Mungkin cerita / email ini sudah pernah dibaca oleh moms & dads, tapi bisa 
dijadikan cerita buat anak2 kita untuk menghadapi anak yg susah makan atau 
malas ke sekolah .. tentunya disesuaikan dengan usianya.
Misalkan kalau kita sedang dalam perjalanan bersama keluarga dan di jalan 
banyak menemui pengemis / pengamen anak2, bisa kita jadikan contoh seperti ini 
misalnya .. "lihat deh kak/mas/mbak (panggilan anak kita) .. mereka itu untuk 
makan atau sekolah aja harus bersusah payah mengemis / mengamen di jalanan ... 
kalau kamu Alhamdulillah kalau mau makan tinggal minta maunya apa (tentu 
disesuaikan juga dgn keuangan kita) ... mau sekolah tinggal berangkat .. 
semuanya udah disediain.."
Cara yang saya terapkan ini seringkali berhasil untuk mengatasi masalah anak 
susah makan ... dan anak2 juga terbiasa melihat ke bawah .. bahwa masih banyak 
saudara2 kita yang hidupnya belum beruntung dan kita harus banyak bersyukur 
kita diberikan banyak kenikmatan dan kelebihan oleh Allah SWT.  
Semoga bermanfaat. 

M. Tri  Agustiyadi
----- Original Message ----- 
From: Ida arimurti 
To: [EMAIL PROTECTED] ;  
Sent: Sunday, May 01, 2005 7:45 AM
Subject: [Ida-Krisna Show] KENAPA SAYA TIDAK PUNYA MOBIL


KENAPA SAYA TIDAK PUNYA MOBIL

 

Tampang bingung. Itulah gambaran yang bisa dilukiskan di wajah seorang bocah 6 
tahun, saat melihat lalu-lalangnya kendaraan di jalan. Bocah itu seakan tidak 
memperdulikan hilir mudik orang- orang yang melaluinya bahkan ada beberapa 
orang yang hampir menendangnya. Dia pun seakan tidak senang saat beberapa orang 
yang lewat memasukan uang receh ke dalam kaleng yang sengaja di simpan di 
depannya. 

"Sudah dapat berapa Ujang?" sapa seorang wanita umur 40 tahunan yang 
mengagetkan si Ujang. Si Ujang menengok wanita yang nampak lebih tua dari umur 
sebenarnya. Wanita itu tiada lain adalah ibunya yang sama-sama membuka praktek 
mengemis sekitar 100-200 meter dari tempat si Ujang mengemis. 

"Nggak tahu Mak, hitung aja sendiri," jawab si Ujang sambil melihat kaleng yang 
ada di depannya. Tanpa menunggu wanita yang dipanggil Emak itu mengambil kaleng 
yang ada di depan si Ujang. Kemudian isi kaleng tersebut ditumpahkan ke atas 
kertas koran yang menjadi alas mereka duduk. 

"Lumayan Ujang, bisa membeli nasi malam ini. Sisanya buat membeli kupat tahu 
besok pagi." Kata si Emak sambil tersenyum lebar, karena rezeki malam itu lebih 
banyak dari hari-hari biasanya. 

"Mak..." kata si Ujang tanpa menghiraukan ucapan ibunya, "koq orang lain punya 
mobil? Kenapa Emak nggak punya?" Tanya si Ujang sambil menatap wajah ibunya. 

"Ah, si Ujang mah, aya-aya wae, boro-boro punya mobil, saung aja kita mah nggak 
punya." kata si Emak sambil tersenyum. Si Emak kemudian membungkus uang yang 
telah dipisahkannya untuk besok dengan sapu tangan yang sudah lusuh dan dekil. 

"Iya, tapi kenapa Mak?" Rupanya jawaban si Emak tidak memuaskan si Ujang. 

"Ujang .... Ujang...." kata si Emak sambil tersenyum. "Kita tidak punya uang 
banyak untuk membeli mobil." kata si Emak mencoba menjelaskan. Tetapi nampaknya 
si Ujang belum puas juga, 

"Kenapa kita tidak punya uang banyak Mak?" tanyanya sambil melirik si Emak. 

"Kitakan cuma pengemis, kalau orang lain mah kerja kantoran jadi uangnya 
banyak." kata si Emak yang nampak akan beranjak. Seperti biasa sehabis matahari 
tenggelam si Emak membeli nasi dengan porsi agak banyak dengan 3 potong tempe 
atau tahu. Satu potong untuk si Emak sedangkan 2 potong untuk si Ujang anak 
semata wayangnya. 

Sekembali membeli nasi, si Ujang masih menyimpan pertanyaan. Raut wajah si 
Ujang masih nampak bingung. 

"Ada apa lagi Ujang?" kata si Emak sambil menyeka keringat di keningnya. 

"Kenapa Emak nggak kerja kantoran saja?" tanya si Ujang dengan polosnya. 

"Siapa yang mau ngasih kerjaan ke Emak, Emak mah orang bodoh, tidak sekolah." 
Jawab si Emak sambil membuka bungkusan yang dibawanya. 

"Udah ..., sekarang makan dulu mumpung masih hangat!" Kata si Emak sambil 
mendekatkan nasi ke depan si Ujang. Si Ujang yang memang sudah lapar langsung 
menyantap makanan yang ada di depannya. 

"Kenapa Emak nggak sekolah?" tanya si Ujang sambil mengunyah nasi plus tempe. 

"Orang tua Emak nggak punya uang, jadi Emak nggak bisa sekolah." 

"Ujang bakal sekolah nggak?" kata si Ujang sambil menatap mata si Emak penuh 
harap. 

Emak agak bingung menjawab pertanyaan si Ujang. Lamunan Emak menerawang 
mengingat kembali mendiang suaminya, yang telah mendahuluinya. Mata si Emak 
mulai berkaca-kaca. Karena gelapnya malam, si Ujang tidak melihat butiran 
bening yang mulai menuruni pipi wanita yang dipanggil Emak tersebut. Karena tak 
kunjung dijawab, si Ujang bertanya lagi 

"Kalau Ujang nggak sekolah, nanti kayak Emak lagi dong. Iya kan Mak?" 

Pertanyaan Ujang makin menyesakan dada si Emak. Siapa yang ingin punya anak 
menjadi pengemis, tetapi si Emak bingung harus berbuat apa. Si Emak cuma 
melanjutkan menghabiskan nasi sambil menahan tangisnya. Akhirnya si Ujang pun 
diam sambil mengunyah nasi yang tinggal sedikit lagi. Deru mesin mobil menemani 
dua insan di pinggir jalan yang sedang menikmati rezeki Allah SWT yang mereka 
dapatkan. Diterangi lampu jalan mereka pun mulai berbenah untuk merebahkan 
diri. Di kepala si Ujang masih penuh tanda tanya, mau jadi apa dia kelak. 
Apakah akan sama seperti Emaknya saat ini?



=================================================================
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM
Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB
SMS di 0818-333582
=================================================================

Kirim email ke