Banyak yang bandel nich.... WENING DS Phone. (021) 8970432 FAX.(021) 8970344 Email : [EMAIL PROTECTED] ----- Original Message ----- From: "Fanani, Mr. M. Firdaus" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Thursday, September 23, 2004 1:27 PM Subject: RE: [balita-anda] OOT : SKANDAL PENIPUAN AKABRI SBY
> Yg ini jgn ditanggapi ya! :) > > -----Original Message----- > From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Thursday, September 23, 2004 1:15 PM > To: [EMAIL PROTECTED] > Subject: [balita-anda] OOT : SKANDAL PENIPUAN AKABRI SBY > > > dari milis tetangga nih, gak tahu bener apa enggak. > > > > > > > STOP PRESS !!! > > > > > > TERBONGKARNYA SKANDAL PENIPUAN AKABRI > > > > > > > > > Sepandai-pandai menyimpan bangkai, akhirnya pasti tercium juga. > > > Pepatah lama itu, sekarang terbukti terjadi pada Calon Presiden > > > Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Rahasia yang disimpannya dalam-dalam > > > selama 35 tahun, kini akhirnya terbongkar jua. Ternyata, selain > > > istrinya Kristiani (putri mantan Komandan Kopassus Letjen Sarwo > > > Edhie Wibowo) dan dua anaknya, Agus dan Ibas, yang dikenal publik > > > selama ini, ia masih punya istri lain dengan dua anak pula. Istrinya > > > itu, seorang wanita Filipina dan dua anaknya Adinda, 35 tahun, dan > > > adiknya, Dev 33 tahun. > > > Sang istri yang kini sudah ia ceraikan, kemudian menikah lagi dengan > > > seorang warga Jerman, dan kini menetap di Jerman. Sedang Adinda yang > > > sulung, sudah menikah dengan Danang, putra H.Ir. Luqman Hakim, > > > mantan Kepala Divisi Produksi Pertamina, kini menetap di Jakarta. > > > Sang adik, Dev, tinggal di Amerika Serikat. > > > Terbongkarnya kasus ini, tentu saja membuat secara moral SBY sudah > > > tak layak menjadi Capres. Dia harus segera mundur dari > > > pencalonannya, karena terbukti selama 35 tahun ini, dia telah menipu > > > AKABRI dan institusi ABRI yang selama ini ia banggakan. Ia juga > > > telah menipu KPU (Komisi Pemilihan Umum) dan KPK (Komisi > > > Pemberantasan Korupsi), serta seluruh rakyat Indonesia, karena dalam > > > riwayat hidup yang ia serahkan kepada KPU, soal istri dan dua > > > anaknya ini, tak pernah ia cantumkan. Selain itu, kasus ini akan > > > mengungkap pula seluk-beluk harta-benda yang dimiliki SBY yang > > > sesungguhnya, yang tak pernah ia laporkan kepada KPK dalam > > > pencalonannya sebagai Presiden. > > > Soalnya, Adinda yang merasa dikibuli oleh ibu tirinya, Kristiani, > > > dalam soal pembagian harta, telah menggugat persoalan harta ini ke > > > sebuah pengadilan di Jakarta. Bila dicek di pengadilan soal harta > > > yang menjadi pokok perkara gugatan itu, segera akan diketahui bahwa > > > harta-harta itu tak dilaporkan SBY ke KPK, antara lain sebuah rumah > > > di Pondok Indah dan sebuah lagi di kawasan Menteng. Kedua rumah itu > > > saja sudah bernilai lebih Rp 10 milyar, padahal SBY melaporkan nilai > > > hartanya ke KPK, cuma Rp 4,5 milyar. Kasus ini jauh lebih dahsyat > > > dibanding heboh kasus Jaksa Agung A.Rahman yang cuma tak melaporkan > > > sebuah rumahnya di Cinere (bernilai Rp 2 milyar) dulu kepada KPKPN, > > > yang kemudian menjadi berita besar di media massa. > > > Apa yang terjadi sesungguhnya? Kisah ini harus dimulai 35 tahun yang > > > lalu, yaitu setelah SBY tamat SMA di Pacitan, Jawa Timur, pada tahun > > > 1968. Ia kemudian pergi ke Surabaya, kuliah di Unair. Ternyata, di > > > sana ia berkenalan dengan seorang wanita Filipina. Singkat cerita, > > > keduanya lalu menikah di Catatan Sipil di Jakarta. Dari sinilah > > > lahir Adinda dan Dev. > > > Mungkin karena belajar sembari beristri, kuliahnya berantakan. Yang > > > jelas ia kemudian pindah ke PGSLP (Pendidikan Guru SLP) di Malang. > > > Lalu pada 1970, ada penerimaan siswa AKABRI, dan SBY berminat > > > melamar ke sana. Tapi seperti diketahui, sekolah calon perwira TNI > > > itu, tak menerima siswa yang sudah beristri. Maka SBY pun berunding > > > dengan istrinya, maka diputuskanlah SBY melamar ke AKABRI, dengan > > > status bujangan. Itu ia lakukan di Malang. > > > Singkat cerita, SBY diterima masuk AKABRI di Magelang, sedang sang > > > istri dengan dua anaknya, rela mengais hidup sendiri di Malang, demi > > > cita-cita besar sang suami: menjadi jenderal, Walau pun untuk itu, > > > SBY harus menipu institusi ABRI itu, dengan mengubah statusnya > > > sebagai bujangan. > > > Nah, ketika itu yang menjadi Gubernur AKABRI adalah Letjen Sarwo > > > Edhie Wibowo, mantan Komandan Kopassus. Rupanya, Sarwo kepincut > > > kepada sang Taruna AKABRI asal Pacitan ini. Ia bertubuh tinggi, > > > berwajah