Mas Amin dan mamanya Angina, makasih banyak yah atas nasehatnya. Emang selama ini saya terlalu lembek ama Iki, gara garanya pernah dulu dia demam abis saya marahi, jadinya sekarang saya takut untuk marah lagi. Tapi kalau marah atau mukul dengan kasih sayang, emang perlu ya. saya juga nggak mau salah dalam mendidik Iki. ngeri banget kalo samapi gede dia jadi rewel. berarti benar kata papa saya. sekali sekali anak perlu dipukul atau dimarahi. papa saya anaknya 6, pastilah udah pengalaman, ditambah nasehatnya mama angina dan mas amin, rasanya emang saya yang salah deh :(:( Selama ini saya pikir mendidik anak cukup bermodal kasih sayang aja. emang semua saya turuti apalagi kalo dia mintanya sambil merengek rengek. saya kasih aja. daripada ntar nangis kencang. sampai remote pada rusak, hp juga rusak. semenjak ditegor papa saya, saya mulai kasih pengertian. kalo barang barang mahal nggak saya kasih. mulanya dia nangis sih. tapi saya tetap nggak kasih. jadinya lumayan lho. sekaran g dia bisa dikasih pengertian. biasanya kalo nggak dapat langsung ngamuk. sekarang, asal kita jelasin , kenapa nggak bisa dikasih, dia nurut .sekali sekali aja yg tetap merengek. Yang penting ke depan saya bisa memperbaiki diri dan bisa kasih yg benar benar the best buat iki. bukan yg the best menurut saya aja. sekali lagi thanks alot yah.b Amin Ch <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Mbak,
Ini saya sharing dari buku yang pernah saya baca. Untuk masalah didikan anak, kita memang harus concern. Karena kalau sampai salah didik, maka nantinya malah akan merepotkan kita sebagai orang tua. Kalo menurut agama saya, mendidik anak harus dengan adanya pukulan. Dalam hal ini bukan pukulan membabi buta, tetapi pukulan kasih sayang. Paling baik kalo mau memukul, gunakan media seperti rotan (yang lentur) dan pukulnya di bagian bokong. Terus terang, saat ini saya gak percaya kalo anak sekarang, cuma diomongin baik2 saja (tanpa pernah ada hukuman fisik), anak bisa dididik menjadi anak yang patuh. Maaf yah Mbak, menurut saya pribadi, Mbak masih terlalu lembek (kurang tegas). Untuk mendidik anak, kita memang harus tegaan. Paling gampang untuk menguji apakah anak kita salah didik atau enggak adalah jika kita minta suatu perintah dilakukan, apakah harus berulang-ulang? Atau cukup dibilangin 1-2 kali? Alasan-alasan yang digunakan oleh orang tua untuk mendisiplinkan anak : 1. "Ia belum cukup besar untuk memahami" Jika seorang anak cukup besar untuk mengetahui apa arti kata "anjing" atau "es krim" atau "bye-bye", maka ia cukup memahami apa arti kata "tidak". Saya pernah mendengar sejumlah orang tua yang membanggakan betapa cerdasnya anak-anak mereka. "Ia sudah bisa melambaikan tangan bye-bye" atau "Ia sudah dapat bertepuk tangan". Tetapi, ketika menyangkut ketidaktaatan dan sikapnya yang mengganggu orang lain, orang itu mengatakan bahwa anaknya belum memahami dan, oleh karenanya, harus ditolerenasi. Ini hanyalah sebuah alasan. 2. "Wah, ia terlalu lelah hari ini. Ia selalu nakal kalau sedang merasah lelah" Inilah dalih yang lazim terdengar untuk ketidaktaatan. Terlihat jelas bahwa dua menit sebelum anak itu menunjukkan ketidaktaatan, ia tidak sedang kelelahan. Namun, begitu ia tidak taat, tiba-tiba saja ia menjadi "kelelahan". Kendati anak tersebut mungkin merasa lelah, ia dapat belajar untuk menguasai perilaku serta sikapnya. 3. "Itu bukan salahnya" Misalkan di Joni sering berbohong kepada ibunya. Akan tetapi ibunya menyalahkan kebohongan Joni pada Peter, kawan mainnya. Joni belajar untuk berbohong dari Peter. Oleh karenanya, itu bukan salah Joni. Walaupun akan bermain bersama anak-anak lain yang mungkin berperilaku tidak terpuji, orang tua tetap harus menuntut perilaku yang benar dari anaknya sendiri. 4. "Ia jadi begitu karena kami belum terbiasa" Jika Bapak/Ibu tengah berkunjung atau berlibur, Anda tidak boleh menyalahkan ketidaktaatan dan kerewelan anak dengan dalih bahwa suasana di tempat itu asing atau baru bagi anak. Anak harus taat kepada Anda di manapun Anda berada. Anda adalah pengaman anak, ucapan Anda harus ditaati di mana pun Anda berada, apakah itu di tempat belanja, di taman margasatwa, atau bahkan di rumah nenek. 5. "Oh, ia cuma kurang enak badan. Mungkin giginya tanggal" 6. "Oh, ia cuma seperti Paman Anu. Paman Anu juga berperangai keras." 7. "Ia akan berubah dengan sendirinya" Anak mungkin mengubah tindakan2 lahiriah yang menunjukkan ketidaktaatan. Namun, ia tidak akan mengatasi sikap-sikap yang berkaitan dengan ketidaktaatan itu. Ketika anak baru masuk sekolah, misalnya, ia serta merta belajar bahwa jika ia ingin mempunyai teman, ia tidak boleh mencubit atau memukul anak lain. Ia belajar untuk menyesuaikan kelakuannya dengan norma-norma perilaku tertentu. Akan tetapi, sikap2 yang ada di balik mencubit atau memukul akan muncul dengan sendirinya dalam bentuk2 perilaku agresif lain. Dan, disiplin yang dini oleh orang tua akan mengoreksi sikap2 yang sifatnya mendatangkan dosa tsb. -----Original Message----- From: hilma astuti [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 30 November, 2004 1:28 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: Re[2]: [balita-anda] Tanya: Gimana hadapin anak usia 20 bulan?? Mamanya Angina, bukannya ngasihani diri sendiri, cuma saya jadi ragu, apa semua yg saya kira the best for Iki emang benar benar baik bagi dia. saya liat anak tetangga, anak adek, semua ok ok aja. nggak rewel kayak Iki. kasih tipsnya dong gimana mendisiplin anak? apa umur 20bulan udah boleh dikasih time out? saya sering nggak tega nyuekin iki. kalau dia udah nangis pasti deh saya peluk. kalau dia nggak mau buka baju atau pakai baju apa boleh dipaksa aja? kemaren sore iki demam. kali karna abis mandi nggak mau pakai baju, malah nangis nangis. alhamdulillah sekarang udah nggak panas lagi. padahal nggak saya kasih obat. Angina umurnya berapa sekarang? saya jadi pengen iki cepat 3 taun aja. padahal dulu saya pengen iki kecil terus, soalnya lucu. kalau sekarang .... ampun deh. __________________________________________________ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com