Mbak Meily...
 
sayapun terpukau dengan cerita anda
Saya ingat kata-kata bijak dalam buku motivasi Gde Prama tentang Warisan Hidup 
Paling Berharga, bahwa harta"warisan" memang akan hilang dan musnah oleh waktu 
.Namun keteladanan akan menghuni hati dan jiwa setiap anak cucu yang kita 
tinggalkan. Karena warisan hidup yang paling berharga adalah 
keteladanan-keteladan hidup. 
 
Cheers
etik
bunda Citra
 
 
 
 
 
MEI LY <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Bahan renungan yg cukup menarik bagi kita, terutama bagi Ayah/Ibu atau calon 
Ayah/Ibu.
Suatu hari suami saya rapat dengan beberapa rekan bisnisnya yang kebetulan 
mereka sudah mendekati usia 60 tahun dan dikaruniai beberapa orang cucu.

Di sela-sela pembicaraan serius tentang bisnis, para kakek yang masih aktif 
itu sempat juga berbagi pengalaman tentang kehidupan keluarga dimasa senja 
usia.

Suami saya yang kebetulan paling muda dan masih mempunyai anak balita 
mendapatkan pelajaran yang sangat berharga, dan untuk itu saya merasa 
berterima kasih kepada rekan-rekan bisnisnya tersebut. Mengapa? Inilah 
kira-kira kisah mereka.

Salah satu dari mereka kebetulan akan ke Bali untuk urusan bisnis, dan minta 
tolong diatur tiket kepulangannya melalui Surabaya karena akan singgah ke 
rumah anaknya yang bekerja di sana. Di situlah awal pembicaraan "menyimpang" 
dimulai. Ia mengeluh, "Susah anak saya ini, masak sih untuk bertemu bapaknya 
saja sulitnya bukan main." "Kalau saya telepon dulu, pasti nanti dia akan 
berkata jangan datang sekarang karena masih banyak urusan. Lebih baik datang 
saja tiba-tiba, yang penting saya bisa lihat cucu."

Kemudian itu ditimpali oleh rekan yang lain. "Kalau Anda jarang bertemu 
dengan anak karena beda kota, itu masih dapat dimengerti," katanya. "Anak 
saya yang tinggal satu kota saja, harus pakai perjanjian segala kalau ingin 
bertemu." "Saya dan istri kadang-kadang merasa begitu kesepian, karena kedua 
anak saya jarang berkunjung, paling-paling hanya telepon."

Ada lagi yang berbagi kesedihannya, ketika ia dan istrinya menengok anak 
laki-lakinya, yang istrinya baru melahirkan di salah satu kota di Amerika. 
Ketika sampai dan baru saja memasuki rumah anaknya, sang anak sudah bertanya 
"Kapan Ayah dan Ibu kembali ke Indonesia?" "Bayangkan! Kami menempuh 
perjalanan hampir dua hari, belum sempat istirahat sudah ditanya kapan 
pulang."

Apa yang digambarkan suami saya tentang mereka, adalah rasa kegetiran dan 
kesepian yang tengah melanda mereka di hari tua. Padahal mereka adalah para 
profesional yang begitu berhasil dalam kariernya. Suami saya bertanya, 
"Apakah suatu saat kita juga akan mengalami hidup seperti mereka?" Untuk 
menjawab itu, saya sodorkan kepada suami saya sebuah syair lagu berjudul 
Cat's In the Cradle karya Harry Chapin.

Beberapa cuplikan syair tersebut saya terjemahkan secara bebas ke dalam 
bahasa Indonesia agar relevan untuk konteks Indonesia.

Serasa kemarin ketika anakku lahir dengan penuh berkah.
Aku harus siap untuknya, sehingga sibuk aku mencari nafkah Sampai tak ingat 
kapan pertama kali ia belajar melangkah Pun kapan ia belajar bicara dan 
mulai lucu bertingkah Namun aku tahu betul ia pernah berkata,

"Aku akan menjadi seperti Ayah kelak"
"Ya betul aku ingin seperti Ayah kelak"

Ref:
"Ayah, jam berapa nanti pulang?"
"Aku tak tahu Nak, tetapi kita akan punya waktu bersama nanti, dan tentu 
saja kita akan mempunyai waktu indah bersama"

Ketika saat anakku ulang tahun yang kesepuluh; Ia berkata, "Terima kasih 
atas hadiah bolanya Ayah, wah ... kita bisa main bola bersama.
Ajari aku bagaimana cara melempar bola"

"Tentu saja 'Nak, tetapi jangan sekarang, Ayah banyak pekerjaan sekarang" Ia 
hanya berkata, "Oh ...." Ia melangkah pergi, tetapi senyumnya tidak hilang, 
seraya berkata, "Aku akan seperti ayahku". "Ya, betul aku akan sepertinya"

Ref:
"Ayah, jam berapa nanti pulang?"
"Aku tak tahu Nak, tetapi kita akan punya waktu bersama nanti, dan tentu 
saja kita akan mempunyai waktu indah bersama"

Suatu saat anakku pulang ke rumah dari kuliah;
Begitu gagahnya ia, dan aku memanggilnya,
"Nak, aku bangga sekali denganmu, duduklah sebentar dengan Ayah"
Dia menengok sebentar sambil tersenyum, "Ayah, yang aku perlu sekarang 
adalah meminjam mobil, mana kuncinya?"
"Sampai bertemu nanti Ayah, aku ada janji dengan kawan"

Ref:
"Nak, jam berapa nanti pulang?"
"Aku tak tahu Yah, tetapi kita akan punya waktu bersama nanti dan tentu saja 
kita akan mempunyai waktu indah bersama"
Aku sudah lama pensiun, dan anakku sudah lama pergi dari rumah;

Suatu saat aku meneleponnya.
"Aku ingin bertemu denganmu, Nak"
Ia bilang, "Tentu saja aku senang bertemu Ayah, tetapi sekarang aku tidak 
ada waktu.

Ayah tahu, pekerjaanku begitu menyita waktu, dan anak-anak sekarang sedang 
flu. Tetapi senang bisa berbicara dengan Ayah, betul aku senang mendengar 
suara Ayah"

Ketika ia menutup teleponnya, aku sekarang menyadari;
Dia tumbuh besar persis seperti aku;
Ya betul, ternyata anakku persis seperti aku.

Ref:
"Nak, jam berapa nanti pulang?"
"Aku tak tahu Yah, tetapi kita akan punya waktu bersama nanti, dan tentu 
saja kita akan mempunyai waktu indah bersama"

Rupanya prinsip investasi berlaku pula pada keluarga dan anak. Seorang 
investor yang berhasil mendapatkan return yang tinggi, adalah yang selalu 
peduli dan menjaga apa yang diinvestasikannya. Saya sering melantunkan 
cuplikan syair tersebut dalam bahasa aslinya, "I'm gonna be like you, Dad, 
you know I'm gonna be like you", kapan saja ketika suami saya sudah mulai 
melampaui batas kesibukannya.


AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]


                
---------------------------------
Do You Yahoo!?
 Yahoo! Small Business - Try our new Resources site!

Reply via email to