Pak , ini sudah final keputusan pemerintah nya ? 
 
-----Original Message-----
From: Desmal Andi [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, March 03, 2005 2:13 PM
To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: [balita-anda] Pembebasan fiskal ditolak
 

Pembebasan fiskal ditolak
    
JAKARTA (Bisnis): Pemerintah memutuskan untuk menolak pembebasan 
fiskal keberangkatan ke luar negeri seperti dituntut para pengusaha 
melalui berbagai asosiasi pariwisata. 
"Menghapuskan itu lebih banyak ruginya dibandingkan dengan keuntungan yang
bakal diperoleh,"
kata Menbudpar Jero Wacik. 

Menurut dia, pemerintah tidak akan membebaskan fiskal tersebut sampai 
perekonomian Indonesia dinilai sudah makmur. "Saya sudah konfirmasi 
ke Menko Perekonomian Bapak Aburizal dan beliau menyatakan fiskal 
tidak akan dibebaskan." 

Mengenai kesepakatan kepala negara pada Asean Tourism Agreement (ATA) 
untuk menghapus semua hambatan ke luar, termasuk pungutan fiskal bagi 
warga RI yang akan ke luar negeri paling lambat hingga akhir 2005, 
Jero menyatakan akan dipikirkan upaya untuk menghadapinya. "Akan 
dicari bagaimana [cara menghadapinya]." 

Jero menyadari negeri lain akan marah, jika mengetahui pemerintah tak 
akan membebaskan fiskal. "Tapi marah sedikit tak apa, yang penting 
kita ingin menyelamatkan negara." 

Jero mengaku setuju jika bebas fiskal diterapkan untuk kasus-kasus 
tertentu seperti jika rombongan seniman yang akan membawa misi 
kebudayaan ke luar negeri. 

Dia juga mengatakan kekhawatirannya seandainya fiskal ke luar negeri 
dibebaskan, maka wisatawan yang punya uang pas-pasan pun akan 
memutuskan berangkat ke luar negeri. 

"Karena dengan bebas fiskal, maka orang akan bebas ke luar negeri. 
Bagi yang punya uang pas-pasan sekalipun, dia bisa memilih pergi ke 
luar negeri, seperti Singapura. Padahal kami mengharapkan wisatawan 
itu memilih Lombok atau Padang." 

Menanggapi penolakan itu, Elly Hutabarat, Vice President Asean 
Tourism Association (Aseanta) mengatakan pemerintah Indonesia mesti 
mempunyai alasan tepat. 

Dia mengatakan Indonesia sebagai negara di Asean, diharapkan bisa 
bekerja sama dengan baik dengan negara lain. "Apalagi Asean tengah 
menuju sebagai kawasan single destination." 

Yanti Sukamdani Hardjoprakoso, Ketua Umum BPP Perhimpunan Hotel dan 
Restoran Indonesia (PHRI), mengatakan semestinya Indonesia mau 
berkorban untuk menghapuskan fiskal ke luar negeri untuk mendapatkan 
sesuatu yang lebih besar. 

Dia mencontohkan mengenai masalah keinginan maskapai penerbangan 
asing untuk masuk ke Indonesia, maka akan mempertimbangkan besarnya 
potensi penumpang yang diraihnya. 

"Jika ada fiskal luar negeri, bisa saja pesawat dari luar membawa 
penumpang penuh, tapi dari Indonesia kosong. Ini pasti akan 
membatalkan keinginan maskapai asing masuk langsung ke Indonesia." 

Adnan Karamoy, Wakil Ketua Komite Tetap Pariwisata Kadin (Kamar 
Dagang dan Industri Indonesia) mengungkapkan penolakan pemerintah itu 
dapat membuat Indonesia menjadi bahan olok-olok negara lain. (ltc)

  
Salam,


Desmal Andi    

Kirim email ke