Pak Doni artikelnya memang bagus sekali, btw kalau ga' salah sudah pernah 
dikirim sebelumnya di milis ini.
Doni Hermawan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Semoga dapat bermanfaat
--------------------------------------------------------

aku akan terus membopongmu...

Pada hari pernikahan, aku membopong istriku. Mobil pengantin berhenti 
di depan flat kami yang cuma berkamar satu. Sahabatku menyuruhku untuk 
membopongnya begitu keluar dari mobil. Jadi kubopong ia memasuki rumah kami. 
Ia kelihatan malu-malu. Aku adalah seorang pengantin pria yang sangat 
bahagia. Dan ia sangat tahu itu.

Ini adalah kejadian 10 tahun yang lalu. Hari-hari selanjutnya berlalu 
demikian simpel seperti secangkir air bening: Kami mempunyai seorang anak, 
saya terjun ke dunia usaha dan berusaha untuk menghasilkan banyak uang. 
Begitu kemakmuran meningkat, jalinan kasih diantara kami pun semakin surut. 
Ia adalah pegawai sipil. setiap pagi kami berangkat kerja bersama dan sampai 
di rumah juga pada waktu yang bersamaan. Anak kami sedang belajar di luar 
negeri. Perkawinan kami kelihatan bahagia. Tapi ketenangan hidup berubah 
dipengaruhi oleh perubahan yang tidak kusangka...

Dewi hadir dalam kehidupanku.

Waktu itu adalah hari yang cerah. Aku berdiri di balkon. dengan Dewii 
yang sedang merangkulku. Hatiku sekali lagi terbenam dalam aliran cintanya. 
ini adalah apartemen yang kubelikan untuknya.

Dewi berkata, "Kamu adalah jenis pria terbaik yang menarik para 
gadis." Kata-katanya tiba-tiba mengingatkanku pada istriku. Ketika kami baru 
menikah, istriku pernah berkata, "Pria sepertimu, begitu sukses, akan 
menjadi sangat menarik bagi para gadis." Berpikir tentang ini, Aku menjadi 
ragu-ragu. Aku tahu kalau aku telah menghianati istriku. Tapi aku tidak 
sanggup menghentikannya. Aku melepaskan tangan Dewi dan berkata, "Kamu harus 
pergi membeli beberapa perabot, O.K.? Aku ada sedikit urusan di kantor."

Kelihatan ia jadi tidak senang karena aku telah berjanji menemaninya. 
Pada saat tersebut, ide perceraian menjadi semakin jelas di pikiranku 
walaupun kelihatan tidak mungkin. Bagaimanapun, aku merasa sangat sulit 
untuk membicarakan hal ini pada istriku. Walau bagaimanapun kujelaskan, ia 
pasti akan sangat terluka. Sejujurnya, ia adalah seorang istri yang baik. 
Setiap malam ia sibuk menyiapkan makan malam. Aku duduk santai di depan TV. 
Makan malam segera tersedia. Lalu kami akan menonton TV bersama. Atau, aku 
akan menghidupkan komputer, membayangkan tubuh Dewi. Ini adalah hiburan 
bagiku.

Suatu hari aku berbicara dalam guyon, "Seandainya kita bercerai, apa 
yang akan kau lakukan?" Ia menatap padaku selama beberapa detik tanpa 
bersuara. Kenyataannya ia percaya bahwa perceraian adalah sesuatu yang 
sangat jauh darinya. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana ia akan 
menghadapi kenyataan jika tahu bahwa aku serius.

ketika istriku mengunjungi kantorku, Dewi baru saja keluar dari 
ruanganku. Hampir seluruh staff menatap istriku dengan mata penuh simpati 
dan berusaha untuk menyembunyikan segala sesuatu selama berbicara dengannya. 
Ia kelihatan sedikit curiga. Ia berusaha tersenyum pada bawahanku. Tapi aku 
membaca ada kelukaan di matanya.

Sekali lagi, Dewi berkata padaku, "Hei Ning, ceraikan ia, O.K? Lalu 
kita akan hidup bersama." Aku mengangguk. Aku tahu aku tidak boleh ragu 
lagi. Ketika malam itu istriku menyiapkan makan malam, kupegang tangannya, 
"Ada sesuatu yang harus kukatakan" Ia duduk diam dan makan tanpa bersuara. 
Sekali lagi aku melihat ada luka di matanya. Tiba-tiba aku tidak tahu harus 
berkata apa. Tapi ia tahu kalau aku terus berpikir. "Aku ingin bercerai," 
kuungkapkan topik ini dengan serius tapi tenang. Ia seperti tidak 
terpengaruh oleh kata-kataku, tapi ia bertanya secara lembut, "Kenapa?"

"Aku serius." Aku menghindari pertanyaannya. Jawaban ini membuat ia 
sangat marah. Ia melemparkan sumpit dan berteriak kepadaku, "Kamu bukan 
laki-laki!"

Pada malam itu, kami sekali saling membisu. Ia sedang menangis. Aku 
tahu kalau ia ingin tahu apa yang telah terjadi dengan perkawinan kami. Tapi 
aku tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan sebab hatiku telah dibawa 
pergi oleh Dewi.

Dengan perasaan yang amat bersalah, Aku menuliskan surai perceraian di 
mana istriku memperoleh rumah, mobil dan 30% saham dari perusahaanku. Ia 
memandangnya sekilas dan mengoyaknya jadi beberapa bagian. Aku merasakan 
sakit dalam hati. Wanita yang telah 10 tahun hidup bersamaku sekarang 
menjadi seorang yang asing dalam hidupku. Tapi aku tidak bisa mengembalikan 
apa yang telah kuucapkan.

Akhirnya ia menangis dengan keras di depanku, hal tersebut tidak 
pernah kulihat sebelumnya. Bagiku, tangisannya merupakan suatu pembebasan 
untukku. Ide perceraian telah menghantuiku dalam beberapa minggu ini dan 
sekarang sungguh telah terjadi...

Pada larut malam, aku kembali ke rumah setelah menemui klienku. Aku 
melihat ia sedang menulis sesuatu. Karena capek aku segera ketiduran. Ketika 
aku terbangun tengah malam, aku melihat ia masih menulis. Aku tertidur 
kembali. Ia menuliskan syarat dari perceraiannya: ia tidak menginginkan apa 
pun dariku, tapi aku harus memberikan waktu sebulan sebelum menceraikannya, 
dan dalam waktu sebulan itu kami harus hidup bersama seperti biasanya.

Alasannya sangat sederhana: Anak kami akan segera menyelesaikkan 
pendidikannya dan liburannya adalah sebulan lagi dan ia tidak ingin anak 
kami melihat kehancuran rumah tangga kami. Ia menyerahkan persyaratan 
tersebut dan bertanya, "Hei Ning, apakah kamu masih ingat bagaimana aku 
memasuki rumah kita ketika pada hari pernikahan kita?" Pertanyaan ini 
tiba-tiba mengembalikan beberapa kenangan indah kepadaku. Aku mengangguk dan 
mengiyakan. "Kamu membopongku di lenganmu", katanya, "jadi aku punya sebuah 
permintaan, yaitu kamu akan tetap membopongkuku pada waktu perceraian kita. 
Dari sekarang sampai akhir bulan ini, setiap pagi kamu harus membopongku 
keluar dari kamar tidur ke pintu ." Aku menerima dengan senyum. Aku tahu ia 
merindukan beberapa kenangan indah yang telah berlalu dan berharap 
perkawinannya diakhiri dengan suasana romantis.

Aku memberitahukan Dewi soal syarat perceraian dari istriku. Ia 
tertawa keras dan berpikir itu tidak ada gunanya. "Bagaimanapun trik yang ia 
lakukan, ia harus menghadapi hasil dari perceraian ini," ia mencemooh. 
Kata-katanya membuatku merasa tidak enak.

Istriku dan aku tidak mengadakan kontak badan lagi sejak kukatakan 
perceraian itu. Kami saling menganggap orang asing. Jadi ketika aku 
membopongnya di hari pertama, kami kelihatan salah tingkah. Anak kami 
menepuk punggung kami, "Wah, papa membopong mama, mesra sekali." 
Kata-katanya membuatku merasa sakit... Dari kamar tidur ke ruang duduk, lalu 
ke pintu, aku berjalan 10 meter dengan ia dalam lenganku. Ia memejamkan mata 
dan berkata dengan lembut, "Mari kita mulai hari ini, jangan memberitahukan 
pada anak kita." Aku mengangguk, merasa sedikit bimbang. Aku melepaskan ia 
di pintu. Ia pergi menunggu bus, dan aku pergi ke kantor.

Pada hari kedua, bagi kami terasa lebih mudah. Ia merebah di dadaku, 
kami begitu dekat sampai-sampai aku bisa mencium wangi di bajunya. Aku 
menyadari bahwa aku telah sangat lama tidak melihat dengan mesra wanita ini. 
Aku melihat bahwa ia tidak muda lagi, beberapa kerut tampak di wajahnya.

Pada hari ketiga, ia berbisik padaku, "kebun dil uar sedang dibongkar, 
hati-hati kalau kamu lewat sana."

Hari keempat, ketika aku membangunkannya, aku merasa kalau kami masih 
mesra seperti sepasang suami istri dan aku masih membopong kekasihku di 
lenganku. Bayangan Dewi menjadi samar.

Pada hari kelima dan enam, ia masih mengingatkan aku beberapa hal, 
seperti, di mana ia telah menyimpan bajuku yang telah ia setrika, aku harus 
hati-hati saat memasak, dll. Aku mengangguk. Perasaan kedekatan terasa 
semakin erat. Aku tidak memberitahu Dewi tentang ini.

