FYI
----- Original Message ----- 
From: Erlangga 
To: [EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, October 19, 2004 1:08 PM
Subject: Bahaya KANTONG PLASTIK HITAM


 

 

 

Kresek Hitam Pemicu Kanker
     
SETIAP hari, Ama Pau Wila berjualan kantong plastik di Pasar Naikoten, 
Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pria berusia 47 tahun itu
mengaku dagangannya laku 15 pak per hari. Harga satu pak Rp 5.000-Rp 
10.000. Paling laris kantong plastik warna hitam.Yang warna merah dan 
kuning kurang laku. "Konsumen lebih suka yang hitam, karena isi 
belanjaannya tak kelihatan," katanya.
      
Boleh jadi, pendapatan Ama pada pekan-pekan ini bakal berkurang. Itu 
bila 
penduduk Kupang sudah memperoleh informasi dari Rumah Sakit Umum ( RSU 
) 
Kupang. Isinya, kantong plastik warna hitam bersifat karsinogen --bisa 
menyebabkan kanker. "Kami imbau agar masyarakat berhati-hati 
menggunakan 
kantong plastik hitam," kata Hein Moy, Direktur Utama RSU Kupang. 
Terutama bila dipakai untuk bungkus makanan. Kantong plastik itu resmi 
mengandung zat-zat karsinogen.
 
Imbauan itu diberikan setelah ia mendapat informasi dari Pusat Data dan 
Informasi Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia ( PERSSI ) , dua 
pekan 
silam. Di situ dikisahkan seorang pegawai pasar swalayan di Bandung, 
Jawa 
Barat, yang membeli tahu dan
pisang goreng dari penjual makanan di dekat kantornya.Tahu dan pisang 
yang baru saja digoreng dibungkus dengan kantong kresek warna hitam. 
Sesampainya di kantor, gadis bernama Lina itu kaget begitu melihat 
warna 
tahu dan pisang goreng berubah kehitaman. Tapi, Lina tak ambil pusing. 
Ia 
tetap melahap pisang dan tahu goreng tersebut.
        
Peristiwa seperti dialami Lina sering terjadi di masyarakat. Namun, 
warga 
cuek saja karena memang tidak tahu bahayanya.
Berubahnya warna makanan ( gorengan ) tersebut diduga karena bahan 
kimia 
yang ada di plastik itu sudah masuk ke dalam makanan.Dari kejadian itu, 
Pusat Data PERSSI lantas memberikan informasi mengenai bahaya kantong 
plastik tadi.
"Kantong plastik hitam yang beredar saat ini resmi mengandung 
karsinogen," ujar Hein Moy. Ia memberikan peringatan, karena kantong 
plastik hitam berasal dari proses daur ulang yang diragukan kebersihan 
pemrosesannya. Seharusnya proses daur ulang diawasi instansi 
berkompeten.
 
Rupanya, informasi dari PERSSI tak semuanya masuk ke rumah sakit. RS 
Hasan Sadikin, Bandung, misalnya, belum menerima informasi dari Pusat 
Data PERSSI. "Kalau itu memang resmi dikeluarkan PERSSI dan terbukti 
secara ilmiah, kami akan umumkan kepada masyarakat. Sebab, banyak 
pedagang yang menggunakan pembungkus kantong plastik hitam," kata Cissy 
B. Kartasasmita, Direktur RS Hasan Sadikin. Ketika dikonfirmasi, Robert 
Imam Sutedja, Ketua Kompartemen Umum PERSSI, mengaku tidak mengeluarkan 
surat edaran itu. "Kami tidak pernah melakukan riset tentang bahaya 
kantong plastik hitam," katanya.
 
Informasi tentang bahaya kantong plastik hitam ini ternyata dikeluarkan 
dalam satu artikel yang dibuat Iis Jatnika, reporter Pusat
Informasi PERSSI.
        
Iis mengaku terinspirasi menulis isu itu setelah mengamati proses 
pembuatan kantong plastik. Kantong itu diproses daur ulang.
Asalnya plastik dari tempat sampah yang jelas-jelas sudah 
terkontaminasi 
oleh berbagai kotoran. "Pada saat proses daur
ulang, plastik tak pernah dibersihkan," kata Iis. Made Arcana, ahli 
kimia 
dari Institut Teknologi Bandung, menduga berubahnya warna tahu dan 
pisang 
goreng itu karena masuknya zat pewarna plastik ke dalam makanan. "Zat 
pewarna hitam, kalau kena
panas, bisa terurai, terdegradasi tentu saja ke bentuk radikal," 
ujarnya. 
Zat racun itu bisa bereaksi dengan cepat, seperti oksigen dan makanan. 
Kalaupun tak beracun, senyawa tadi bisa berubah jadi racun bila kena 
panas.
 
Karena itu, sebelum dimasukkan plastik, makanan harus dingin dan 
dibungkus kertas lebih dulu. Dedi Fardiaz, Deputi Bidang Pengawasan 
Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Badan Pengawas Obat dan Makanan ( 
POM ) , mengaku belum  mendapatkan laporan dari PERSSI. Namun, ia 
menyambut gembira informasi itu. "Bisa menyadarkan banyak orang," 
katanya.
Dedi membenarkan sejumlah kantong kresek berasal dari proses daur 
ulang. 
Zat-zat itu memang bersifat karsinogen. Cuma, apakah
munculnya kanker ini disebabkan plastik itu atau karena mengonsumsi 
makanan tercemar kantong plastik beracun, harus dibuktikan. Sebab, 
banyak 
faktor yang menentukan, misalnya kekerapan orang mengonsumsi makanan 
yang 
tercemar, sistem kekebalan, faktor genetik, kualitas plastik, dan 
makanan. "Bila terakumulasi, memang bisa menimbulkan kanker," kata 
Dedi.
        
POM sangat memperhatikan masalah ini. Pihaknya sudah menetapkan batasan 
penggunaan bahan plastik vinyl chlorida maksimal 0,5 part per million. 
Selain itu, POM juga sudah membentuk tim yang akan mengatur soal bahan 
material yang berkontak dengan makanan.
 

Kirim email ke