tampan, sikapnya menunjukkan ciri-ciri seorang priyayi > > > Jawa. Apalagi otaknya encer, meski ia cuma anak seorang Peltu, > > > Komandan Koramil. Pokoknya, di mata Sang Gubernur ini, SBY betul- > > > betul seorang Arjuna yang ideal untuk disandingkan dengan putrinya, > > > Kristiani. Para Taruna AKABRI yang lulus pada 1973, bersama SBY, > > > pasti tahu bagaimana kagumnya Sarwo kepada anak muda ini. Dan mereka > > > juga tahu bahwa Sarwo menjodohkan SBY dengan putri kesayangannya. > > > Bagaimana SBY? Bukankah ia telah punya istri? Di sinilah > > > persoalannya. SBY tentu tak mungkin mengungkapkan rahasianya kepada > > > Sarwo bahwa sesungguhnya ia telah beristri. Kalau itu ia lakukan > > > tentu ia dipecat sebagai Taruna, dan mungkin pula akan dipidana > > > karena menipu AKABRI. Maka seperti sama diketahui, setelah lulus, > > > SBY kemudian menikah dengan Kristiani. > > > Setelah beberapa tahun menikahi Kristiani, ia akhirnya terpaksa > > > mengaku bahwa ia telah punya istri Filipina. Tentu terjadi gonjang- > > > ganjing di rumah tangga itu. Tapi akhirnya, ditemukan jalan > > > penyelesaiannya, SBY bercerai dengan wanita Filipina itu. > > > Sekali pun sudah bercerai, SBY tetap mengurusi kedua anak dari istri > > > tuanya. Buktinya, pada tahun 1999, ketika itu SBY menjabat Kepala > > > Staf Teritorial (Kaster) TNI, di rumah dinasnya di Cilangkap, > > > Jakarta Timur, SBY menikahkan putri sulungnya, Adinda, dengan pujaan > > > hatinya, Danang. Pernikahan itu memang tak dilakukan dengan pesta > > > besar-besaran, hanya sederhana. Kepada para kenalannya pun, SBY > > > mengaku Adinda bukan anaknya, melainkan keponakannya. Inilah yang > > > membuat Adinda kesal. Ia merasa tak diakui sebagai anak oleh SBY. > > > Adinda yang tamatan Universitas Trisakti Jakarta itu, kini bekerja > > > sebagai konsultan di sebuah perusahaan pertambangan. Sedangkan > > > Danang, sang suami, adalah putra Ir.H.Luqman Hakim, mantan Kepala > > > Divisi Produksi Pertamina. Adik Luqman adalah Dr Sofjan Sauri, > > > mantan Kepala LIPI, yang kini menjadi Kepala Litbang Departemen > > > Hankam. > > > Adinda merasa tambah kesal, ketika mencalonkan diri sebagai > > > Presiden, SBY tak mencantumkan namanya dan adiknya, Dev, dalam > > > daftar riwayat hidup, yang kemudian tersebar luas di media massa. > > > Lebih kesal lagi ia, karena semua harta dikuasai oleh Kristiani, > > > sang ibu tirinya. Akibatnya, beberapa waktu yang lalu, ia menyewa > > > pengacara menggugat SBY dalam soal pembagian harta gono-gini. > > > Pengadilan kemudian memenangkan Adinda, sehingga ia memperolah, > > > antara lain, sebuah rumah mewah di Menteng dan di Pondok Indah. > > > Kedua rumah itu tidak ia tempati, karena Adinda dan suaminya sampai > > > sekarang, tinggal di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan. > > > Berbagai langkah Adinda yang didukung oleh ibu dan para saudara > > > suaminya, membuat gerah SBY. Apalagi sekarang ia sedang menghadapi > > > pertarungan final pemilihan Presiden, menghadapi Megawati. Maka > > > Kristiani berkali-kali menelepon Adinda dan ibunya yang tinggal di > > > Jerman, agar tak usah ribut-ribut soal status mereka. Ia > > > menjanjikan, sesuai Pemilu Presiden, soal status mereka akan > > > diselesaikan oleh SBY. Malah sebuah sumber menyebutkan, Kristiani > > > sempat mengeluarkan ancaman yang membuat Adinda sempat takut. Beres? > > > Ternyata tidak. Kristiani dan SBY agaknya melupakan pesan pepatah > > > lama tadi: Sepandai-pandai menyimpan bangkai, akhirnya pasti tercium > > > juga. Walau sudah 35 tahun rahasia ini bisa dibungkus rapi, ternyata > > > sekarang mencuat ke permukaan. SBY memang bisa mengendalikan pers > > > dan para wartawan di negeri ini, apakah melalui pemberian amplop, > > > lobi para intelnya, dan sebagainya. Tapi betapa pun, tentu akhirnya > > > ia tak bisa menyembunyikan sebuah kebenaran. > > > > > > > > > > > --------------------------------------------------------------------- > >> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/ > >> Info balita, http://www.balita-anda.com > >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] > > --------------------------------------------------------------------- > >> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/ > >> Info balita, http://www.balita-anda.com > >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] > --------------------------------------------------------------------- >> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/ >> Info balita, http://www.balita-anda.com >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]