Dari milis sebelah :

Film "Ketika"
Satire Deddy Mizwar Tentang Keadilan

Arief Gustaman
Juri Pengamat FORUM FILM BANDUNG)

DI saat pertumbuhan film nasional mengalami euforia
tema remaja, sejak sukses Ada Apa dengan Cinta?, Deddy
Mizwar tak mau terbawa arus. Ia ambil bagian mendorong
pertumbuhan film nasional dengan 'warna'-nya sendiri,
komedi satire. Setelah sukses meluncurkan Kiamat Sudah
Dekat yang sangat kental dengan muatan religius,
pertengahan Desember ini Deddy meluncurkan film Ketika
yang lebih kental dengan muatan sosial politik.
"Film ini menggambarkan tentang suatu keadaan ketika
hukum ditegakkan, di mana yang salah disalahkan dan
yang benar dibenarkan. Saya tidak menyebut ini terjadi
di Indonesia, tapi bukan tak mungkin juga terjadi di
Indonesia saat hukum benar-benar ditegakkan. Mereka
yang bisa bertahan dalam perubahan ini adalahg mereka
yang memiliki cinta dan impian," kata Deddy Mizwar,
saat syukuran di Gedung Kantor Kebudayaan dan
Pariwisata Jakarta, yang juga diambil sebagai lokasi
syuting, pertengahan Juli.
Setelah puluhan tahun hukum berjalan
terpincang-pincang karena sering direkayasa, banyak
diintervensi kekuasaan, banyak diperjualbelikan, dan
tak jarang dijadikan perisai untuk kepentingan
individu penguasa dan pemilik uang, penegak-kannya
kembali menimbulkan kontraksi-kontraksi yang ironis
dan menggelikan. Banyak konglomerat yang bangkrut dan
sebagian di antaranya memilih bunuh diri, ada hakim
yang diciduk polisi saat memimpin sidang, penjara pun
semakin padat dan tak bisa menampung berbagai ragam
bandit, atau paling ringan banyak warga yang dihukum
push up karena menyeberang jalan tak melalui jembatan
penyeberangan,. 
Inilah yang digambarkan Deddy Mizwar dalam Ketika,
yang skenarionya ditulis Musfar Yasin. Semua persoalan
itu dirangkum dalam cerita yang berpusat pada keluarga
Tajir Saldono (catat, cerdas benar memilih nama tokoh:
Tajir artinya kaya, tapi Saldono - yang artinya tak
punya saldo), seorang konglomerat yang juga mengalami
kebangkrutan. 
Tajir juga berniat bunuh diri, namun urung karena
lebih mencintai keluarga yang pasti membutuhkannya di
saat-saat miskin. Ia memilih untuk menghadapi
kenyataan, menjalani hidup setelah semua hartanya
disita negara - mulai rumah, mobil, sampai kolor yang
sedang dipakainya. Namun, untunglah, negara pun masih
memiliki toleransi. Keluarga Tajir masih boleh
menempati rumah, menggunakan mobil, dan mengenakan
pakaiannya itu selama batas waktu yang ditentukan
hingga memungkinkan untuk bisa membayar sisa utangnya.
Kondisi inilah yang dieksplorasi secara maksimal oleh
Deddy Mizwar dengan gaya komedi yang cerdas. Bagaimana
Tajir menyiasati hidup, dari yang semula serba ada,
dengan menyewakan mobil mewahnya untuk kendaraan
pengantin bahkan kemudian  jadi sopir bajaj. Bagaimana
Bu Tajir harus tetap memperlihatkan eksistensi dan
penampilannya di mata teman-temannya sesama istri
konglomerat, dan bagai-mana menghemat persediaan
makanan. Bagaimana Mutiara - putri tunggal Tajir -
harus membiasakan diri hidup tanpa menggenggam
handphone, dan bagaimana ia terpaksa memutuskan Ical -
teman kuliahnya yang miskin tapi sangat dicintainya -
dan memacari Boy yang kaya agar bisa tetap survive dan
bisa makan di restoran mewah sekaligus bisa membekali
makan malam untuk kedua orangtuanya. 
Selaku penulis skenario, Musfar Yasin cerdik dalam
mengolah setiap skene dengan bahasa dialog yang segar
untuk mengundang tawa. Musfar juga tampak benar sangat
menguasai karakter tokoh, sehingga dengan mudah
memainkan tokoh tersebut dalam dialog-dialog jenaka
yang tak nyinyir. 
Pengembangan cerita tak hanya terhenti hanya sampai
skenario jadi, tapi terus berkembang sekalipun syuting
sudah berjalan. Ide-ide segar Musfar seakan tak henti
mengalir untuk pengembangan cerita, dan imajinasi
Deddy selaku sutradara sering mengemasnya di lapangan
hingga makin memperkaya cerita. 
"Jadi, jangan heran, dalam filmnya nanti, ada
adegan-adegan atau dialog yang tak ada dalam skenario.
Sebab ide dan imajinasi terus berkembang," kata Deddy,
di tengah syuting.
Menyaksikan Ketika, perfilman Indonesia saat ini makin
diperkaya dengan komedi situasi yang sempat tenggelam
setelah Nyak Abas Akup tiada. Menyaksikan Ketika
adalah sebuah oase yang menyegarkan setelah saban hari
dijejali komedi-komedi di televisi yang makin nyinyir.
Menyaksikan Ketika adalah melihat suatu bukti bahwa
realitas yang ada bukan hanya tentang remaja-remaja
yang kebelet ciuman dan mempertanyakan keperawanan,
tapi juga masih banyak kepincangan sosial dan rekayasa
politik di depan mata kita sekalipun presidennya sudah
berganti-ganti. 
Menyaksikan Ketika adalah menyaksikan pameran akting
bermutu dari aktor-aktris kawakan, yang bisa menjadi
media pembelajaran bagi artis-artis muda. Permainan
akting Lydia Kandau, Dewi Yull, Wieke Widowati, Dorman
Borisman, dan Deddy Mizwar sendiri, masih 'enak' untuk
disaksikan ketimbang artis-artis masa kini yang
hobinya menjerit dan berteriak di depan kamera.
Sementara Rano Karno dan Didi Petet tampil tak asal
meski hanya untuk satu skene, dan tak merasa gengsi
(jangan lewatkan adu akting menakjubkan antara Deddy
Mizwar dan Didi Petet, yang hanya dalam satu skene
dalam film ini). 
Di sisi lain, menyaksikan Ketika, kita juga
menyaksikan sepasang bintang remaja - Lucky Hakim dan
Senandung Nacita - yang memiliki bakat tak sekadar
'bintang sinetron'. (*)   




                
__________________________________ 
Do you Yahoo!? 
Meet the all-new My Yahoo! - Try it today! 
http://my.yahoo.com 
 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar.
Now with Pop-Up Blocker. Get it for free!
http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/9rHolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Situs web: http://network.layarkata.com
Posting: [EMAIL PROTECTED]
Keluar: [EMAIL PROTECTED]

----------------------LayarKata-Network Sponsor----------------------~->
Hosting & Domain Service http://telaga.net
---------------------------------------------------------------------~-> 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/LayarKata-Network/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Film "Ketika"
Satire Deddy Mizwar Tentang Keadilan

Arief Gustaman
Juri Pengamat FORUM FILM BANDUNG)

DI saat pertumbuhan film nasional mengalami euforia
tema remaja, sejak sukses Ada Apa dengan Cinta?, Deddy
Mizwar tak mau terbawa arus. Ia ambil bagian mendorong
pertumbuhan film nasional dengan 'warna'-nya sendiri,
komedi satire. Setelah sukses meluncurkan Kiamat Sudah
Dekat yang sangat kental dengan muatan religius,
pertengahan Desember ini Deddy meluncurkan film Ketika
yang lebih kental dengan muatan sosial politik.
"Film ini menggambarkan tentang suatu keadaan ketika
hukum ditegakkan, di mana yang salah disalahkan dan
yang benar dibenarkan. Saya tidak menyebut ini terjadi
di Indonesia, tapi bukan tak mungkin juga terjadi di
Indonesia saat hukum benar-benar ditegakkan. Mereka
yang bisa bertahan dalam perubahan ini adalahg mereka
yang memiliki cinta dan impian," kata Deddy Mizwar,
saat syukuran di Gedung Kantor Kebudayaan dan
Pariwisata Jakarta, yang juga diambil sebagai lokasi
syuting, pertengahan Juli.
Setelah puluhan tahun hukum berjalan
terpincang-pincang karena sering direkayasa, banyak
diintervensi kekuasaan, banyak diperjualbelikan, dan
tak jarang dijadikan perisai untuk kepentingan
individu penguasa dan pemilik uang, penegak-kannya
kembali menimbulkan kontraksi-kontraksi yang ironis
dan menggelikan. Banyak konglomerat yang bangkrut dan
sebagian di antaranya memilih bunuh diri, ada hakim
yang diciduk polisi saat memimpin sidang, penjara pun
semakin padat dan tak bisa menampung berbagai ragam
bandit, atau paling ringan banyak warga yang dihukum
push up karena menyeberang jalan tak melalui jembatan
penyeberangan,. 
Inilah yang digambarkan Deddy Mizwar dalam Ketika,
yang skenarionya ditulis Musfar Yasin. Semua persoalan
itu dirangkum dalam cerita yang berpusat pada keluarga
Tajir Saldono (catat, cerdas benar memilih nama tokoh:
Tajir artinya kaya, tapi Saldono - yang artinya tak
punya saldo), seorang konglomerat yang juga mengalami
kebangkrutan. 
Tajir juga berniat bunuh diri, namun urung karena
lebih mencintai keluarga yang pasti membutuhkannya di
saat-saat miskin. Ia memilih untuk menghadapi
kenyataan, menjalani hidup setelah semua hartanya
disita negara - mulai rumah, mobil, sampai kolor yang
sedang dipakainya. Namun, untunglah, negara pun masih
memiliki toleransi. Keluarga Tajir masih boleh
menempati rumah, menggunakan mobil, dan mengenakan
pakaiannya itu selama batas waktu yang ditentukan
hingga memungkinkan untuk bisa membayar sisa utangnya.
Kondisi inilah yang dieksplorasi secara maksimal oleh
Deddy Mizwar dengan gaya komedi yang cerdas. Bagaimana
Tajir menyiasati hidup, dari yang semula serba ada,
dengan menyewakan mobil mewahnya untuk kendaraan
pengantin bahkan kemudian  jadi sopir bajaj. Bagaimana
Bu Tajir harus tetap memperlihatkan eksistensi dan
penampilannya di mata teman-temannya sesama istri
konglomerat, dan bagai-mana menghemat persediaan
makanan. Bagaimana Mutiara - putri tunggal Tajir -
harus membiasakan diri hidup tanpa menggenggam
handphone, dan bagaimana ia terpaksa memutuskan Ical -
teman kuliahnya yang miskin tapi sangat dicintainya -
dan memacari Boy yang kaya agar bisa tetap survive dan
bisa makan di restoran mewah sekaligus bisa membekali
makan malam untuk kedua orangtuanya. 
Selaku penulis skenario, Musfar Yasin cerdik dalam
mengolah setiap skene dengan bahasa dialog yang segar
untuk mengundang tawa. Musfar juga tampak benar sangat
menguasai karakter tokoh, sehingga dengan mudah
memainkan tokoh tersebut dalam dialog-dialog jenaka
yang tak nyinyir. 
Pengembangan cerita tak hanya terhenti hanya sampai
skenario jadi, tapi terus berkembang sekalipun syuting
sudah berjalan. Ide-ide segar Musfar seakan tak henti
mengalir untuk pengembangan cerita, dan imajinasi
Deddy selaku sutradara sering mengemasnya di lapangan
hingga makin memperkaya cerita. 
"Jadi, jangan heran, dalam filmnya nanti, ada
adegan-adegan atau dialog yang tak ada dalam skenario.
Sebab ide dan imajinasi terus berkembang," kata Deddy,
di tengah syuting.
Menyaksikan Ketika, perfilman Indonesia saat ini makin
diperkaya dengan komedi situasi yang sempat tenggelam
setelah Nyak Abas Akup tiada. Menyaksikan Ketika
adalah sebuah oase yang menyegarkan setelah saban hari
dijejali komedi-komedi di televisi yang makin nyinyir.
Menyaksikan Ketika adalah melihat suatu bukti bahwa
realitas yang ada bukan hanya tentang remaja-remaja
yang kebelet ciuman dan mempertanyakan keperawanan,
tapi juga masih banyak kepincangan sosial dan rekayasa
politik di depan mata kita sekalipun presidennya sudah
berganti-ganti. 
Menyaksikan Ketika adalah menyaksikan pameran akting
bermutu dari aktor-aktris kawakan, yang bisa menjadi
media pembelajaran bagi artis-artis muda. Permainan
akting Lydia Kandau, Dewi Yull, Wieke Widowati, Dorman
Borisman, dan Deddy Mizwar sendiri, masih 'enak' untuk
disaksikan ketimbang artis-artis masa kini yang
hobinya menjerit dan berteriak di depan kamera.
Sementara Rano Karno dan Didi Petet tampil tak asal
meski hanya untuk satu skene, dan tak merasa gengsi
(jangan lewatkan adu akting menakjubkan antara Deddy
Mizwar dan Didi Petet, yang hanya dalam satu skene
dalam film ini). 
Di sisi lain, menyaksikan Ketika, kita juga
menyaksikan sepasang bintang remaja - Lucky Hakim dan
Senandung Nacita - yang memiliki bakat tak sekadar
'bintang sinetron'. (*)   




                
__________________________________ 
Do you Yahoo!? 
Meet the all-new My Yahoo! - Try it today! 
http://my.yahoo.com 
 

---------------------------------------------------------------------

DUKUNG situs Balita-Anda.Com sebagai Situs Terbaik Wanita & Anak 2004-2005 
versi Majalah Komputer Aktif, dengan ketik: POLL ST WAN 2
ke nomor 8811, selama 16 Okt sd. 30 Nov. 2004.
Raih sebuah ponsel SonyEricsson K500i, dua buah ponsel Nokia 3100 dan 10 paket 
merchandise komputerakt!f bagi para peserta polling yang beruntung. Satu nomor 
ponsel hanya berhak memberikan satu suara dukungan untuk tiap kategorinya. 
Polling ini berlaku untuk pelanggan Telkomsel, Indosat maupun Excelcom dengan 
tarif Rp 1.500. 

---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke