Operasi Mikro, Alternatif
Baru bagi Penderita Epilepsi


KISAH ini memang terjadi di Amerika. Narnun, siapa pun bisa
mengalaminya. Jacob Stark, seorang bayi, mengalami kejang setiap 20
menit tidak lama setelah ia dilahirkan. Beberapa minggu kemudian Stark
junior tetap saja tidak dapat memfokuskan pandangan pada wajah ibunya.
Menurut dokter, bayi ini menderita epilepsi tak terkontrol akibat
kerusakan pada otaknya.

lbu si bayi. Sally Stark, sudah putus asa. Meskipun Jacob sudah berusia
2,5 bulan ternyata ia tidak pernah  belajar mengangkat kepalanya. Bahkan
para dokter pun  menyatakan, Jacob tidak akan pernah belajar makan
sendiri. Tidak ada apa pun yang bisa dilakukan untuk mencegah kemunduran
mental ini dari hari ke hari. "Yane bisa dilakukan 'hanvalah membawa
bayi ini ke rumah, tetap mencintainya, dan mencari institusi khusus
untuk mendidik anak-anak':terbelakang," kata sang dokter anak. Namun
berkat ilmu pengetahuan, kisah sedih ini berakhir bahagia. Sally membawa
Jacob ke Universitas California, Los Angeles, untuk menjalani operasi
otak yang radikal. "Seperlima bagian dari otak Jacob yang rusak
dibuang," kata Sally.

Kini, umur sang bayi sudah mendekati 3 tahun. Pertumbuhannya sama
normalnya dengan anak-anak lain. la berbicara, melompat-lompat, berlari,
dan pergi ke play group bersama teman-temannya. Bagian otaknya yang
hilang ternyata tidak membuat pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya
berubah.

Bedah saraf untuk menyembuhkan epilepsi tampaknya menjadi populer di
Amerika, seperti diungkapkan dalam International Herald Tribune. Menurut
dr. William Theodore, Kepala Bagian Klinik Epilepsi di Institut Nasional
Penyakit Saraf dan Stroke Bethesda, Maryland, banyak bayi dan anak-anak
balita yang memberikan hasil memuaskan seusai dioperasi. Kendati
demikian, meskipun secara kuantitas hasil operasi mulai memuaskan, para
dokter tidak berani melakukan sembarang operasi. "Kami selalu berharap
anak-anak yang menderita epilepsy bisa sembuh tanpa melalui meja bedah,"
kata Theodore.

Hal senada juga diungkapkan ahli saraf dari FKUI / RSCM, Prof. Dr. dr.
Mahar Mardjono, yang menyebutkan bahwa operasi hanya bisa dilakukan pada
kasus-kasus tertentu yang memang tidak bisa diobati. "Soalnya selain
tidak gampang, untuk operasi juga harus ditentukan secara detil dan
pasti bagian manakah yang akan diambil," tutur Mahar kepada Karnfas
(5/10/1992). Bila pengambilan terlalu banyak, bisa-bisa si pasien malah
menderita lumpuh atau berbagai gangguan saraf lainnya.

Bagian otak yang bisa dihilangkan pun hanya tertentu, misalnya di bagian
temporal lobe. "Kalau gangguan temyata ada di batang otak ya tidak bisa
dioperasi, karena kalau bagian itu dikutik-kutik paisennya bisa mati,"
kata Mahar yang juga Ketua Urnum Perkumpulan Penanggulangan Epilepsi
Indonesia (PERPEI) Pusat. Operasi otak yang sering juga disebut operasi
mikro ini (karena memerlukan bantuan mikroskop) memang merupakan
kemajuan dunia kedokteran. Narnun, keberanian melaksanakan operasi ini
tidak lepas dari kemajuan alat-alat kedokterannya sendiri.

Seperti yang diungkapkan ahli bedah saraf dari FKUI/RSCM, Prof. dr.
Padmosantjojo, dalam acara seminar konvulsi (kejang) yang
diselenggarakan RSP Pertamina (3/10/1992), operasi lebih berhasil karena
penemuan alat bantu operasi yang baik seperti stereotaksi, laser, CUSA,
dan Pisau Gamma. Dengan alat-alat ini bagian otak yang harus dibuang
atau dibelah bisa diiris dengan sangat presisi, bahkan untuk ukuran yang
sangat tipis yang hanya sepersekian milimeter sekalipun. Demikian pula
bagian otak yang harus dioperasi dapat ditentukan dengan tepat karena
dunia kedokteran telah berhasil mengembangkan alat pemantau otak,
seperti digital substruction angiography,  computed tomography, positron
emission tomography, maupun nuclear magnetic resonance tomography.
"Narnun keberhasilan menolong pasien ini selain dipengaruhi oleh teknik
dan alat operasi  juga ditentukan oleh lokasi serta besar dan sifat
kelainan pada permukaan otak," tutur Padmosantjojo.

