Udah mmr blom?

Jumat, 03 Juni 2005
Campak Jerman Serang Bogor
Dua Balita Meninggal

BOGOR -- Dinas Kesehatan Kota Bogor mencatat sudah terdapat 14 anak dalam
satu RT yang menderita penyakit itu. Belum usai masalah penyakit polio dan
busung lapar, penyakit rubella (campak jerman) kini mulai mengintai.
Dikabarkan dua balita di Bogor meninggal setelah terserang penyakit yang
sangat menular ini.

Kedua korban adalah Fikri (sembilan bulan) dan Siti Nurhaliza (11 bulan).
Keduanya warga Jl Lolongok, Gang 7, RT 03/RW 05, Kelurahan Empang,
Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Sebelumnya, mereka menderita gejala
campak. ''Seperti panas tinggi, kulit berbintik kemerahan, batuk pilek,
dan mata merah,'' tutur Kepala Dinkes Kota Bogor (Kadinkes), Triwandha
Erlan, Kamis (2/6). Saat ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor mencatat
sudah terdapat 14 anak dalam satu RT yang menderita penyakit itu. Gizi
buruk, lingkungan yang tidak sehat, dan belum diimunisasinya anak-anak itu
diduga menjadi penyebabnya.

Bila dibandingkan dengan data campak bulan Mei tahun lalu, Dinkes
menetapkan kondisi sekarang sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). ''Ya, KLB
untuk tingkat kelurahan,'' ujar Triwanda. Tapi, belum untuk tingkat
kecamatan atau bahkan daerah. Menurut, Sri Pinantari, Kepala Bidang
Pemberantasan Pencegahan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan (P3KL) Dinkes
Kota Bogor, meninggalnya dua balita itu juga akibat faktor penyulit adanya
komplikasi paru (bronchopneumonia). Lingkungan yang tidak sehat, ujarnya,
memicu timbulnya komplikasi tersebut. Di RT 03, tempat tinggal ke-14
penderita campak itu berdekatan dengan sebuah selokan. Air kotor yang
menggenang di selokan mengalir ke kali yang melintas depan rumah warga.
Kali tersebut keruh airnya dan dipenuhi sampah.

Komplikasi paru mengakibatkan penderitanya sesak napas dan sering batuk.
Menurut Sri, campak memiliki efek menurunkan kondisi tubuh, dipersulit
dengan komplikasi, dan gizi buruk dapat menimbulkan kematian. Kedua balita
yang meninggal, ujar Sri, berat badannya di bawah normal. ''Kemungkinan
mereka bergizi buruk.''Menurut Ice Nuryance (22 tahun), ibunda Siti
Nurhasanah (delapan bulan), yang dirawat sejak pekan lalu, kondisi anaknya
sudah membaik. Nurhasanah, sebelumnya menderita panas, batuk, dan sesak
napas. Di sekujur tubuhnya masih terlihat bintik merah. ''Infusnya saja
sudah habis delapan botol,'' ujar Ice. Menurut Ice, Nurhasanah memang
belum imunisasi. ''Saya tidak tega,'' katanya. Anaknya, ujar wanita yang
bekerja sebagai pelayan toko itu, lahir premature. Bahkan, tambahnya,
baru-baru ini saja anaknya gemuk. Dulu, seperti tulang yang dibungkus
kulit.

Penyuluhan

Menurut Triwandha, pihaknya selalu mengadakan penyuluhan tentang
pentingnya imunisasi. Tapi, masih banyak warga yang menolak imunisasi.
''Mereka takut karena imunisasi anak menyebabkan panas tinggi,'' ujarnya.
Penolakan tersebut bisa terjadi karena tingkat pendidikan masyarakat
rendah. Bisa juga, kata Triwandha, karena petugasnya di lapangan kurang
aktif.Sri mengatakan bahwa, imunisasi diberikan gratis di Posyandu.
Sedangkan, panas setelah imunisasi terjadi karena adanya reaksi
pembentukan antibodi dalam tubuh.

Pemerintah juga berupaya mengatasi masalah gizi buruk yang ada. ''Lewat
APBD ada anggaran setengah miliar rupiah,'' ujar Triwandha. Dana tersebut
digunakan untuk Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi mereka. Hingga
kemarin, empat dari 14 penderita campak itu sudah dinyatakan sembuh. Data
Dinkes juga mencatat bahwa pada tahun 2004 terdapat 205 anak yang
menderita campak. Untuk tahun 2005, sampai akhir Mei, sudah terdapat 108
anak yang menderita campak.

Menular Lewat Udara

JAKARTA -- Kendati memiliki embel-embel 'Jerman', penyakit campak jerman
ternyata tidak lebih ganas dibanding campak biasa. Meski demikian,
penyakit ini tetap tergolong penyakit mudah menular, seperti campak biasa.

''Penularan terjadi lewat udara,'' kata dr Sudung O Pardede dari Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI), Kamis (2/6). Kata Sudung, penyakit campak
disebabkan oleh virus. Penderita campak biasanya menunjukkan gejala demam
tinggi, pegal-pegal, pilek, batuk hebat, disertai mata merah.

Menurut dia campak jerman merupakan salah satu jenis penyakit campak.
Namun, tingkatannya relatif lebih ringan. Gejala demam, batuk, atau mata
merah pada penderita campak jerman, kata Sudung, tidak terlalu hebat
dibanding campak biasa.

Namun, bukan berarti penyakit ini tidak mematikan. ''Ia bisa menjadi
berbahaya ketika berkomplikasi dengan penyakit lain, seperti radang
paru-paru, otak, atau jenis infeksi lain,'' terangnya. Kematian dua balita
di Bogor, kata dia, sangat mungkin terkait dengan komplikasi yang
dideritanya.

Menurut Sudung, campak bisa ditangkal lewat imunisasi. Bayi umur delapan
bulan sampai sembilan bulan disarankan menerima vaksin campak biasa. Pada
umur 15 bulanan, baru-lah ia divaksinasi campak jerman. Pemberian vaksin
campak jerman biasanya dipadukan dengan vaksin campak biasa dan gondongan.
''Sampai saat ini tidak ada vaksin tunggal campak jerman,'' terang Sudung.
(c33 /imy)

© 2005 Hak Cipta oleh Republika Online

[Non-text portions of this message have been removed]





AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke