MOE (MENJADI ORANGTUA EFEKTIF) DALAM PRAKTEK
Thomas Gordon bersama Judith Gordon Sands.



Metode Menjadi Orangtua yang Efektif (MOE) belum banyak dikenal. Ada
pelatihan yang bisa diikuti oleh orangtua mengenai bagaimana menjadi
orangtua yang efektif, yaitu pelatihan MOE. Pelatihan MOE membantu banyak
orangtua mendapatkan perspektif baru dalam banyak hal. Pelatihan ini memberi
para orangtua kemampuan yang dapat mereka gunakan untuk mengatasi masalah
sehari-hari mereka dengan lebih efektif.



Jika orangtua ingin menjadi efektif dalam menggunakan metode-metode yang
telah mereka dapatkan, mereka harus memahami dahulu model teoritis yang
dijadikan dasar pelatihan MOE. Orangtua perlu mengetahui kapan
menggunakannya dan mengapa. Kemampuan ini memerlukan dasar-dasar tertentu
tentang hubungan antarmanusia.



Salah satu kepercayaan yang paling banyak dianut mengenai menjadi orangtua
adalah bahwa orangtua harus konsisten. Namun, sesungguhnya orangtua tidak
perlu menjaga/ bersikap supaya tetap karena ada satu konsep yang disebut
"tingkat penerimaan". Dengan konsep ini orangtua bisa memahami bagaimana
mereka mau tidak mau tidak dapat konsisten. Semua orangtua akan mengalami
inkonsistensi dalam sikap dan perilaku kepada anak-anak mereka karena
dipengaruhi 3 hal: suasana hati; karakteristik anak; dan lingkungan.
Demikian halnya juga dengan prinsip bahwa kedua orangtua harus selalu
menunjukkan perasaan dan tindakan yang sama kepada anak-anak mereka. Konsep
ini lebih merupakan pengingkaran terhadap perasaan sendiri. Artinya jika
Anda harus tidak menyetujui suatu perbuatan anak Anda karena ayahnya tidak
suka padahal Anda dapat mentolerirnya, itu berarti Anda mengingkari perasaan
Anda dan bersikap tidak jujur kepada Anak. Karena itu, biarkan si Ayah
menangani kelakuan anak tersebut.



Konsep pokok dalam model MOE adalah prinsip kepemilikan masalah. Tingkat
kepentingannya tidak boleh dilebih-lebihkan. Begitu banyak orangtua merasa
bertanggungjawab untuk memecahkan masalah mereka sendiri. Pada saat masalah
sesungguhnya milik anak, orangtua sering tergoda untuk masuk dengan dalih
ikut bertanggungjawab untuk memecahkannya, lalu menyalahkan diri sendiri
ketika ternyata mereka tidak berhasil. Program pelatihan MOE menawarkan
kepada orangtua sebuah alternatif untuk membantu anak-anak mereka: biarkan
anak mempunyai masalahnya dan menemukan sendiri penyelesaiannya.



Apabila perilaku anak menyebabkan orangtua mendapatkan masalah, orangtua
harus menggunakan seperangkat ketrampilan yang berbeda, yaitu: ketrampilan
yang akan efektif dalam mengusahakan perubahan pada anak sehingga perilaku
yang tidak dapat diterima itu ditinggalkannya.



Banyak orangtua yang menganggap bahwa berbicara kepada anak yang sedang
menghadapi masalah adalah dengan mengatakan sesuatu kepada anak.
Sesungguhnya, lebih tepat kalau orangtua belajar untuk tidak berbicara dan
sebaliknya harus mulai belajar mendengar. Dalam hal ini, jika orangtua lebih
banyak berbicara yang terjadi adalah orangtua melakukan hal-hal yang menjadi
pembuntu komunikasi, yaitu memberi perintah, mengingatkan, sok moralis,
memberi nasehat, menggurui, mengkritik, mengejek, menganalisis, memuji,
membesarkan hati, mengusut, atau mengalihkan perhatian. Reaksi atau
tanggapan tersebut sering menghalangi komunikasi lebih lanjut dengan anak.
Reaksi ini juga bisa menimbulkan efek yang menjatuhkan harga diri anak,
selain merusak hubungan antara orangtua dan anak sendiri. Namun demikian,
tindakan atau pesan yang dapat membuntukan komunikasi tersebut tidak selalu
menghalangi komunikasi, menjatuhkan harga diri anak atau merusak hubungan
mereka karena adakalanya anak tidak merasakan hal tersebut sebagai suatu
halangan atau karena mereka sedang mengalami kebersamaan yang menyenangkan.
Sekali-kali pada kesempatan tertentu, ajukanlah pertanyaan yang "berujung
terbuka". Pertanyaan jenis ini jarang menghambat komunikasi. Namun,
sebaiknya pertanyaan yang diajukan jangan bersifat mengusut atau bertujuan
menyalahkan anak karena jika demikian pertanyaan tersebut akan menjadi
pembuntu komunikasi.



Banyak orangtua beranggapan bahwa ketika anak-anak mengalami kesulitan,
kesal takut, bingung, sedih atau ada kebutuhan lain yang tidak terpenuhi,
anak-anak membutuhkan informasi atau fakta yang berupa penjelasan dari
orangtuanya. Namun, kadang kala ini dapat membuntukan komunikasi karena pada
saat-saat demikian anak tidak siap menyerap logika, atau anak menolak
mendengarkan sesuatu yang sudah mereka ketahui. Oleh karena itu, pada saat
demikian sebaiknya orangtua menjadi pendengar yang baik. Biarkan anak
mengungkapkan masalah atau perasaannya.



Ada 4 kecakapan mendengar, yaitu mendengar pasif (diam), tanggapan
mengiyakan, pembuka pintu atau ajakan (untuk bercerita), dan mendengar
aktif. Teknik yang paling efektif adalah mendengar aktif. Di sini, tanggapan
verbal dari si pendengar merupakan pantulan-pantulan dari pesan anak yang
sebelumnya. Mendengar aktif berarti tidak diam (mendengar pasif) melainkan
memberi tanggapan yang merupakan pantulan balik pesan si pencerita (anak).
Dengan didengarkan secara aktif, anak dapat mengungkapkan perasaan atau
emosinya sehingga ia merasa ringan. Selain itu, anak-anak akan belajar dari
reaksi orangtua bahwa perasaan sungguh ramah, tidak jahat atau menakutkan.
Merasa didengar dan dipahami oleh orang lain adalah sesuatu yang
membahagiakan sehingga pada waktu anak mengungkapkan perasaannya anak
merasakan bahwa orangtua menyayanginya. Dengan mendengar secara empati,
seseorang dapat memahami orang lain dan menghayati keunikannya. Dengan
demikian, mendengar melahirkan perasaan diperhatikan dan disayang. Hal ini
akan mempunyai dampak positif, yaitu anak-anak akan lebih mendengarkan pesan
orangtua mereka bila orangtua bersedia lebih dahulu mendengarkan mereka.
Karena mendengar aktif akan membantu seorang anak berpikir sendiri dan
menemukan pemecahannya maka anak lebih mampu mengusai diri, lebih
bertanggungjawab, dan mandiri. Karena itu, orangtua akan belajar mempercayai
anak dan menerima perasannya. Jika sudah terbiasa, orangtua bisa terlepas
dari beban perasaan bahwa orangtua harus menyediakan solusi yang benar bagi
anak. Keuntungan lainnya adalah orangtua dan anak akan menjadi pribadi yang
terpisah dan orangtua tidak harus menjadi "orangtua super".



Teori MOE secara eksplisit mendukung sikap tegas orangtua kepada anak-anak
apabila perilaku mereka menyebabkan orangtua bermasalah, tetapi juga
menawarkan ketrampilan khusus, yang akan membantu mereka bersikap tegas
secara jauh lebih efektif dan konstruktif. Dalam hal ini konsep "Pesan Kamu"
dan "Pesan Aku" akan membantu orangtua berkomunikasi dengan anak. "Pesan
Kamu" lebih mengacu ke anak ketimbang ke orangtua (biasanya menyalahkan,
menegur, atau memarahi) sehingga semuanya merupakan pembuntu komunikasi.
Pesan Kamu selalu berorientasi kepada anak, bukan kepada orangtua. Setiap
kali orangtua melakukan "Pesan Kamu", selalu memberikan bobot yang berat
pada "kamu" meskipun dengan kadar yang berbeda-beda. Dampak Pesan Kamu
terhadap anak-anak yaitu: menolak mengubah perilaku apabila diperintah untuk
melakukannya, anak merasa tidak dipercaya, merasa bersalah sesudah
dipermalukan melalui penilaian, merasa ditolak, dll. Tentu saja kemudian
Pesan Aku lebih positif buat anak karena orangtua lebih jujur dengan
perasaannya dan tidak menyalahi atau memarahi anak. Yang harus diingat
adalah sewaktu menyampaikan pesan ini harus lengkap, jelaskan kepada anak
perilakunya tersebut mempunyai efek yang nyata. Karena itu sebuah Pesan Aku
yang lengkap harus mengandung (1) uraian tentang perilaku yang tidak dapat
diterima, (2) perasaan yang dialami orangtua, (3) efek nyata dan konkret
(atau akibat) pada orangtua.



Konfrontasi dengan anak menggunakan Pesan Aku tentu saja tidak selalu
menghasilkan perubahan perilaku. Karena itu, jika menghadapi konflik dengan
anak, orangtua perlu menggunakan Metode Anti Kalah. Metode ini memungkinkan
orangtua dan anak bersama-sama mencari cara pemecahan yang akan memenuhi
kebutuhan kedua belah pihak, Etidak ada pihak yang kalah, keduanya menang.
Metode ini tidak bersifat memaksa. Metode ini mempengaruhi anak untuk
meninggalkan perilaku mereka untuk peduli akan kebutuhan orang lain. Dengan
metode ini orangtua tidak perlu lagi menerapkan disiplin (yang lebih
menekankan kekuasaan orangtua atas anaknya) karena jika seseorang
menggunakan kekuasaan dalam suatu hubungan, pengaruh orang tersebut akan
berkurang.



Menjadi orangtua yang efektif itu tidak mudah. Oleh karena itu, orangtua
perlu melatih dan membiasakan diri untuk menerapkan metode MOE ini. Pada
akhirnya, orangtua perlu kembali mengingat tujuan metode MOE yaitu untuk
meningkatkan efektivitas orangtua sebagai ibu atau ayah. Dalam hal ini, yang
perlu diingat adalah bahwa anak-anak membutuhkan informasi dari orangtua
yang akan memberitahu mereka tentang apakah perilaku mereka dapat diterima
atau tidak. Jika tidak dapat diterima, anak-anak mungkin ingin mengusahakan
suatu perubahan seperlunya sampai perilaku mereka dapat diterima Mereka
lebih suka membatasi sendiri perilaku mereka. Bilamana konflik terjadi,
anak-anak ingin berperan serta dalam proses pemecahan masalah sehingga apa
pun keputusan yang membatasi perilaku mereka dapat diterima oleh mereka
sendiri.


M. Tri  Agustiyadi
----- Original Message ----- 
From: "Rahayu, Sri" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <balita-anda@balita-anda.com>
Sent: Tuesday, May 17, 2005 8:25 AM
Subject: RE: [balita-anda] (NEWS) Murid TK Tewas Diduga Gantung Diri


> Ternyata jadi orang tua gak segampang yg kita bayangkan , anak dimarah
salah
> gak dimarah ngelonjak
> Gimana koment ibu2&Bpk2
> Siapa tau ada kiatnya menuju kearah yang lebih baik untuk menjadi orang
tua
> yang sempurna


AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke