anda sendiri yang bakal mengubah arti kehidupan 
itu sendiri. Seperti menyantap makanan, segenap kenikmatan hidangan hanya ada dalam 
suapan pertama. Begitu pula menghadapi kerumitan hidup; hanya bikin shock pada 
awalnya. Biarkan seperti air mengalir, karena alam mengatur dengan sendirinya.

Dalam The Way of the Wizard, Rahasia Jurus Sang Empu, Deepak Chopra menulis pemahaman 
hidup tentang perlunya mengubah unsur sifat manusia yang rendah seperti ketakutan, 
ketidaktahuan, kebencian, dan rasa malu menjadi unsur yang paling berharga: cinta 
kasih dan rasa terpenuhi atau ketenteraman batin.

Penggalan sajak Sunan Bonang ini pun bisa dijadikan sebagai cermin hidup: Perkara 
remeh dan pelik di sekelilingmu
Tak lain adalah buah pikiran
Dan perbuatanmu juga.

(Widi YM)
***************************************************************

Kata Bijak Hari Ini.

Masa depan harus dipikirkan, direncanakan dan dipersiapkan
sebaik-baiknya, tetapi jangan sekali-kali Anda khawatir akan 
hari esok.

(Dale Carnegie)


***************************************************************

Kirim email ke