MessageDari milis tetangga...... semoga bermanfaat terutama buat Bapak Gunawan Yusuf yg request ya
-----Original Message----- From: Adrian Accounting Sent: Wednesday, November 24, 2004 9:10 AM To: Rosanny Marthina Sipahutar; Sugyanto; Listyo Susanto; Ati Susanti; Sihar Sianturi; Rusmanto; Poetro Wiesudo; Rahma Dewi Suryantari; Indria Syarif; Zaenal; Wilis Woelandari; Zaenal Subject: FW: Sari buah merah memberi harapan besar bagi pengidap HIV/AIDS -----Original Message----- From: Maria Rynelda [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, November 23, 2004 4:18 PM To: Adrian Accounting; 'Anneke Hendriyani'; Antonius Bambang ; Deden Kurniawan ; 'Imelda Angela'; 'Lamria Gultom'; Justina; Murni ; Rudy Hariyanto; 'Siska'; 'Sulie Pirngadie'; 'Suwardi Tasrip'; Togi Panggabean; 'Tobok' Subject: FW: Sari buah merah memberi harapan besar bagi pengidap HIV/AIDS JAKARTA (Media): Sari buah merah (Phaleria papuana/Red Froot Oil) asal Papua memberi harapan besar bagi pengidap HIV/AIDS. Sejumlah penderita HIV/AIDS yang sudah mengonsumsi sari buah itu merasakan kondisi kesehatan mengalami perubahan yang signifikan. Dosen Universitas Cendrawasih Papua I Made Budi mengatakan hal itu kepada Media usai diwawancarai Metro TV, kemarin. ''Agustina, 22,seorang pengidap HIV/AIDS, berat badannya semula 27 kg, setelah mengonsumsi buah merah, naik menjadi 42 kg,'' jelas Made. Menurut Made, penelitian terhadap sari buah merah atau disebut kuansu oleh masyarakat setempat menjadi obat HIV/AIDS tidak disengaja. Awalnya dia menyaksikan buah merah yang beratnya 15 kg dan panjangnya mencapai 1 m itu diambil masyarakat Wamena sebagai bahan makanan.Saat dosen Universitas Cendrawasih mengamati secara seksama ternyata masyarakat sekitar jarang yang terkena penyakit kanker, jantung, dan hipertensi. ''Saat itu saya menduga bahwa jarangnya penyakit yang diderita masyarakat Wamena berhubungan dengan buah tersebut. Made masih belum tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut.Namun pada 1982, ia melanjutkan pendidikan S-2 di bidang Gizi Masyarakat di Institut Pertanian Bogor. Saat itu dia meneliti kandungan alamiah dari buah merah. Kembali ke Wamena, Made melanjutkan penelitiannya. Setelah tahu kandungan buah merah mengandung banyak antioksidan, betakarotin, Omega 3 dan 9, serta banyak zat lain yang bermanfaat meningkatkan daya tahan tubuh, dia mulai melakukan percobaan pada unggas. Menurut Made, sebanyak 30 ekor unggas yang diberikan kapsul sari buah merah ternyata tidak terkena virus. Padahal, saat itu sedang musim virus yang menyerang unggas. Dari hasil uji coba terhadap unggas tersebut, Made pun memberi sari buah itu kepada penderita asam urat, kolesterol tinggi, dan kanker. Beberapa tetangga saya yang kena kanker saya beri sari buah merah.Perkembangannya sangat bagus, katanya.Made terus mengembangkan penelitian dengan melakukan studi kepustakaan bahwa di Amerika, beta karotin digunakan untuk pengobatan kanker paru-paru. Beta karotin sendiri banyak terdapat pada sari buah merah. Bahkan total beta karotin pada buah merah mencapai 12.000 ppm. ''Dari situlah saya menyimpulkan buah merah memang bagus digunakan untuk makanan dan sekaligus kesehatan,'' jelasnya. Enam bulan lalu, lembaga nonpemerintah Yayasan Pengembangan Kesehatan Masyarakat (YKPM) Papua mendampingi seorang pengidap HIV/AIDS, yaitu Agustina kepada Made. Agustina pun diberi sari buah merah yang telah diracik khusus. Ternyata setelah mengonsumsi selama dua bulan, kondisi kesehatannya membaik. Gejala diare berat dan sariawan yang dideritanya hilang. ''Sekarang badan saya segar, bisa melakukan kegiatan sehari-hari,'' kata Agustina. Sirosis Hati Buah Merah Penyembuhnya Sinar semangat kini terpancar dari kedua bola mata wanita itu. Kondisi tubuh segar bugar saat Albertin Salong menerima Trubus. Raut wajah ceria sepanjang wawancara berlangsung. Hanya beberapa kerutan dan garis menghitam di seputar bola mata yang menunjukkan sisa penderitaannya. Kondisi itu jauh berbeda dibanding setahun lalu saat wanita 50 tahun yang tinggal di Papua itu tergolek lemah di salah satu rumah sakit di Makassar. Kanker hati membuat tubuhnya kurus kering, kulit dan mata menguning, serta tatap mata sayu tak bersinar. Ia masih ingat kejadian pada Mei 2003. Ketika itu ia hanya bisa menatap lemah seember cairan kuning di sudut kamar rumah sakit. Hari itu 7 liter cairan kuning harus disedot dari tubuhnya. Sesaat ia bisa bernapas lega lantaran tak ada lagi yang menekan paru-paru. Namun, beberapa hari kemudian, perut mulai berisi cairan lagi. Karena itulah sedot cairan tak bisa ditawar-tawar: 2 minggu sekali. Ia pun butuh asupan albumin dari luar yang berharga Rp1,6-juta per dosis. Tertolong buah merah Sirosis (pengerasan jaringan, red) memang telah membuat organ hati Albertin tak berfungsi. Hati tak sanggup lagi memproduksi albumin yang bertugas mencegah masuknya cairan darah ke dalam jaringan. Akibatnya, terjadi penumpukan cairan di dalam jaringan. Rongga perut pun penuh berisi cairan lantaran tersumbatnya pembuluh darah vorta-pembuluh darah yang menuju ke hati. Penyumbatan itu membuat pigmen empedu terserap ke dalam darah. Akibatnya, kulit dan bagian putih mata menguning (ikterus, red). Kerusakan sel-sel hati juga membuat proses pencernaan dan metabolisme terganggu. Tubuh makin kurus dan tak bertenaga lantaran tak ada asupan makanan. Apalagi, selera makan terus menurun karena gangguan pencernaan. Berbagai obat yang masuk sulit dicerna dan diserap tubuh lantaran terganggunya metabolisme.Dokter ahli yang menangani tak mampu berbuat banyak. "Secara medis penyakit ibu sudah sangat parah. Kami hanya bisa berusaha, tapi Tuhan yang menentukan," kata sang dokter seperti ditirukan Albertin. Ucapan dokter itu pula yang memaksanya pulang ke Papua dalam kondisi tubuh sangat lemah. Suatu ketika seorang kerabat menyarankan Albertin untuk mencoba sari buah merah yang sedang ramai dibicarakan. Sejak September 2003 ia mulai mengkonsumsi sari buah merah 2 x sehari masing-masing 1 sendok makan. "Seminggu mengkonsumsi, ada perubahan luar biasa. Pencernaan menjadi normal kembali," paparnya. Frekuensi sedot pun berkurang menjadi 40 hari sekali. Karena itu, ia makin serius melanjutkan pemakaian obat itu hingga memperoleh kesembuhan total setelah 1,5 bulan mengkonsumsi.Kaya senyawa aktif Drs I Made Budi MSi yang pertama kali memperkenalkan buah merah sebagai obat. Semula ahli gizi dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Cenderawasih, Jayapura, itu hanya ingin mengungkap kandungan gizinya. "Masyarakat pedalaman yang mengkonsumsi buah merah jarang ditemukan mengidap penyakit degeneratif. Bahkan, dari data statistik setempat, mereka memiliki angka harapan hidup cukup tinggi," papar kelahiran Dumoga, Bolaangmongondow, Sulawesi Utara, itu. Hasil analisis kandungan kimiawi buah merah itulah yang mengilhami Made untuk menjadikannya sebagai obat. Mula-mula ia melakukan serangkaian penelitian skala laboratorium. Setelah yakin akan kemampuan buah merah barulah ia mencoba kepada banyak penderita penyakit. Albertin Salong hanyalah satu di antara hampir 1.000 pasien yang telah merasakan keampuhan sari buah merah. Awalnya, sari buah merah hanya dicobakan kepada sekitar 400 penderita kanker di berbagai daerah. Namun, karena terbukti mampu memberikan tingkat kesembuhan hingga 60-70%-beberapa di antaranya sembuh total, ia pun diminati pasien penyakit lain. Mulai dari kolesterol, asam urat, diabetes, hipertensi,flek paru, hepatitis, jantung koroner, mata, osteosporosis (rapuh tulang, red), hingga HIV.Menurut Made, buah merah mengandung zat-zat gizi bermanfaat dalam kadar tinggi. Di antaranya betakaroten, tokoferol, asam oleat, asam linoleat dan dekanoat. Semuanya merupakan senyawa-senyawa obat yang aktif. Betakaroten dan tokoferol (vitamin E, red), misalnya, dikenal sebagai senyawa antioksidan yang ampuh. Membunuh radikal bebas Betakaroten berfungsi memperlambat berlangsungnya penumpukan flek pada arteri. Jadi aliran darah ke jantung dan otak berlangsung tanpa sumbatan. Interaksinya dengan protein meningkatkan produksi antibodi. Ia meningkatkan jumlah sel-sel pembunuh alami dan memperbanyak aktivitas sel-sel T helpers dan limposit. Suatu studi membuktikan, konsumsi betakaroten 30-60 mg/hari selama 2 bulan membuat tubuh memiliki sel-sel pembunuh alami lebih banyak. Bertambahnya sel-sel pembunuh alami menekan kehadiran sel-sel kanker. Mereka ampuh menetralisir radikal bebas-senyawa karsinogen penyebab kanker. Jika antioksidan tersedia setiap saat dalam darah sel-sel tubuh terlindung dari kerusakan akibat radikal bebas.Peran buah merah sebagai antikarsinogen makin lengkap dengan kehadiran tokoferol. Senyawa ini berperan dalam memperbaiki sistem kekebalan tubuh. Ia mengurangi morbiditas dan mortalitas sel-sel jaringan. Ia juga menjadi semacam pemadam kebakaran yang menangkal dan mematikan serbuan radikal bebas. Kolesterol dalam darah pun dinetralisir. Gampang diserap Buah merah mengandung omega-9 dan omega-3 dalam dosis tinggi. Sebagai asam lemak tak jenuh, ia gampang dicerna dan diserap sehingga memperlancar proses metabolisme. Sari buah merah meluruhkan LDL (kolesterol yang mengakibatkan penumpukan flek di dalam pembuluh, red) dan meningkatkan kadar HDL (kolesterol yang memperlancar proses peredaran darah, red). Efeknya, terjadi keseimbangan kolesterol di dalam darah. Asam lemak yang dikandung buah merah merupakan antibiotik dan antivirus. Mereka aktif melemahkan dan meluruhkan membran lipida virus serta mematikannya. Bahkan, virus tak diberi kesempatan untuk membangun struktur baru sehingga tak bisa melakukan regenerasi. Karena kemampuan itu, ia efektif menghambat dan membunuh beragam strain virus, termasuk virus hepatitis yang merusak sel hati. Ia juga terbukti menghambat dan membunuh sel-sel tumor aktif. Lancarnya proses metabolisme sangat membantu proses penyembuhan penyakit. Sebab, tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh. Pasien pun tak perlu mendapatkan asupan protein dari luar. Bahkan, dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis. (Fendy R Paimin) Kandungan gizi buah merah-Komposisi kimia Kandungan Total karotenoid 12.000 ppm Total tokoferol 11.000 ppm Betakaroten 700 ppm Alfa tokoferol 500 ppm Asam oleat 58 % Asam linoleat 8,8 % Asam linolenat 7,8 % Dekanoat 2,0 %