Dear all...
Esp Pak Iwan thx buat artikelnya...
Ini aku ada tambahan artikel lagi about anak yg susah
makan..dr postingan2 milis ini.. kalo gak salah dr
Mbak Luluk yg plg bayak.....
Smoga bermanfaat,ya
Uci mamaKavin

Anak Sulit Makan? Kurangi Susu!


Jakarta, Minggu

Agar anak doyan makan, susu sebaiknya dikurangi,
maksimal 1 - 2 gelas sehari


Sulit makan! Ini sering terjadi pada anak-anak.
Orangtua pun puyeng.
Boro-boro menghabiskan makanan yang sudah dimasak
dengan susah payah,
menyuapkan sesendok demi sesendok saja bueratnya bukan
main.

Bagaimana mengatasinya?

Anak yang sulit makan bukan monopoli masalah para ibu
di negeri kita. Cuma
satu kali mengeklik search engine di internet dengan
kata kunci eating
problem, syuut ... langsung terpampang puluhan situs
web yang memaparkan
kesulitan makan pada anak di planet ini. Dari situs
tersebut ada sebuah
situs yang menarik. Isinya, berbagi rasa diantara para
orangtua yang
anak-anaknya sulit makan.

Salah satunya, pengalaman Rhonda di Kanada.

"Dua anak lelaki saya berumur tiga dan lima tahun.
Saya khawatir sekali
karena tubuh mereka lebih kecil dibandingkan dengan
teman-temannya. Mereka
sangat pemilih soal makanan. Setiap makanan, yang saya
masak dengan
pertimbangan memenuhi standar gizi yang baik, selalu
dikomentari ’Iiih’.
Mereka menolaknya. Bagaimana agar mereka mau makan
selahap kalau dibawa ke
restoran fast food? Bagaimana pula agar mereka tidak
selalu memilih
makanan siap santap dari supermarket? Bagaimana
membuat mereka mau mencoba
makanan lain, bukan yang itu-itu saja?"

Apakah Anda memiliki pengalaman dan pertanyaan serupa?
Mari kita coba cari
jawabannya

Kurangi susu

Faktor kesulitan makan pada anak, menurut dr. Eva J.
Soelaeman, SpA,
spesialis gastrohepato nutrisi anak dari RSIA Harapan
Kita, Jakarta, bisa
karena terlambat mengenalkan makanan padat pada si
anak. Saat ia mulai
diperkenalkan pada makanan kasar (usia setahun), saat
itu juga seharusnya
susu mulai dikurangi, maksimal 1 - 2 gelas sehari.

Namun, orangtua cenderung kurang sabar memberikan
makanan kasar. Akhirnya,
daripada perut si anak tidak kemasukan makanan,
diberikan saja susu
melebihi jumlah yang semestinya.

Dengan memperkenalkan aneka jenis bahan makanan,
diharapkan anak semakin
terbiasa dengan makanan rumah. Itu tergantung
bagaimana pinter-pinter-nya
ibu memberikan makanan bervariasi agar anak tidak
cepat bosan. Salah satu
penyebab susah makan, bisa jadi karena makanan
sehari-hari kurang
variatif.

"Banyak ibu berpendapat, kalau belum makan nasi,
(artinya) si anak belum
makan," tambah Eva. "Padahal, makanan sumber energi
seperti roti, bakmi,
makaroni, bakpao, dll. bisa sebagai pengganti."

Perlu juga diperhatikan apakah makanannya bergizi
seimbang. Artinya,
kandungan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan
mineral memenuhi
syarat ilmu gizi dengan porsi disesuaikan kebutuhan
dan usianya. Eva
mengingatkan, agar tidak membiasakan makanan untuk
anak diberi bumbu MSG
sehingga kalau tanpa itu akan terasa hambar dan kurang
enak bagi si anak.
Orangtua juga sebaiknya mengatur menu makanan
sehari-hari bagi anaknya,
bukan diserahkan ke pengasuh.

Apa yang dilakukan Ade, ibu dari dua anak yang masih
duduk di TK dan SD,
mungkin bisa ditiru. Hampir setiap hari ia berusaha
memasak untuk
keluarganya. Menyiapkan makanan sejak subuh sudah
merupakan pekerjaan
rutin sejak menikah. Agar menunya bervariasi, ia
mencoba membuat daftar
menu selama satu minggu. Untuk minggu berikutnya, ia
berusaha tidak
mengulang menu sebelumnya. (intisari)

------------------
http://www.kompas.com/wanita/news/0408/10/185144.htm
MENGENAL SELERA MAKAN ANAK


Menyiapkan makanan untuk anak-anak adalah hal yang
gampang-gampang susah.
Selain harus memenuhi standar gizi, tampilan
makanannya juga harus
menarik.
Tak sedikit orang tua seperti Anda yang mengalami
kesulitan dalam
memberikan makanan pada anak. Apalagi kalau anak susah
makan. Kurangnya
keinginan makan pada anak umum terjadi, khususnya anak
usia balita. Apa
yang harus Anda lakukan untuk meningkatkan selera
makan anak?

Di usia balita, anak menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk bermain.
Kalau sudah asyik bermain, mereka seringkali
mengabaikan waktu makan.
Namun berbagai cara dapat Anda lakukan untuk
menyiasati anak agar makan
lebih banyak, terutama makanan yang bergizi tinggi.
Salah satunya adalah
menyuapi anak-anak sambil mengajaknya bermain.

Biasanya anak lebih berselera makan makanan yang
berupa cemilan karena
tertarik dengan kemasan dan cita rasa yang disajikan.
Saat ini banyak
pilihan produk makanan dengan berbagai kemasan menarik
di pasar. Mulai
dari bentuk, warna, dan kemasannya. Tak jarang promosi
produk-produk ini
melibatkan pemberian produk mainan sehingga
memperbesar daya tariknya.
Namun yang harus Anda perhatikan adalah, apa pun
makanan yang disajikan
harus memenuhi kebutuhan gizi anak.

Kalau anak senang makan cemilan, Anda sebaiknya
memilihkan cemilan-cemilan
yang memiliki komposisi gizi seimbang dengan kandungan
karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, dan mineral yang lengkap.
Yang perlu Anda perhatikan juga adalah bagaimana
menciptakan suasana
nyaman bagi si Kecil saat makan. Banyak cara bisa
dilakukan, seperti yang
dilakukan oleh Mona Ratuliu saat menyuapi si Kecil
sambil mengajaknya
bermain agar ia tidak bosan. Menambah pengetahuan
dengan membaca buku yang
membahas cara menyajikan makanan juga dapat dilakukan
seperti yang Mona
lakukan. Dengan demikian Mona mampu menyajikan makanan
dengan bentuk dan
warna-warna menarik, sehingga si Kecil lebih mudah
diajak makan.

Memperkenalkan Rasa dan Tekstur Makanan Secara
Bertahap
dr. Samuel Oetoro, MS menjelaskan bahwa pengenalan
rasa dan tekstur
makanan kepada anak harus dimulai sejak dini dan
disesuaikan dengan
tahapan usianya. Di usia 6 bulan bayi sebaiknya
diperkenalkan denan bubur
susu dan bahan makanan lain yang bertekstur. Menginjak
usia 8 bulan
perkenalkan pada nasi tim lunak. Usahakan untuk tidak
mencampur aduk menu
yang dapat menyebabkan rasanya menjadi aneh. Karena
yang terpenting adalah
memperkenalkan rasa dan variasi makanan pada si Kecil.
Menu makanan biasa
baru mulai diperkenalkan pada usia 1 tahun.

Jika balita Anda suka makanan orang dewasa, seperti
sate, ini adalah hal
yang wajar. Yang penting gizinya harus lengkap,
seimbang dan banyak
variasinya. Artinya, mengandung karbohidrat, lemak,
protein, dan sayuran
atau mineral dengan komposisi seimbang dan jenis
makanannya jangan
monoton. Inilah yang selayaknya terpenuhi dalam menu
sehari-hari. Jika
anak belum suka makan makanan yang padat, Anda bisa
menggantikannya dengan
makanan cair, terutama susu.

Sama seperti orang dewasa, anak-anak juga bisa merasa
bosan dengan menu
yang sama terus menerus. Anda harus jeli dan mampu
memberikan makanan
secara bervariasi. Selain harus jeli mengatur makanan
agar anak tetap
berselera, Anda juga tidak boleh memaksa anak untuk
makan apalagi dengan
ancaman. Karena ancaman ini dapat menyebabkan si Kecil
trauma dan malah
akan membuatnya semakin susah dibujuk untuk makan.
(sahabatnestle)
http://www.indomedia.com/intisari/1998/agustus/ogah.htm
Anak Makan Salah Ortu
Kalau seorang anak ogah-ogahan makan, bisa jadi bukan
faktor si anak
tetapi lantaran kesalahan ortu (orang tua) dalam
menerapkan pola makan
pada anak. Lantas apa yang harus dilakukan? Berikut
paparan Dr. Ali
Khomsan, ahli gizi yang juga dosen GMSK, Faperta IPB.

Asupan gizi yang baik sering tidak bisa dipenuhi oleh
seorang anak karena
faktor dari luar dan dalam. Faktor luar lantaran
keterbatasan ekonomi
keluarga. Sedangkan faktor internal ada dalam diri
anak yang secara
psikologis muncul sebagai problema makan anak.

Problema makan ini misalnya dijumpai dalam bentuk anak
enggan makan.
Perilaku ogah makan bukanlah persoalan sepele. Tidak
ada obat mujarab yang
bisa segera memulihkan nafsu makan anak. Anak yang
malas makan selalu
berusaha mencari-cari alasan untuk tidak makan.
Misalnya dengan ngemut
makanan, mempermainkan, atau memuntahkan makanan.
Picky eater (pilih-pilih makanan) sering dijumpai pada
anak yang membuat
orang tua bingung. Anak yang cenderung berperilaku
picky eater akan
mengalami kesulitan dalam meramu variasi makanan untuk
memenuhi kecukupan
gizinya. Makanan yang dikonsumsi sehari-hari cenderung
seragam, padahal
keanekaragaman makanan merupakan cara terbaik untuk
memenuhi kebutuhan
gizi. Anak-anak ini pun bisa saja setelah besar tidak
mau mengkonsumsi
makanan yang keras. Bahkan nasi pun harus diganti
bubur.

Mengapa problema makan ini muncul pada anak? Secara
psikologis dapat
diterangkan, perilaku makan timbul karena anak meniru
atas apa yang
dilakukan oleh anggota keluarga lainnya. Anak yang
tumbuh dalam lingkungan
keluarga yang enggan makan, lantaran diet misalnya,
akan mengembangkan
perilaku enggan makan pula.
Perilaku sulit makan juga dapat timbul karena orang
tua tidak mengakui ego
anak. Orang tua selalu memaksakan anak harus makan
ini-itu dengan porsi
yang sudah ditentukan. Misalnya dengan mengharuskan
menghabiskan makanan
di piring. Maksud orang tua mungkin benar mereka
menginginkan anaknya
tumbuh sehat dengan gizi cukup. Tetapi mereka kurang
menyadari kalau makan
bukan melulu persoalan gizi tetapi terdapat pula unsur
psikologis.
Soalnya, anak balita dalam rangka menuju proses
kemandirian sebenarnya
ingin pula diakui egonya. Jadi, sekali-kali beri
mereka kebebasan untuk
mengambil makanan sendiri tanpa harus disuapi.
Ulah ortu
Ada perbedaan mendasar bagaimana orang Barat
mempersiapkan proses
kemandirian anak dibandingkan dengan orang Timur. Di
sini kita selalu
cenderung meladeni anak, termasuk dalam hal makan
karena tidak ingin
makanan tumpah berceceran. Membuang-buang makanan
adalah tabu dan bisa
kualat. Sehingga dalam masyarakat kita bisa dijumpai
orang tua masih
menyuapi anak yang sudah kelas V SD. Hal ini nyaris
tidak kita temukan
pada masyarakat Barat yang sejak dini melatih anak
untuk bisa makan
sendiri.
Perilaku makan yang kurang pas sering kali muncul
karena ulah orang tua.
Semisal kebiasaan untuk menenangkan anak yang sedang
rewel dengan cara
membelikan jajanan yang padat kalori (permen, minuman
ringan, coklat,
dsb.). Anak yang sudah mengkonsumsi makanan padat
kalori perutnya akan
segera kenyang sehingga ia tidak mau makan.


Variasi makanan sangat menunjang tumbuh kembang anak.
Karena itu kegiatan makan bagi seorang anak harus
dibuat dalam suasana
yang menyenangkan. Jangan ada unsur paksaan sehingga
timbul kesan saat
makan menjadi sesuatu yang menjengkelkan atau bahkan
merupakan hukuman.
Kebiasaan makan bersama yang sudah mulai ditinggalkan
ada baiknya
dihidupkan lagi. Anak balita pun bisa merasakan
nikmatnya makan bila semua
anggota keluarga duduk bersama-sama di meja makan.
Problema makan pada anak dapat berakibat buruk bagi
tumbuh kembang anak.
Sedikitnya makanan yang masuk ke dalam perut anak
dapat menjadi indikasi
bahwa anak itu mempunyai peluang besar untuk menderita
kurang gizi.
Indikator status gizi kurang dicerminkan oleh berat
badan atau tinggi
badan anak di bawah standar.
Dengan menggunakan ukuran standar sebagai pembanding
kita dapat mengetahui
status gizi seorang anak. Di dalam Kartu Menuju Sehat
(KMS), yang
dibagikan secara gratis bagi peserta program Posyandu,
tergambar grafik
pertambahan berat badan berdasarkan usia anak. Melalui
penimbangan anak
balita setiap bulan dapat diketahui kecenderungan
status gizi seorang
anak.
Mereka yang mengalami kegagalan pertumbuhan (berat
badan tetap atau turun
dalam penimbangan bulan berikutnya) sering disebabkan
oleh kekurangan gizi
atau sakit. Anak-anak itu mengalami kekurangan gizi
karena kurangnya
makanan di tingkat rumah tangga.
Anak balita memang sudah bisa makan apa saja seperti
halnya orang dewasa.
Tetapi mereka pun bisa menolak bila makanan yang
disajikan tidak memenuhi
selera mereka. Oleh karena itu sebagai orang tua kita
juga harus berlaku
demokratis untuk sekali-kali menghidangkan makanan
yang memang menjadi
kegemaran si anak.
Faktor psikososial yang bisa mempengaruhi nafsu makan
anak bisa timbul
karena pemberian makan yang terlalu tergantung pada
seseorang. Misalnya,
anak balita yang biasa disuapi pembantu mungkin nafsu
makannya berkurang
ketika harus makan bersama-sama ibunya yang selama ini
selalu sibuk di
kantor. Yang paling baik adalah menciptakan suasana
sosial yang seimbang
di dalam rumah tangga sehingga anak balita merasa
dekat dengan semua
anggota rumah tangga dan mau makan dengan siapa saja.
Susu tidak wajib
Asupan gizi yang baik tentu berperan penting dalam
mencapai pertumbuhan
badan yang optimal. Pertumbuhan badan yang optimal ini
mencakup pula
pertumbuhan otak yang sangat menentukan kecerdasan
seseorang.


Makanan siap saji cenderung tak seimbang kandungan
gizinya.
Masa pertumbuhan otak tercepat adalah pada trisemester
ketika janin berada
dalam kandungan sampai bayi berusia 18 bulan. Setelah
itu otak masih
tumbuh dengan kecepatan yang semakin berkurang sampai
usia lima tahun.
Oleh karena itu usia balita ini sangat rawan terhadap
kondisi-kondisi
kurang gizi.
Pada usia rawan ini banyak orang tua yang mempunyai
persepsi keliru
mengenai makanan untuk anaknya. Misalnya, bayi sampai
usia empat bulan
sebenarnya cukup kalau hanya diberi ASI oleh ibunya
tanpa tambahan makanan
apa pun. Hal ini sesuai dengan sistem enzim dalam
pencernaan bayi yang
masih didominasi oleh enzim laktase untuk memecah
laktosa susu.
Tetapi sebagian orang tua menganggap bayi akan
kelaparan tanpa makanan
tambahan sehingga mereka memperkenalkan pisang, bubur,
dan sebagainya.
Padahal jenis makanan ini memerlukan kehadiran enzim
maltase untuk memecah
maltosa (karbohidrat) pada pisang atau bubur. Enzim
maltosa umumnya belum
banyak diproduksi oleh bayi di bawah usia empat bulan.
Kesalahan dalam
memberikan makanan ini tentu membuat tubuh bayi tidak
dapat mencerna
dengan sempurna makanan yang diberikan oleh ibunya
sehingga sari makanan
tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Akhirnya, bayi
bisa terhambat
kecerdasannya.
Setelah anak berusia dua tahun sebenarnya kehadiran
susu dalam menu
sehari-hari bukanlah hal wajib. Yang penting aneka
ragam makanan
dikonsumsi dengan cukup. Dengan memperhatikan 4 sehat
saja (nasi, sayur,
lauk, dan buah), anak-anak setelah usia dua tahun
dapat tumbuh secara
baik.
Namun kenyataannya, orang tua seolah memaksa anak agar
mengkonsumsi susu
banyak-banyak dan membiarkan anak mengurangi porsi
makannya. Padahal makan
dengan porsi tiga kali sehari lebih penting daripada
minum segelas atau
dua gelas susu. Susu di banyak keluarga dianggap
sebagai makanan dewa yang
bisa menggantikan nasi, sayur, dan lauk pauk.
Susu dari sudut pandang gizi bukanlah sumber protein
tetapi lebih tepat
sumber kalsium dan fosfor. Kalsium dan fosfor ini
dengan mudah kita
dapatkan dalam ikan teri atau ikan sarden. Sementara
sumber protein utama
kita adalah nasi serta lauk-pauk. Jadi, dengan
konsumsi 4 sehat tanpa 5
sempurna pun anak-anak kita setelah usia dua tahun
bisa tumbuh dengan
optimal. Juga pertumbuhan tinggi badannya.
Perawakan tinggi ini ditentukan oleh banyak faktor.
Faktor genetik atau
potensi biologik menjadi modal dasar dalam mencapai
hasil akhir proses
tumbuh kembang. Tinggi badan seorang anak akan
dipengaruhi tinggi badan
kedua orang tuanya. Kita tidak bisa mengharapkan anak
tumbuh tinggi bila
orang tuanya pendek atau sebaliknya.
Selain itu ada pula faktor hormonal. Hormon yang
sangat penting untuk
pertumbuhan adalah hormon pertumbuhan, hormon tiroid,
dan hormon seks.
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk merangsang
perkembangan tulang
panjang. Anak-anak yang menderita kekurangan hormon
pertumbuhan hanya akan
mempunyai tinggi akhir 120 cm pada masa dewasanya.
Hormon tiroid berperan
besar dalam metabolisme tubuh. Sedang hormon seks
menentukan pertumbuhan
anak pada masa pubertas. Jadi kalau ada anak disunat
menjelang pubertas,
sesudahnya dia tumbuh secara lebih cepat karena
aktivitas hormon seks.
Bukan khitan itu yang menyebabkan seseorang tumbuh
lebih cepat.
Ukuran perawakan tinggi sebagai manifestasi ketiga
faktor di atas
berbeda-beda untuk setiap populasi. Tinggi untuk
ukuran kita belum tentu
demikian untuk orang Eropa atau Amerika. Masyarakat
kita bahkan mungkin
belum bisa mentoleransi anak perempuan yang tingginya
175 cm.
Tapi pada era globalisasi ini tinggi badan menjadi
sesuatu yang tidak bisa
diabaikan. Soalnya, berbagai formasi pekerjaan
mensyaratkan ukuran tinggi
badan tertentu. Kalau dulu hanya ABRI dan awak pesawat
udara, kini semakin
banyak sektor yang menginginkan pegawainya
berperawakan tinggi. Nah, ada
baiknya para orang tua lebih memperhatikan perlaku
makan putra-putrinya.


________________________________________________________________________
Yahoo! Messenger - Communicate instantly..."Ping" 
your friends today! Download Messenger Now 
http://uk.messenger.yahoo.com/download/index.html

AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke