Media Indonesia , Rabu, 6 Agustus 2003

Informasi soal ASI masih sangat Minim


MENYAMBUT Pekan Air Susu Ibu (ASI) Sedunia yang dirayakan tiap 1-7
Agustus, masih diwarnai dengan keprihatinan. Karena, masih banyak ibu,
baik di kota maupun desa, bahkan yang berpendidikan tinggi hingga yang
tidak sempat mengenyam pendidikan sekalipun, belum sepenuhnya
mendapatkan informasi tentang ASI yang benar.

Sudah sejak lama Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengampanyekan pentingnya
ASI bagi bayi. Para ibu wajib memberikan ASI sampai umur 6 bulan dan
disempurnakan hingga umur 2 tahun. Namun, imbauan dan seruan ini masih
terlalu kecil. Apalagi bila dibandingkan dengan gaung promosi
produk-produk untuk bayi.

Padahal, untuk melindungi serangan dari produk pengganti ASI ini
WHO/UNICEF telah mengeluarkan Kode Etik Internasional Pemasaran
Pengganti Air Susu Ibu
(PASI) yang dikeluarkan 1981. Pemerintah Indonesia sendiri telah
mengadopsi kode etik ini dengan dikeluarkannya UU No 23/1992 tentang
Kesehatan ditambah dengan PP No 69/1999 tentang Iklan dan Label Pangan;
Permenkes No 240/1985 tentang PASI yang telah disempurnakan menjadi
Kepmenkes No 237/1997 tentang Pemasaran PASI.

Peraturan ini melarang, baik PASI awal maupun lanjutan, mencantumkan
gambar bayi, tulisan 'Semutu ASI', tulisan 'Dapat digunakan sebagai
pengganti ASI', gambar botol dan dot, serta pernyataan yang mendorong
agar ibu tidak menyusui. Sanksi dari pelanggaran ketentuan tersebut
dapat berupa teguran hingga pencabutan nomor registrasi.

Menurut Ketua Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI)
dr Marius Widjajarta, pada awal peraturan tersebut dikeluarkan memang
ada upaya keras dari pemerintah--dalam hal ini Departemen Kesehatan--dan
Lembaga Konsumen untuk memantau pelaksanaan Kode Etik Pemasaran.
"Tetapi, sekarang pemantauan itu sangat lemah. Oknum petugas medis malah
terkadang ikut pula menawarkan produk PASI. Dari memberikan sampel
gratis, sampai pemberian terselubung, jalan-jalan ke lokasi pabrik, dan
sebagainya."

Menurutnya, hal ini jelas telah melanggar kode etik, sebab petugas medis
pun tidak boleh diberi sampel gratis. "Dulu saya pernah menjumpai
pelantikan petugas medis disponsori produsen PASI. Ada juga yang
menggunakan sistem arisan; sekarang pakai produk A, minggu depan pakai
produk B, dan seterusnya."

Menurutnya, produsen boleh saja menawarkan segala produknya, sepanjang
menghormati kode etik. "Sebaiknya, produsen harus jujur, mereka harus
memberikan informasi yang sebenarnya bukan membohongi konsumen. Dalam UU
Konsumen tahun 1999 dijelaskan bahwa konsumen berhak mendapatkan
informasi benar dari produk yang ditawarkan."

Apabila produsen menutupi informasi yang sebenarnya maka konsumen berhak
menuntut produsen. Ancaman yang diberikan pun cukup berat yakni hukuman
penjara maksimal 5 tahun atau denda Rp2 miliar. Ia mengimbau produsen
agar mencantumkan informasi yang benar pada kemasan kaleng atau kardus
dari produknya. "Misalnya, susu ini tidak cocok untuk bayi di bawah 1
tahun, atau informasi lainnya yang intinya bahwa ASI adalah yang
terbaik. Ini akan mendidik masyarakat memahami betul apa yang telah
mereka berikan kepada anaknya. Jangan sampai ada bujukan seakan tanpa
susu kaleng, hidup anak Anda ketinggalan zaman."

Damai, adil untuk bayi

Tema Pekan ASI Sedunia kali ini adalah 'ASI dalam Era Globalisasi untuk
Perdamaian dan Keadilan'. Ini menunjukkan bahwa tuntutan keadilan bagi
konsumen harus ditegakkan. Menurut dr Utami Roesly Spa, MBA, ICLBC,
penegakan keadilan ini ditujukan kepada orang tua agar jangan memaksakan
kehendak untuk bayinya. Misalnya, kalau bayi itu makanannya ASI, kenapa
tidak diberi ASI?

Dokter Utami memberi isyarat bahwa anak yang mendapatkan ASI secara
eksklusif memiliki kepekaan terhadap lingkungan lebih tinggi. "Bisa kita
amati, anak-anak yang sejak lahir selalu mendapatkan dekapan kasih
sayang orang tua akan tumbuh menjadi anak yang gembira, selalu berpikir
positif, senang berkawan karena ada rasa cinta di dalam dirinya yang
besar."

Bagi para ibu yang tidak bisa memberi ASI karena produksi ASI-nya tidak
memadai, sebenarnya tetap bisa memberikan kasih sayang semacam itu.
Misalnya, seperti diungkap Prof Dadang Hawari, pemberian susu kaleng
yang salah bisa memengaruhi psikologi anak. Ia memberi contoh, misalnya
ibu jangan hanya sekadar memberikan susu botol tanpa mendekap anak
tersebut atau menimangnya. Karena, hubungan cinta kasih tidak terjalin
dengan baik. "Sentuhan, timangan, dan belaian penuh kasih sangat
membantu hubungan batin itu. Karena itu, ibu-ibu yang tidak bisa
menyusui dengan ASI harus memerhatikan tata cara yang benar dalam
memberikan susu botol."

Pendekatan agama

Masyarakat Indonesia yang merupakan masyarakat religius sebenarnya pun
bisa dengan pendekatan religius sebagai dasar kampanye ASI. Dalam
Alquran surat Al-Baqarah ayat 233, misalnya, dijelaskan bahwa menyusui
yang sempurna hingga umur dua tahun. Bahkan, Alquran pun menjelaskan
lagi riwayat bayi Nabi Musa yang dibuang di Sungai Nil. Bayi Musa ini
menolak ibu susu lain kecuali ibu kandungnya.

Hal senada diungkapkan pula oleh Sr Christophora SCB, ketua Sekolah
Tinggi Ilmu Keperawatan Sint Carolus. "Dalam komunitas gereja pun
kampanye ASI akan lebih mudah. Apalagi Vatikan pun telah menyerukan
pelayanan kesehatan bagi seluruh umat manusia dari berbagai agama harus
bersama-sama. Jadi, seluruh umat beragama harus pula ikut mengampanyekan
pelayanan ASI ini untuk kesehatan anak-anak kita."

Dalam kaitan Pekan ASI Sedunia, dr Utami mengimbau agar produsen PASI
pun ikut memiliki kepedulian. "Apabila pada kemasan rokok saja ada
tulisan peringatan akibat merokok, di kemasan PASI pun harusnya ada."

Ia memberi contoh satu kalimat yang cukup bijak, 'Berilah imunisasi
kepada anak setiap hari dengan ASI', dan cantumkan pula nomor telepon
konsultasi. "Kalau orang membaca imunisasi kok dari ASI? Tentu kalau
orang itu menelepon kami, kami akan memberi penjelasan bahwa ASI
bermanfaat untuk membangun kekebalan tubuh anak."

Menurutnya, kepedulian ini harus disebarluaskan ke seluruh kalangan,
baik masyarakat, produsen, maupun pemerintah. "Karena, kalau hanya kami
yang terus-menerus teriak, sangatlah tidak mungkin. Harus ada dukungan
masyarakat dan pemerintah," ujar dr Utami. (Nda/V-1)

--------------------------------------
Semoga bermanfaat
Dede Maulana
- Mau Isi Ulang Voucher tanpa keluar kantor atau bisa dimana saja?
  Klik alamat berikut: http://www.dompet-pulsa.com?id=namura
  dapatkan bonus nokia comunicator dan bonus resseler lainnya.

AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke