HATI-HATI BILA BAYI SULIT BUANG AIR BESAR
            Jangan dipandang enteng, apalagi bila disertai perut kembung. Waspadai ada 
kelainan di usus besar. 

            Bila bayi kita perutnya kembung dan besar, disertai kesulitan BAB, jangan 
buru-buru menyangka ia kena cacingan, masuk angin atau salah makan. Bisa jadi itu 
adalah kelainan yang dinamakan hirschsprung, sesuai nama penemunya, Harold 
Hirschsprung, pada 1887 di Jerman. Kelainan ini, terang dr. Eva J. Soelaeman, Sp.A, 
dari RSAB Harapan Kita, Jakarta, merupakan kelainan bawaan sejak lahir, jadi tak bisa 
dicegah. 

            Umumnya, kelainan ini di kandungan dan biasanya ketahuan di bawah usia 
setahun. Menurut data di Amerika, kelainan hirschsprung banyak dialami anak laki-laki 
dibanding anak perempuan, dengan perbandingan 3,8 : 1. 

            SEMBELIT TERUS 

            Kelainan hirschsprung terjadi pada persarafan usus besar paling bawah, 
mulai anus hingga ke bagian usus di atasnya, termasuk ganglion parasimpatis, yang 
mengatur pergerakan usus hingga membuat usus dapat bergerak melebar dan menyempit. 

            "Nah, pada bayi yang punya kelainan hirschsprung, persarafan ini tak ada 
sama sekali, atau kalaupun ada, sedikit sekali. Ada-tidaknya persarafan inilah yang 
menentukan derajat ringan-beratnya kelainan hirschsprung," jelas Eva. Kelainan ini, 
tambahnya, dari yang ringan sampai yang berat, akan membuat BAB si bayi jadi tak beres 
dan tak pernah normal. Bahkan, boleh dikata ia akan sembelit terus. Bukankah bila tak 
ada persarafan yang menggerakkan usus, maka makanan yang masuk tak bisa keluar ke 
anus? 

            Jadi, kotoran akan menumpuk dan menyumbat usus di bagian bawah, hingga 
bayi tak bisa BAB. Penumpukan kotoran di usus besar ini akan membuat pembusukan. Jika 
pembusukan terjadi dalam waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan dan tak ketahuan, 
di dalam usus besar akan banyak kuman. Pada akhirnya akan membuat radang usus. Bisa 
juga lama-lama karena pembusukan kotoran, akan mengeluarkan cairan. Cairan ini akan 
merembes keluar tanpa bisa ditahan oleh anus karena tak ada persarafan tadi. "Mungkin 
orang tua ataupun dokter tak menyadari adanya kelainan ini, dianggapnya si bayi 
mengalami mencret atau diare biasa." 

            Untuk mengetahui perbedaannya dengan diare yang normal, terang Eva, bisa 
dicek dari baunya yang busuk. Selain itu, perut si bayi juga akan kembung sekali alias 
besar. Ditambah lagi dengan ada riwayat BAB yang tak pernah normal. Sedangkan pada 
diare yang normal, biasanya sebelumnya tak ada riwayat BAB yang bermasalah. "Jadi, 
tiba-tiba terkena infeksi lalu mencret." 

            TINDAKAN OPERASI 

            Untuk memastikan adanya kelainan ini dilakukan pemeriksaan dengan barium 
enema lewat anus. Hingga, bisa kelihatan seberapa sempit ususnya dan seberapa panjang 
kerusakan usus yang terjadi. 

            Bagian usus yang tak ada persarafannya ini harus dibuang lewat operasi. 
Operasi biasanya dilakukan dua kali. Pertama, dibuang usus yang tak ada persarafannya. 
Kedua, kalau usus bisa ditarik ke bawah, langsung disambung ke anus. Kalau ternyata 
ususnya belum bisa ditarik, maka dilakukan operasi ke dinding perut, yang disebut 
dengan kolostomi, yaitu dibuat lubang ke dinding perut. Jadi bayi akan BAB lewat 
lubang tersebut. Nanti kalau ususnya sudah cukup panjang, bisa dioperasi lagi untuk 
diturunkan dan disambung langsung ke anus. Biasanya menunggu sampai ususnya lebih 
panjang ini bisa makan waktu sampai 3 bulan, tergantung kondisi si anak. "Selama itu, 
anak tetap harus dikontrol terus, dua minggu sekali atau sebulan sekali." 

            Jika orang tua tak menyadari bayinya mengalami kelainan ini alias kelainan 
ini dibiarkan terus berlangsung, maka perut si bayi makin lama makin membesar. Hal ini 
disebabkan usus besarnya lebar, sedangkan di bagian sfingter bawahnya kecil sekali. 

            "Kalau mau disambung ke anus nantinya tak bisa, karena ususnya sudah 
melembung dan tak bisa balik lagi." Supaya mengecil, maka harus dikolostomi dulu, 
hingga usus menjadi kecil ini bisa makan waktu antara 6­12 bulan. "Jika ukurannya 
sudah sama barulah bisa disambungkan." 

            Menurut Eva, setelah dioperasi dengan dibuang kelainannya, BAB anak 
biasanya akan normal kembali. "Kecuali jika kelainannya parah sampai usus besarnya 
harus dibuang semuanya, maka akan tetap bermasalah." Seperti diketahui, fungsi usus 
besar yang terpenting adalah menyerap cairan yang banyak di dalam tubuh. Selain juga 
menyerap zat-zat yang tak bisa diserap di usus halus, misal, vitamin-vitamin. Di dalam 
usus besar ini ada kuman-kuman yang dibutuhkan tubuh, yaitu flora usus normal. Flora 
ini berguna karena akan memproduksi vitamin K, untuk pembekuan darah, dan vitamin B12, 
agar tubuh tak kekurangan darah atau tak anemia. Nah, di usus besar ini pula flora 
tersebut mengeluarkan enzim-enzim pencernaan. 

            "Jadi, kalau di akhir usus halus ada 9 liter cairan per hari, misal, maka 
hanya 100 cc cairan tak akan diserap usus besar dan dikeluarkan bersama BAB." Bisa 
kita bayangkan kalau usus besar tak ada, maka cairan dalam tubuh per harinya itu akan 
keluar semua. Ancamannya, anak bisa kekurangan cairan atau dehidrasi alias akan diare 
terus. "Ini yang dinamakan sindrom usus pendek." Kalau sudah demikian, mengatasinya 
dengan banyak minum. Kebutuhan cairan untuk anak sekitar 100 cc/kg BB, paling banyak 
100-200 cc sehari. "Karena itulah, dalam memotong usus besar tak boleh 
panjang-panjang, harus diperhitungkan. Walaupun kondisi demikian jarang terjadi." 

            Dedeh Kurniasih 

           
     
            Bedanya Dengan Sembelit Biasa
            Seperti dikemukakan di atas, kelainan ini membuat BAB anak jadi sulit 
alias sembelit. Namun sembelitnya tak seperti sembelit biasa. Anak tak bisa BAB 
terus-menerus. Kalaupun bisa, seminggu hanya sekali atau dua kali. "Kalau anak 
sembelit biasa, sulit BAB-nya hanya sekali-kali, misal, kalau kurang makan serat. Pada 
kelainan hirschsprung, BAB selalu jelek terus, tak pernah bagus, dalam arti terhambat 
terus-menerus," jelas Eva. 

            Untuk mengetahui sejak dini kelainan ini, perhatikan BAB pertama kali kala 
baru lahir. "Pada bayi normal, 90 persen dalam waktu 24 jam sudah mengeluarkan 
mekonium (BAB pertama kali, Red.). Paling lama dalam waktu 48 jam. Sedangkan pada bayi 
dengan hirschsprung, mekonium ini tidak keluar-keluar dalam waktu itu." 

            Pada bayi yang sembelit biasa, dengan dirangsang pemberian obat pencahar 
bisa langsung bereaksi. Kotorannya akan segera keluar dan biasanya keras. Sementara 
pada bayi dengan hirschsprung, pemberian obat pencahar ataupun makanan, semisal 
pepaya, tak ada efeknya alias tak bereaksi apa-apa. "Ini biasanya bila usus yang tak 
ada persarafannya itu panjang, misal 10 cm. Namun, jika pendek, semisal hanya 1 cm, 
dengan pemberian obat pencahar dari anus, masih bisa keluar kotorannya. Hanya saja 
kotorannya lembek." Celakanya, kotoran lembek ini seringkali disalahartikan sebagai 
ada perbaikan. "Padahal tidak demikian, hanya semu saja." 

            Nah, membedakan ini dengan sembelit biasa, dilakukan dengan bantuan 
rontgen menggunakan barium enema. "Dengan cara ini kerusakannya akan diketahui. Bisa 
juga mengetahui gejala awalnya dengan memasukkan sedikit jari kita ke anusnya. Jika 
keluar, kotorannya akan menyemprot. Selain itu, jari yang dimasukkan pun akan 
dijepitnya oleh lubang anus tadi. Nah, gejala seperti itu biasanya hirschsprung." 

             

            Dedeh
           
     
            Perawatan Kolostomi
            Menurut Eva, setelah operasi kolostomi, sebaiknya orang tua merawatnya 
dengan hati-hati. Karena usus tersebut disambungkan ke dinding perut, maka kotoran 
akan keluar terus. Jadi, harus sering-sering diganti balutannya. "Menggunakan 
plesternya pun harus baik. Kalau tidak, membuat kulit si bayi jadi lecet. Dalam 
membersihkannya juga harus dengan antiseptik." Selain itu, jangan sampai kotorannya 
berceceran atau bocor terkena jahitan, karena dalam usus sendiri ada kuman. Jadi, 
kalau kurang bersih, bisa terkena infeksi dan berakibat fatal. 

            Dedeh 

           
     

       

     

Sumber: http://www.tabloid-nakita.com/ 

Kirim email ke