Aku merasa begitu ringan membopongnya. Berharap setiap hari pergi ke 
kantor bisa membuatku semakin kuat. Aku berkata padanya, "Kelihatannya 
tidaklah sulit membopongmu sekarang"

Ia sedang mencoba pakaiannya, aku sedang menunggu untuk membopongnya 
keluar. Ia berusaha mencoba beberapa tapi tidak bisa menemukan yang cocok. 
Lalu ia melihat, "Semua pakaianku kebesaran". Aku tersenyum. Tapi tiba-tiba 
aku menyadarinya sebab ia semakin kurus. Itu sebabnya aku bisa membopongnya 
dengan ringan bukan disebabkan aku semakin kuat. Aku tahu ia mengubur semua 
kesedihannya dalam hati. Sekali lagi, aku merasakan sakit

Tanpa sadar ku sentuh kepalanya. Anak kami masuk pada saat tersebut. 
"Pa, sudah waktunya membopong Mama keluar." Baginya, melihat papanya sedang 
membopong mamanya keluar menjadi bagian yang penting. Ia memberikan isyarat 
agar anak kami mendekatinya dan merangkulnya dengan erat. Aku membalikkan 
wajah sebab aku takut aku akan berubah pikiran pada detik terakhir. Aku 
menyanggah ia di lenganku, berjalan dari kamar tidur, melewati ruang duduk 
ke teras. Tangannya memegangku secara lembut dan alami. Aku menyanggah 
badannya dengan kuat seperti kami kembali ke hari pernikahan. Tapi ia 
kelihatan agak pucat dan kurus, membuatku sedih.

Pada hari terakhir, ketika aku membopongnya di lenganku, aku melangkah 
dengan berat. Anak kami telah kembali ke sekolah. ia berkata, "Sesungguhnya 
aku berharap kamu akan membopongku sampai kita tua" Aku memeluknya dengan 
kuat dan berkata, "Antara kita saling tidak menyadari bahwa kehidupan kita 
begitu mesra".

Aku melompat turun dari mobil tanpa sempat menguncinya. Aku takut 
keterlambatan akan membuat pikiranku berubah. Aku menaiki tangga. Dewi 
membuka pintu. Aku berkata padanya, "Maaf Dewi, Aku tidak ingin bercerai. 
Aku serius".

Ia melihat kepadaku, kaget. Ia menyentuh dahiku. "Kamu tidak demam". 
Kutepiskan tanganya dari dahiku, "Maaf Dewi, aku cuma bisa bilang maaf 
padamu, aku tidak ingin bercerai. Kehidupan rumah tanggaku membosankan 
disebabkan ia dan aku tidak bisa merasakan nilai dari kehidupan, bukan 
disebabkan kami tidak saling mencintai lagi. Sekarang aku mengerti sejak aku 
membopongnya masuk ke rumahku, ia telah melahirkan anakku. Aku akan 
menjaganya sampai tua. Jadi aku minta maaf padamu."

Dewi tiba-tiba seperti tersadar. Ia memberikan tamparan keras kepadaku 
dan menutup pintu dengan kencang dan tangisannya meledak. Aku menuruni 
tangga dan pergi ke kantor. Dalam perjalanan aku melewati sebuah toko bunga, 
kupesan sebuah buket bunga kesayangan istriku. Penjual bertanya apa yang 
mesti ia tulis dalam kartu ucapan? Aku tersenyum, dan menulis, "Aku akan 
membopongmu setiap pagi, sampai kita tua."



-- doniher --
ygpernahngalaminkorbanbrokenhome(ortu)

----- Original Message ----- 
From: "Ari PE" 
To: 
Sent: Monday, March 14, 2005 3:13 PM
Subject: RE: [balita-anda] Pasangan berselingkuh.


Yang diajakin saya loh....:)

Wass,

_AP_


-----Original Message-----
From: Elizabeth Hariyati Puji Rahayu [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, March 14, 2005 2:28 PM
To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: Re: [balita-anda] Pasangan berselingkuh.

Hahahhha.......mau dong ikutan selingkuh (sorry nyabet aja sih....)

Nggak usahlah mbak......maksudnya nggak usah kelamaan selingkuhnya...cepetan
aja.....

Sorry....becanda.....


NnG wrote:

> Ikut sih nggak, Cuma kebetulan saya dapat kiriman dari teman.
> Gimana, jadi selingkuh nggak ni.?
>
> -----Original Message-----
> From: Ari PE [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Monday, March 14, 2005 01:13
> To: balita-anda@balita-anda.com
> Subject: RE: [balita-anda] Pasangan berselingkuh.
>
> Loh,
> Mba Neneng ikut milisnya Vincent?
> Aku juga pernah baca2 tulisannya, tapi bukan di milisnya.
>
> Wass,
>
> _AP_
>
> AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN
SUMATERA UTARA !!!
> ================
> Kirim bunga, http://www.indokado.com
> Info balita: http://www.balita-anda.com
> Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke:
[EMAIL PROTECTED]
> Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]


AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA
UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke:
[EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]



AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: 
[EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]




AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]



---------------------------------
  Yahoo! Messenger - Communicate instantly..."Ping" your friends today! 
Download Messenger Now

Kirim email ke