Umumnya operasi pembuangan bagian otak yang rusak pada bayi dan
anak-anak lebih bagus hasilnya dibanding operasi yang dilakukan pada
orang dewasa. Hal ini karena otak bayi dan anak-anak masih tumbuh
membentuk jaringan baru, sehingga fungsi bagian yang  dihilangkan dapat
diambil alih oleh jaringan otak yang sehat. "Pada anak-anak yang berusia
kurang dari 8 tahun paling bagus proses pemulihannya. Yang paling susah
bila sudah di atas 12 tahun karena jaringan otak sudah tidak tumbuh
lagi," tutur Mahar di ruang kerjanya.


Deteksi Epilepsi
Epilepsi sendiri sebenarnya merupakan gangguan otak yang muncul berupa
gejala serangan yang mendadak dan berulang dengan pola yang sama.
Epilepsi terjadi karena adanya cetusan aktivitas listrik yang abnormal
dari sel-sel saraf di dalam otak, yang mungkin saja muncul gara-gara
terjadi cedera kepala, kerusakan sel otak, maupun cedera waktu lahir.
Sel-sel saraf yang mengalirkan listrik abnormal inilah yang bisa
dideteksi dengan berbagai alat yang telah disebutkan di atas sehingga
bisa dibuang melalui operasi. Operasi lain yang lebih sederhana juga
bisa dilakukan, yaitu dengan memisahkan bagian otak yang satu dengan
lainnya, sehingga aliran listrik tidak terjadi.

Namun sebenarnya, menurut Mahar, 70 persen pasien epilepsi bisa
ditanggulangi dengan obat-obatan. Obat ini bekerja dengan cara
membendung letupan listrik yang  berlebihan  sehingga  fungsi  otak
kembali normal. Umumnya pasien penyandang epilepsi yang rajin meminum
obatnya selama lebih kurang 3 tahun bisa sembuh total. "Tetapi itu juga
harus disertai gaya hidup yang mendukung, misalnya tidak pernah
begadang, tidak minum minuman keras, tidak merokok, dan segala jenis
cara,hidup yang sehat," tambah Mahar.

Harga obatnya sendiri bervariasi dari yang sangat murah sampai yang
mahal. "Yang harganya Rp 100 per tablet juga ada, dan sama manjurnya,"
kata Mahar lagi. Masalahnya adalah kesadaran masyarakat Indonesia
tentang epilepsi sangat kurang. Seringkali epilepsi dianggap sebagai
penyakit kutukan atau menular, sehingga harus dijauhi atau dikucilkan.

Di Indonesia diperkirakan sekitar 2 juta orang menderita epilepsi, namun
yang ditangani secara medis masih sedikit. itu sebabnya Mahar dan para
ahli saraf yang tergabung dalam PERPEI rajin mengampanyekan pengenalan
dan penanggulangan penyakit ini ke berbagai daerah di Indonesia. "Tiga
bulan setelah kampanye saya menerima 8.000 surat yang mengonsultasikan
masalah epilepsi," tutur Mahar.

Agnes Aristiarini
(kutipan Dari Harian KOMPAS)  
-------------------------------------------------------
Semoga bermanfaat


Dede Maulana,
- ingin mendapatkan vocuher pulsa secara gratis? Klik dibawah ini:
  http://www.voucherkey.com/?ref=VKA04676/

---------------------------------------------------------------------

DUKUNG situs Balita-Anda.Com sebagai Situs Terbaik Wanita & Anak 2004-2005 
versi Majalah Komputer Aktif, dengan ketik: POLL ST WAN 2
ke nomor 8811, selama 16 Okt sd. 30 Nov. 2004.
Raih sebuah ponsel SonyEricsson K500i, dua buah ponsel Nokia 3100 dan 10 paket 
merchandise komputerakt!f bagi para peserta polling yang beruntung. Satu nomor 
ponsel hanya berhak memberikan satu suara dukungan untuk tiap kategorinya. 
Polling ini berlaku untuk pelanggan Telkomsel, Indosat maupun Excelcom dengan 
tarif Rp 1.500.

---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke