. Hati-Hati! Kini Beredar Buah Merah PalsuHealth: Saturday, 7 May 2005 9:2:15 
WIB  
Papua - Hati-hati membeli sari buah merah! Buah merah yang kini populer karena 
dianggap mujarab menyembuhkan berbagai penyakit itu kini memang telah banyak 
beredar di pasaran. Namun, jika tak hati-hati memilih, anda bisa-bisa mendapat 
buah merah yang sudah dicampuri berbagai bahan tambahan. 

Made Budi, sosok yang dikenal sebagai orang mempopulerkan buah merah asal 
Propinsi Papua itu menyatakan kebanyakan sari buah tersebut telah dicampuri 
bermacam-macam bahan. Sehingga diragukan kemurniaan dan khasiatnya. 

Seperti dilansir Kantor Humas Institut Pertanian Bogor (IPB), akhir pekan lalu, 
sari buah merah tersebut bisa jadi sudah dicampuri berbagai macam bahan seperti 
minyak goreng, minyak zaitun, minyak biji matahari atau lainnya. 

Made Budi, mendapat ide menjual produk sari buah merah berawal dari 
pengamatannya selama 10 tahun meneliti suku pedalaman Propinsi Papua. Kini 
permintaan buah merah membanjir dan membuat orang-orang memancing di air keruh. 
Mereka memanfaatkan nama terkenal Made Budi, dengan mencantumkan namanya di 
logo produk. 

"Padahal, saya tak pernah sekalipun mengenal atau melakukan kerjasama dengan 
pedagang-pedagang tersebut. Saya khawatir jika ternyata terjadi sesuatu. 
Fatalnya, jika ada yang meningggal maka saya yang disalahkan," kata alumni Gizi 
Kesehatan Masyarakat IPB ini. 

Ia mengemukakan, dari pergumulannya selama 10 tahun dengan suku pedalaman di 
Propinsi Papua terkait dengan buah merah itu, suku pedalaman tersebut bisa 
beraktivitas sehari-hari tanpa busana dibawah suhu 250 C dan jarang sekali 
terjangkit penyakit. 

Setiap kali ditanya mereka menjawab sebelum mendaki gunung dan bekerja makan 
buah merah terlebih dahulu. Sejak itulah ia intensif meneliti dan gencar 
menyosialisaikan ke seluruh Indonesia manfaat buah merah. 

Menurut dia, ciri-ciri sari buah merah hasil racikannya tidak boleh berbau 
asam, aroma netral, warna gelap (merah), kandungan air nol (0), endapan pasta 
nol, bilangan iod tinggi dan nilai peroksida nol (0) sampai 0,5. 

Sari buah asli titik didihnya rendah, dan cukup 10 menit saja, sari buah beku 
akan mencair jika dipanaskan. Sementara yang "Aspal" (asli tapi palsu) baru 
akan meleleh setelah 30 menit dipanaskan. 

"Kalau minum sedikit saja, maka warna fesesnya akan berwarna merah. Namun jika 
palsu saya jamin fesesnya tak mengalami perubahan warna," katanya. 

Ia menekankan, aspek klimatologi sangat berpengaruh terhadap kadar gizi buah. 
Sari buah merah yang berasal dari Wamena, 10 kali lipat lebih tinggi kandungan 
gizinya dibanding dataran rendah di Propinsi Papua. 

Agar mutu tetap terjamin sari buah racikan staf pengajar Universitas 
Cendrawasih (Uncen) di Jayapura itu diperas dari buah asal Wamena. 
"Sekarang saya hanya bisa memproduksi 200 liter per bulan. Setiap 10 kilogram 
buah merah diperoleh 200 ml sarinya. Kalau ada orang yang membawa 
berderijen-derijen, saya sangsi itu murni. Kalau pun itu asli dari buah merah, 
kemungkinan diambil dari dataran rendah," katanya. 

Teknologi pembuatan sari buah berdaya tahan lama ditemukan Made Budi setelah 
bergelut selama dua tahun. Sementara banyak orang yang tiba-tiba muncul dengan 
produk sama. 

Kandungan gizi buah merah antara lain memiliki antioksidan tinggi (karoten, 
tokoferol), asam lemak didominasi tidak jenuh, mineral makro dan mikro sangat 
tinggi khususnya kalsium serta Fe. 

Hampir 85 persen terdiri dari Omega 3, Omega 9 dan Omega 6. Ketiga Omega ini 
sangat penting peranannya dalam meningkatkan kekebalan tubuh, kecerdasan, dan 
perbaikan sel rusak. 

Sebagai pembanding dalam penelitiannya, ia menggunakan minyak zaitun yang 
sekarang berubah menjadi obat kanker payudara. Namun tetap saja kandungan gizi 
dalam buah merah belum tertandingi. Begitu pula kandungan kalsium dan zat 
besinya mampu menyembuhkan berbagai penyakit. 

"Bagi penderita kebocoran ginjal, penyumbatan arteri, kanker, kista bahkan HIV 
mampu disembuhkan dengan rutin meminum sari buah ini," katanya. 

Ia kemudian menceritakan pengalaman suksesnya dengan suku pedalaman penderita 
HIV yang stadium 4, narkoba, sirosis, sinusitis, kanker rahim, dan berbagai 
penyakit lain, dimana ketekunan penderita tadi menghantarkan pada kesembuhan. 

Dia juga mencobakan pada ayam yang terkena totelo dan flu burung. "Saya membeli 
20 ekor ayam sekarat karena terjangkit flu burung. Orang-orang awalnya heran, 
namun saya bilang ingin makan ayam ini. Padahal saya ingin mencoba menyembuhkan 
ayam tersebut dengan membaginya tiga kelompok perlakuan," katanya. 

Kelompok pertama diberi sari buah dengan komposisi10 persen dari berat pakan. 
Kelompok dua 15 persen dan kelompok tiga 30 persen dari total berat pakan. 

Pada malam harinya ayam tersebut tidur nyenyak, demam turun. Seminggu berselang 
semua ayam itu sehat kembali dan hanya satu yang mati. 

Berhasil memulihkan kesehatan ayam, ia beralih mencampurkan buah merah pada 
pakan ayam petelur dan itik. Hasilnya, kuning telurnya berubah merah. Selain 
itu, pada telur itik, tak dijumpai bau amis dan kandungan mineral tinggi. 

Kini di Propinsi Papua, setiap liter sari buah dijual seharga Rp800 ribu, 
sedangkan di Jakarta harga tersebut melonjak menjadi Rp4 juta. 
"Mungkin ini yang menyebabkan orang berburu ke Papua dan berusaha 
memalsukannya. Kewajiban saya untuk meluruskan kembali kebenarannya," katanya. 
s)Sumber: PdPersi

 Yahoo! Messenger
- Log on with your mobile phone!

Kirim email ke