Menumbuhkan Empati Sedari Dini
Publikasi: 06/06/2005 14:41 WIB

eramuslim - Ada sebuah fenomena yang sering terjadi, yaitu orang tua yang 
begitu mengekang kebebasan anak, walaupun memang di mata kita, para orang tua, 
adalah baik maksudnya. Tapi apakah anak-anak dapat menangkap pesan atau maksud 
baik tersebut? Bisa jadi mereka masih teramat kecil untuk dapat mengerti. 

Contoh sederhana, kita sering mendapati anak berlari ke sana ke mari hingga 
kurang memerdulikan keselamatan mereka sendiri. Kita sebagai orang tua akan 
merasa "ngeri" kalau-kalau terjadi hal yang tidak diinginkan, seperti jatuh, 
menabrak benda keras, dan lain sebagainya, yang dapat membahayakan keselamatan 
sang anak. Melihat kondisi anak seperti itu (suka berlari-lari), biasanya kita 
sebagai orang tua akan langsung menasehatinya, atau melarangnya, bahkan 
memarahinya. 

Andaikan akhirnya anak Anda yang sedang berlari-lari tersebut jatuh, padahal 
sebelumnya sudah berbusa mulut Anda menasehatinya agar jangan berlari-larian, 
apa yang akan Anda lakukan? 

Menurut pengalaman saya pribadi ada dua perlakuan yang umum dilakukan oleh para 
orang tua. 

Pertama, respon refleks umumnya orang tua adalah langsung memarahi anak akibat 
tidak mau mendengar perkataan mereka. Kalau pun tidak memarahinya, mereka 
melakukannya dengan cara lain yakni mengingatkannya dengan nada tinggi. Mungkin 
kira-kira begini, 

"Tuh kan apa Ibu/Ayah bilang! Jangan lari-lari...jadi jatuh, kan! Anak bandel, 
tidak mau mendengar kata-kata orang tua! Huh!"

Kondisi yang lebih ekstrem yang lain adalah berkata atau membentak dan 
terkadang dibarengi dengan kekerasan tangan (memukulnya), hingga anak pun 
menangis karenanya. Kemungkinan besar sang anak menangis bukan akibat dari 
jatuhnya, melainkan karena bentakan atau pukulan orang tua. 

Kedua, berusaha untuk tampil empati tapi tetap memarahi atau membentaknya. 
Misalnya dengan perkataan sebagai berikut, 

"Aduh adik jatuh, ya! Sakit? Makanya apa Mama/Papa bilang. Nggak mau dengar sih 
perkataan Mama/Papa. Jadi begini akibatnya! Makanya lain kali dengar kata-kata 
Mama, ya!" dengan suara yang cenderung datar tanpa intonasi tinggi. 

Ungkapan kondisi pertama adalah bentuk contoh "judgement" (penghukuman). 
Artinya, anak langsung diberi hukuman akan tindakan pelanggaran yang 
dilakukannya (karena tidak mendengar perkataan orang tuanya). Sedangkan, 
ungkapan kondisi kedua adalah bentuk contoh "semi judgement dan empati". 
Kondisi ini agak lebih baik, tapi tetap dapat meninggalkan kesan kejadian 
berulang pada anak. Maksudnya adalah anak kemungkinan besar akan melakukan 
perlakuan yang sama yang dilakukan oleh orang tua kepada dirinya, terhadap 
situasi serupa yang dihadapinya dengan orang lain. 

Sekarang coba Anda bayangkan (dari hasil perlakuan kondisi pertama dan kedua di 
atas) bila sang anak memiliki seorang adik, dan ternyata adiknya melakukan 
tindakan yang persis dilakukannya, yakni berlari-larian. Sang anak akan 
mengingatkan si adik untuk jangan berlari-larian, dengan cara persis seperti 
yang dilakukan orang tua terhadap dirinya. Kira-kira berdasarkan pengalaman 
sebelumnya, perlakuan apa yang akan dilakukan sang kakak terhadap adiknya? 

Seorang anak adalah perekam yang sangat kuat. Anak memiliki kemampuan 
photo-memory yang sangat tinggi. Bila kita mengharapkan seorang anak yang 
memiliki sifat dan sikap empati yang tinggi, maka seyogyanya dilatih sejak 
dini. Jadi, bila kita berharap sang anak bersikap empati apabila melihat 
adiknya terjatuh, maka kita diharapkan untuk bertindak serupa terhadap dirinya. 

Kisah di atas akan lain ceritanya bila sang ayah atau ibu bersikap empati 
terlebih dahulu ketika mendapati anaknya terjatuh, bukan langsung melakukan 
"judgement" terhadap dirinya. Contohnya adalah dengan mengatakan,

"Aduh ... adik jatuh ya! Sakit? Mana yang sakit? Sini ayah/ibu obati," sambil 
memberikan perhatian terhadap lukanya, jikalau perlu mengobatinya. Baru 
kemudian setelah selesai mengobati kita dapat menasehatinya, 

"Makanya, lain kali lebih hati-hati ya! Tolong dengarkan apa kata ayah/ibu ... 
Adik mau janji?"


Kurnia Wahyudi
kwahyudi72 at yahoo dot com

MT  Agustiyadi

Kirim email ke