Tragedi itu 7 Tahun yang lalu

Awal pokok permasalahannya utama terjadinya tragedi itu adalah menolak
pemilihan kembali Soeharto sebagai Presiden yang telah terpilih berulang
kali sejak awal orde baru. Masyarakat juga menuntut pemulihan keadaan
ekonomi Indonesia yang dilanda krisis sejak tahun 1997. 

12 Mei 1998

Mahasiswa bergerak dari Kampus Trisakti di Grogol menuju ke Gedung DPR/MPR
di Slipi. Dihadang oleh aparat kepolisian mengharuskan mereka kembali ke
kampus dan sore harinya terjadilah penembakan terhadap mahasiswa Trisakti.
Penembakan itu berlansung sepanjang sore hari dan mengakibatkan 4 mahasiswa
Trisakti meninggal dunia dan puluhan orang lainnya baik mahasiswa dan
masyarakat masuk rumah sakit karena terluka. 

Sepanjang malam tanggal 12 Mei 1998 hingga pagi hari, mahasiswa berkumpul di
halaman kampus Trisakti melakukan orasi-orasi yang mengecam Soeharto-Militer
dan Golkar.  Sementara diluar sekitar kampus, masyarakat yang kecewa dengan
tindakan aparat mengamuk dan melakukan perusakan di pom bensin Grogol dan
sekitarnya dan terus menyebar hingga tertahan di sekitar Roxy. Saat itu
Jakarta mencekam.

Esok paginya tanggal 13 Mei 1998, Jakarta yang sudah benar-benar mencekam,
tak dapat dihindari lagi, mulailah terjadi letupan letupan kerusuhan baru.
SEPERTI DIKOMANDO, beberapa titik wilayah Jabotabek terjadi penjarahan dan
pembakaran terhadap toko-toko dan mal. Sementara Polisi dan Tentara yang
biasanya kumpul dibeberapa lokasi, saat itu tidak terlihat sama sekali.
Banyak masyarakat bertanya, kenapa dalam kondisi genting pada saat itu,
justru Polisi dan Tentara ditarik ke Markas.

 

Kerusuhan 13-15 Mei 1998

 

Kemarahan masyarakat terhadap kebrutalan aparat keamanan dalam peristiwa
Trisakti dialihkan kepada orang Indonesia sendiri yang keturunan, terutama
keturunan Cina. Betapa amuk massa itu sangat menyeramkan dan terjadi
sepanjang siang dan malam hari mulai pada malam hari tanggal 12 Mei dan
semakin parah pada tanggal 13 Mei siang hari .

Sampai tanggal 15 Mei 1998 di Jakarta dan banyak kota besar lainnya di
Indonesia terjadi kerusuhan besar tak terkendali mengakibatkan ribuan
gedung, toko maupun rumah di kota-kota Indonesia hancur lebur dirusak dan
dibakar massa. Sebagian mahasiswa mencoba menenangkan masyarakat namun tidak
dapat mengendalikan banyaknya massa yang marah. 

Setelah kerusuhan, yang merupakan terbesar sepanjang sejarah bangsa
Indonesia pada abad ke 20, yang tinggal hanyalah duka, penderitaan, dan
penyesalan. Bangsa ini telah menjadi bodoh dengan seketika karena kerugian
material sudah tak terhitung lagi padahal bangsa ini sedang mengalami
kesulitan ekonomi. Belum lagi kerugian jiwa di mana korban yang meninggal
saat kerusuhan mencapai ribuan jiwa. 

 

Semoga ini tidak terulang kembali.

 

 

 

 

 

 

 

Kirim email ke