ini saya masih simpan e-mail dari mama kavin
wassalam
ibu aya dan abel
--------------------------

Parents, ini aku mash nyimpen ARTIKEL ANAK INDIGO dr
milis ini juga.
Smoga bermanfaat,ya ..
Uci mamaKavin
www.babiesonline.com/babies/k/kavindra
--------------------
Indigo children

Berbeda, tetapi Bukan Anak "Aneh"
SEPANJANG perjalanan menuju rumah nenek, Ardi, sebut
saja begitu, seperti tidak
bergerak. Wajahnya pucat pasi. Ia terus menutupi
telinganya. Sang ibu tak berani
mengusik anak sulungnya. "Saya sebenarnya heran, kok
Ardi nangisnya sampai begitu
waktu mendengar kabar ibu saya meninggal. Enggak
seperti anak kecil lain yang
kehilangan neneknya. Sedih ya sedih, tapi enggak
gitu-gitu amat," ujar Dewi.

BEGITU turun dari mobil, Ardi seperti terkesima
melihat sesuatu di pintu masuk. Ketika
mencium jenazah neneknya, tiba-tiba ia kembali
menutupi telinganya dan tampak
ketakutan. Pandangannya terus menuju ke luar pintu.
Setelah itu Ardi mengatakan
kepalanya sakit, dan tidak ikut ke makam.

Menjelang tengah malam, Ardi menanyakan apakah ibunya
mendengar suara petir siang
tadi. Sang ibu menjawab, "Tidak." "Masak Mama enggak
dengar, kan keras sekali dan
terus- terusan, Ma," kata Dewi menirukan ucapan Ardi
saat itu. "Sehabis itu Ardi
menceritakan semuanya," lanjut Dewi. Selain petir,
Ardi melihat burung besar di pintu
rumah sang nenek. "Burung itu enggak pergi-pergi,"
ujar Ardi seperti ditirukan Dewi.

Saat mencium neneknya, Ardi melihat sang nenek
berjalan menuju sebuah gerbang. Saat
itu Ardi mendengar suara petir lagi, yang lebih keras
dari sebelumnya, dan ia
menyaksikan neneknya melangkah melewati gerbang, terus
berjalan menuju tempat yang ia
katakan "indah sekali".

Peristiwa itu bukan yang pertama, sehingga Dewi dan
suaminya tidak lagi terkejut
mendengar penuturan anak mereka. "Dia sering melihat
macam- macam, tetapi biasanya
diam. Ia hanya mau berbicara sesudahnya, pelan-pelan
dan hanya kepada orang tertentu,"
sambung Dewi.

Usia Ardi kini menjelang 10 tahun. Di sekolah ia
termasuk cerdas. IQ-nya antara
125-130. "Tapi gurunya bilang ia suka bengong di
kelas," sambung Dewi. Kepada ibunya,
ia bercerita melihat macam-macam di sekolah, yang
tidak bisa dilihat orang lain, di
antaranya anak tanpa anggota badan, dan ia merasa
sangat kasihan.

Suatu hari saat belajar di rumah ia tersenyum. Ketika
ditanya oleh sang ibu, ia
mengatakan ada anak persis sekali dengan dirinya. Hari
berikutnya ia bercerita, anak
itu datang di sekolahnya. Ketika ditanya di mana ia
tinggal, anak itu menjawab, "Di
sana," sambil telunjuknya menunjuk ke arah atas. "Ada
apa di sana?" tanya Ardi. Anak
itu menjawab, "Ada orang gede- gede buanget. Anak itu
omongnya juga medhok lho Ma,
kayak aku, persis," tutur Ardi seperti diceritakan
kembali oleh Dewi. Tentu tak ada
orang lain melihat "anak itu" kecuali Ardi.

Dewi dan suaminya memahami apa yang terjadi pada Ardi
dan juga adiknya. Beberapa
anggota keluarganya juga memiliki kepekaan lebih
dibandingkan dengan orang kebanyakan.
Pada Ardi hal itu sudah terdeteksi saat masih bayi.
"Kalau dengar suara azan, Ardi
tampak mendengarkan dengan penuh konsentrasi," kenang
Dewi. Menjelang usia 1,5 tahun,
Ardi membaca kalimat syahadat secara
sambung-menyambung seperti wirid. Sesudah bisa
jalan, sebelum usia dua tahun, ia mulai mengambil
sajadah sendiri, memakai sarung
sendiri dan membuat gerakan seperti orang shalat,
meskipun bukan waktu shalat.

Toh tingkah laku Ardi membuat Dewi merasa agak risau.
"Ia melihat dan mendengar apa
saja yang orang lain enggak bisa lihat dan enggak bisa
dengar," katanya. Ia tidak
menceritakan situasi anaknya itu pada setiap orang di
luar keluarga. "Kalau enggak
percaya bisa-bisa anak itu dianggap berkhayal,"
lanjutnya.

Dewi tidak mengecap anaknya berkhayal, karena dalam
beberapa hal ia juga memiliki
kepekaan itu, meski hanya sampai tingkat tertentu.
"Suatu sore, sehabis shalat, saya
merasa ada bayangan putih. Ardi rupanya juga melihat
karena ia tersenyum. Dia bilang,
'Ma, ada yang ngikutin, perempuan. Tapi orangnya baik
sekali.' Ketika saya tanya
siapa, Ardi tidak menjawab."

Suatu hari, Dewi membaca majalah yang menulis tentang
tanda-tanda anak indigo. "Lha
saya pikir kok persis sekali sama anak saya. Lalu saya
berusaha menemui dr Erwin di
Klinik Prorevital."

ANAK-ANAK dengan kemampuan seperti Ardi bukan hal yang
baru di dunia, tetapi
fenomenanya semakin jelas 20 tahun terakhir ini.
Beberapa film mengisahkan kemampuan
anak dan manusia dewasa dengan kemampuan semacam itu,
di antaranya The Sixth Sense,
dan film-film seri seperti The X Files.

Menurut dr Tubagus Erwin Kusuma SpKj, psikiater yang
menaruh perhatian pada masalah
spiritualitas, anak-anak seperti itu semakin muncul di
mana-mana di dunia, melewati
batas budaya, agama, suku, etnis, kelompok, dan batas
apa pun yang dibuat manusia
untuk alasan-alasan tertentu.

Fenomena itu menarik perhatian banyak pihak, karena
dalam paradigma psikologi manusia,
anak-anak itu dianggap "aneh". Pandangan ini muncul
karena selama ini kemanusiaan
telanjur dianggap sebagai hal yang statis, tak pernah
berubah. "Padahal, semua ciptaan
Tuhan selalu berubah," ujar dr Erwin.

Sebagai hukum, masyarakat cenderung memahami evolusi
tapi hanya untuk yang berkaitan
dengan masa lalu. "Fenomena munculnya anak-anak dengan
kemampuan seperti itu merupakan
bagian dari evolusi kesadaran baru manusia, yang
secara perlahan muncul di bumi,
terutama sejak awal milenium spiritual sekitar tahun
2000 yang disebut Masa Baru, The
New Age, atau The Aquarian Age. Semua ini merupakan
wujud kebesaran Allah," tegas
Erwin.

Fisik anak-anak indigo sama dengan anak-anak lainnya,
tetapi batinnya tua (old soul)
sehingga tak jarang memperlihatkan sifat orang yang
sudah dewasa atau tua. Sering kali
ia tak mau diperlakukan seperti anak kecil dan tak mau
mengikuti tata cara maupun
prosedur yang ada. Kebanyakan anak indigo juga
memiliki indra keenam yang lebih kuat
dibanding orang biasa. Kecerdasannya di atas
rata-rata.

Istilah "indigo" berasal dari bahasa Spanyol yang
berarti nila. Warna ini merupakan
kombinasi biru dan ungu, diidentifikasi melalui cakra
tubuh yang memiliki spektrum
warna pelangi, dari merah sampai ungu. Istilah "anak
indigo" atau indigo children juga
merupakan istilah baru yang ditemukan konselor
terkemuka di AS, Nancy Ann Tappe.

Pada pertengahan tahun 1970-an Nancy meneliti warna
aura manusia dan memetakan artinya
untuk menandai kepribadiannya. Tahun 1982 ia menulis
buku Understanding Your Life
Through Color. Penelitian lanjutan untuk
mengelompokkan pola dasar perangai manusia
melalui warna aura mendapat dukungan psikiater Dr
McGreggor di San Diego University.

Dalam klasifikasi yang baru itu Nancy membahas warna
nila yang muncul kuat pada hampir
80 persen aura anak-anak yang lahir setelah tahun
1980. Warna itu menempati urutan
keenam pada spektrum warna pelangi maupun pada deretan
vertikal cakra, dalam bahasa
Sansekerta disebut cakra ajna, yang terletak di dahi,
di antara dua alis mata.

"Itulah mata ketiga," ujar dr Erwin. The third eye
itu, menurut dia, berkaitan dengan
hormon hipofisis (pituary body) dan hormon epificis
(pineal body) di otak. Dalam peta
klasifikasi yang dibuat Nancy, manusia dengan aura
dominan nila dikategorikan sebagai
manusia dengan intuisi dan imajinasi sangat kuat.

"Letak indigo ada di sini," jelas Tommy Suhalim sambil
menjalankan perangkat teknologi
pembaca aura, aura video station (AVS). Alat yang
protipenya dibuat oleh Johannes R
Fisslinger dari Jerman tahun 1997 ini lebih canggih
dibandingkan perangkat teknologi
serupa yang ditemukan Seymon Kirlian tahun 1939, dan
Aura Camera 6000 yang dibuat Guy
Coggins tahun 1992 berdasarkan Kirlian Photography.

Tom menunjukkan titik berkedip berwarna nila tua,
sangat jelas di antara kedua mata
Vincent Liong (19). Murid kelas dua tingkat SLTA di
Gandhi International School itu
sudah menulis buku pada usia 14 tahun dan bukunya
diterbitkan oleh penerbit terkemuka
di Indonesia. Buku Berlindung di Bawah Payung itu
merupakan refleksi, berdasarkan
kejadian sehari- hari yang sangat sederhana.

Pergulatan pemikiran yang muncul dalam
tulisan-tulisannya kemudian seperti datang dari
pemikiran orang bijak, dan menjadi bahan pembicaraan.
Pemilihan angle-nya tidak biasa,
dan hampir tidak terpikir bahkan oleh orang dewasa
yang menekuni bidang itu.
Belakangan ia banyak menulis soal spiritual, namun
tetap dilihat dalam konteks ilmiah
dan rasional.

Mungkin karena minatnya yang sangat besar pada dunia
tulis-menulis, Vincent tidak
terlalu berminat dengan beberapa mata pelajaran di
sekolahnya. Orangtuanya yang
tergolong demokratis pun sering tidak mengerti apa
yang diingini anaknya yang ber-IQ
antara 125-130 ini. "Dia keras kepala. Kemarin ia
tidak mau ikut ujian matematika,"
sambung Liong, ayahnya.

Vincent mengaku "takut" pada matematika sejak kecil,
tapi mengaku disiplin pada aturan
mainnya sendiri. "Sejak kecil aku bingung pada dogma
satu tambah satu sama dengan dua.
Aku juga bingung dengan ilmu ekonomi karena dalam
realitas sosial berbeda," tegas
Vincent.

Toh sang ibu sudah menengarai keistimewaan anaknya
sejak bayi. Waktu SD, Vincent biasa
bergaul dengan gurunya, dan orang-orang setua gurunya.
Pertanyaannya banyak dan sangat
kritis. "Saya langganan dipanggil guru bukan hanya
karena anak itu sulit. tetapi juga
karena karangan-karangannya membuat guru-gurunya
kagum," ujar Ny Ina.

Vincent sudah menulis tentang teleskop berdasarkan
pengamatan dan referensi pada usia
SD. "Di rumah ia membawa ensiklopedi yang besar- besar
itu ke kamarnya," ujar Ny Ina.
"Kamarnya kayak kapal pecah. Tidurnya dini hari karena
menulis," sambung Liong. "Saya
sering meminta agar ia menyelesaikan pendidikan
formalnya dulu, karena bagaimanapun
itu sangat penting," lanjut Liong.

"PENDIDIKAN formal sangat penting karena anak-anak
indigo harus membumikan 'ilmu
langitnya' untuk kebaikan manusia. Bukan sebaliknya,"
ujar Rosini (40). Ia
menganjurkan, agar anak-anak yang memiliki kemampuan
berbeda itu tidak dieksploitasi
oleh orangtua dan lingkungannya untuk mencari nomor
togel atau menjadi dukun atau
klenik. "Bukan itu misi anak-anak indigo," tegas Rosi.

Anak-anak itu sebenarnya punya mekanisme pertahanannya
sendiri. Annisa, misalnya.
Gadis kecil berusia 4,5 tahun ini tiba-tiba berbicara
dalam bahasa Inggris beraksen
Amerika begitu ia bisa bicara pada usia 2,5 tahun.
Padahal orangtuanya tidak berbahasa
Inggris dengan baik. Meski tampak menggemaskan, dalam
banyak hal ia berbicara dan
bersikap seperti orang dewasa, bahkan menyebut dirinya
"orang Amerika" karena "datang
dari Amerika". Nisa menyebut ibunya, Yenny bukan
dengan panggilan mama.

Kemampuan melihat dan mendengar Nisa sangat tajam pada
pukul 23.00 sampai dini hari.
Tetapi kalau secara sengaja diminta memperlihatkan
kemampuannya, ia akan menolak
dengan tidak memperlihatkan kemampuan itu sehingga ia
tampak seperti anak-anak
lainnya," ujar Yenny. Kata sang ibu, Nisa tidak mudah
bersalaman dengan orang. Ia
seperti tahu orang yang suka pergi ke dukun atau
memakai jimat. Namun sebagai
anak-anak Nisa juga suka menyanyi dan bermain.

Jenis dan kemampuan anak indigo bermacam-macam. Meski
memiliki kepekaan yang kuat,
kepekaan mendengar dan melihat sesuatu yang tidak
didengar dan dilihat orang
kebanyakan, berbeda-beda gradasinya.

Menurut Lanny Kuswandi, fasilitator program relaksasi
di Klinik Prorevital, mengutip
dr Erwin, "Ada tipe humanis, tipe konseptual, tipe
artis, dan tipe interdimensional.
Pendekatan terhadap mereka juga berbeda-beda,"
sambungnya.

Namun karena dianggap "aneh", tak jarang diagnosisnya
keliru dan penanganannya lebih
bersandar pada obat-obatan. "Ada anak indigo yang
dianggap autis, ADHD
(Attention-Deficit Hyperatictve Disorder) maupun ADD
(Attention Deficit Disorder).
Padahal tanda-tandanya berbeda," sambung Erwin.
Kekeliruan semacam ini juga terjadi di
AS, karena banyak ahli menganggap anak-anak itu
menderita "gangguan" yang harus
dihilangkan.

"Saya beberapa kali pergi ke psikolog dan psikiater,"
ujar Rosini. Profesional di
suatu perusahaan swasta terkemuka itu suatu saat dalam
hidupnya merasa sangat
terganggu oleh suara-suara itu. Orangtuanya juga
merasa anaknya "aneh" karena kerap
memberi tahu peristiwa yang akan terjadi, tetapi
menolak mengakui kemampuan anak itu.

"Dalam tes yang dibuat oleh mereka, saya dinyatakan
sehat. Tidak ada gangguan apa
pun," sambung Rosini. Sebaliknya, ia melihat psikolog
dan psikiater yang melakukan tes
terhadap dirinyalah yang bermasalah. Ia juga pernah
mencoba mencari paranormal untuk
membuang kemampuannya itu, meski suara-suara itu
mengatakan "jangan".

Akhirnya Rosi berdamai dengan dirinya dan
mengembalikan kemampuannya sebagai wujud
kebesaran Allah SWT, dengan berusaha untuk terus
mendekatkan diri pada Sang Pencipta.
Karena itu ia ingin membantu orangtua dengan anak-anak
indigo agar anak- anak itu
tidak melewati masa pencarian yang rumit seperti
dirinya.

Indigo children, menurut Erwin, bukan fenomena
terakhir, karena akan lahir anak-anak
yang disebut sebagai crystal children. "Anak-anak
dengan warna dasar aura, bening dan
lengkap. Mereka lahir dari orangtua yang spiritual."

Mungkin Cita (9) termasuk anak itu. Keluarganya,
sampai nenek-neneknya, spiritualis.
Ia bisa melihat sinar dan malaikat di rumah ibadah,
khususnya ketika orang-orang
sedang berdoa. Ini hanya salah satu kemampuan
"melihat" milik anak yang selalu
mendapat rangking di sekolah itu. Cita tahu kapan
hujan akan turun hari itu dan
sebaliknya, meskipun mendung sudah menggantung.

"Ia menjadi teman dan penasihat kami, bapak-ibunya. Di
sekolah, di keluarga besar
kami, terasa ia menebarkan aura kedamaian dan
kebahagiaan. Anak itu sangat tenang dan
pemaaf," ujar ibunya, Ny Dita. (MH)



Sumber:
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0406/27/keluarga/1111602.htm


----- Original Message ----- From: "Monika E. Junata" <[EMAIL PROTECTED]>
To: "Balita anda (E-mail)" <balita-anda@balita-anda.com>
Sent: Friday, May 06, 2005 1:53 PM
Subject: [balita-anda] Indigo




Dears Parents,
Ada yg punya info/artikel mengenai anak-anak Indigo nggak? Terutama ciri-cirinya secara detail.
Dan ada yg tau klinik khusus anak indigo atau utk foto aura utk mengetahui apakah seorg anak
indigo atau bukan, tapi didaerah Jakarta Selatan?
Terimakasih atas infonya
Monik



DISCLAIMER:
The information transmitted is intended only for the person or entity to which it is addressed and may contain confidential and/or privileged material. Any review, retransmission, dissemination or other use of, or taking of any action in reliance upon, this information by persons or
entities other than the intended recipient is prohibited. If you
received this in error, please contact the sender and delete the material from any computer.




AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]




AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]



Kirim email ke