Buat ibu dan calon ibu :)

 Sumber : http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=91206
 
 Rabu, 4 Agustus 2004
 
 Cegah Hilangnya Refleks Menyusu :
 Bayi Jangan Langsung Dimandikan Setelah Lahir
 
 
 Penelitian di Swedia baru-baru ini memperlihatkan bayi yang diletakkan
 di dekat puting ibunya segera setelah lahir memiliki respon menyusui 
 yang lebih baik, dibandingkan bayi yang dibersihkan lebih dahulu. 
 Kondisi itu sangat menguntungkan sang bayi karena tidak saja 
 mendapatkan kolostrum dari ASI --yang kaya zat gizi untuk kekebalan 
 tubuhnya-- tetapi juga melatih refleks menyusunya dengan benar.
 
 Dalam sebuah tayang video disajikan bagaimana bayi baru lahir itu
 diletakkan di samping puting ibunya mampu menggerakkan tangan dan 
 kakinya untuk mendapatkan puting ibunya. Begitu didapat, bayi dengan 
 cepat membuka lebar mulutnya, lalu menyusui tanpa dibantu tangan 
 ibunya. Setelah 10 menit bayi kemudian dibersihkan, kemudian 
 diletakkan kembali ke dada ibunya. Refleks menyusunya sangat cepat 
 dengan menggunakan tenaganya sendiri.
 
 Sementara bayi yang dibersihkan setelah lahir, lalu diletakkan
 disamping puting ibunya tidak memperlihatkan respon atas puting 
ibunya. Meski sudah diletakkan diatas puting, bibir si bayi hanya diam 
 saja. Keinginan menyusu dari bayi baru terjadi 10 jam kemudian, itupun 
 harus dipandu sang ibu karena bayi kesulitan mendapatkan puting ibunya 
 sambil menangis.
 
 "Jika begitu lahir bayi langsung dimandikan, refleks menyusu ini
 langsung hilang 50 persen. Jika bayi lahir dengan operasi Caesar dan 
 langsung dimandikan, refleks itu 100 persen hilang," kata Ketua Sentra 
 Laktasi Indonesia, dr Utami Roesli mengomentari tayang yang menarik 
 itu dalam sebuah diskusi tentang ASI, di Jakarta, Jumat (30/7) 
 sehubungan dengan peringatan peringatan Pekan ASI Dunia 2004 yang 
 jatuh pada 1-7 Agustus.
 
 Penelitian terbaru itu, menurut dr Utami Roesli, seharusnya bisa
 mematahkan prosedur persalinan yang selama ini langsung membersihkan 
 bayi segera setelah dilahirkan. "Bila melihat efek yang luar biasa 
 pada bayi, kenapa kita tidak mencoba mempraktekkannya. Tetapi memang 
 usaha ini bukan perkara mudah, karena bukan saja terkait dengan 
 kebiasaan yang sudah mengakar masyarakat, tetapi juga harus berhadapan 
 dengan produsen susu formula yang melakukan praktek gelap di rumah 
 sakit," katanya.
 
 Beberapa rumah sakit memberikan susu formula pada bayi yang baru lahir
 sebelum ibunya mampu memproduksi ASI. Hal itu menyebabkan bayi tidak 
 terbiasa menghisap ASI dari puting susu ibunya, dan akhirnya tidak mau 
 lagi mengonsumsi ASI atau sering disebut dengan "bingung puting".
 
 "Menghisap susu dari botol itu lain dengan menghisap puting susu ibu.
 Bayi harus belajar sejak awal dan ibu juga harus belajar menyusui, 
 karena ketrampilan itu memang harus dipelajari oleh keduanya," ujar dr 
 Utami Roesli.
 
Sejak lahir, seorang bayi harus diajari menyusu dengan cara memasukkan
 seluruh areola payudara (daerah berwarna cokelat di payudara ibu) ke 
 dalam mulut bayi. Jika bayi hanya mengisap puting susu saja, ASI yang 
 keluar hanya sedikit. "Gudang ASI terletak di bawah daerah cokelat 
 itu. Jika yang diisap hanya putingnya saja, ASI yang keluar hanya 
 sedikit. Sedangkan, kalau dari daerah cokelat itu, ASI yang keluar 
 akan banyak sekali," jelas Utami.
 
 Jika ASI di gudang itu habis, pabrik ASI (alveoli) akan segera
 memproduksi lagi. Alveoli berbentuk bulat dan bergerombol seperti buah 
 anggur. Alveoli dikelilingi otot yang disebut myoepithel. Otot inilah 
 yang memompa ASI keluar dari alveoli menuju gudang ASI.
 
 Namun, kinerja myoepithel sangat tergantung pada hormon oksitosin yang
 dikirim otak. Jika oksitosin keluar, otot pun bekerja. Sedangkan, 
 oksitosin bisa keluar jika ibu merasa tenang dan disayang oleh suami 
 serta mendapat dukungan dari orang-orang di sekelilingnya. "Makanya 
 hormon ini disebut hormon kasih sayang. Dan di sinilah ayah memegang 
 peranan penting," tegas Utami.
 
 Macetnya proses pemberian ASI ini disebabkan beberapa hal. Misalnya,
 bayi yang tidak bisa mengisap, posisi menyusui yang salah, ibu merasa 
 tidak nyaman, atau suami dan lingkungan tidak mendukung. "Tidak ada 
 cerita seorang ibu tidak bisa menyusui atau ASI yang tidak cukup. 
 Perhatikan saja seekor marmut yang kecil bisa menyusui 12 ekor 
 anaknya. Bayi gajah yang besar juga bisa disusui dengan cukup oleh 
 induknya. Mereka tidak memerlukan susu hewan lain untuk memenuhi 
 kebutuhan susu. ASI diproduksi berdasarkan jumlah yang dikeluarkan," 
 ungkap Utami.
 
 Dua Persen
 
 
 Ia memperkirakan jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada
 bayinya sampai berumur enam bulan saat ini masih rendah, yaitu kurang 
 dari dua persen dari jumlah total ibu melahirkan. "Itu antara lain 
 terjadi karena pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI masih rendah, 
 tatalaksana rumah sakit yang salah, dan banyaknya ibu yang mempunyai 
 pekerjaan di luar rumah," ucapnya.
 
 ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada
 bayi berumur nol sampai enam bulan. ASI eksklusif adalah makanan 
 terbaik yang harus diberikan kepada bayi, karena di dalamnya 
 terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi.
 
 "Tidak ada yang bisa menggantikan ASI karena ASI didesain khusus untuk
 bayi, sedangkan susu sapi komposisinya sangat berbeda sehingga tidak 
 bisa saling menggantikan," jelasnya.
 
 Menurut dia, ada lebih dari 100 jenis zat gizi dalam ASI antara lain
 AA, DHA, Taurin dan Spingomyelin yang tidak terdapat dalam susu sapi. 
 Beberapa produsen susu formula mencoba menambahkan zat gizi tersebut, 
 tetapi hasilnya tetap tidak bisa menyamai kandungan gizi yang terdapat 
 dalam ASI. "Lagi pula penambahan zat-zat gizi tersebut jika tidak 
 dilakukan dalam jumlah dan komposisi yang seimbang maka akan 
 menimbulkan terbentuknya zat yang berbahaya bagi bayi," katanya.
 
 Ditegaskan, ASI sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
 kecerdasan anak. "Menurut penelitian, anak-anak yang tidak diberi ASI 
 mempunyai IQ (Intellectual Quotient) lebih rendah tujuh sampai delapan 
 poin dibandingkan dengan anak-anak yang diberi ASI secara eksklusif. 
 Karena itu, mengkonsumsi ASI bagi bayi merupakan hak anak yang 
 hakiki," ujarnya.
 
 Anak-anak yang tidak diberi ASI secara eksklusif juga lebih cepat
 terjangkiti penyakit kronis seperti kanker, jantung, hipertensi dan 
 diabetes setelah dewasa. Kemungkinan anak menderita kekurangan gizi 
 dan mengalami obesitas (kegemukan) juga lebih besar.
 
 Selain pada anak, pemberian ASI juga sangat bermanfaat bagi ibu. ASI,
 selain dapat diberikan dengan cara mudah dan murah juga dapat 
 menurunkan resiko terjadinya pendarahan dan anemia pada ibu, serta 
 menunda terjadinya kehamilan berikutnya.
 
 Hal lain yang jauh lebih penting adalah timbulnya ikatan bathin
 (bonding) yang kuat antara ibu dan anak. "Ibu juga tidak perlu 
 susah-susah melakukan diet untuk mengecilkan perut setelah melahirkan, 
 karena hisapan anak pada puting susu ibu merangsang keluarnya hormon 
 yang dapat mengencangkan dinding-dinding perut ibu kembali," katanya. 
 (T-1)

Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
Info balita, klik http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke