----- Forwarded by Nyoman RAHAYU/IDJKT04/TDE/AREVA-TD on 06/15/2005 11:55 PM ----- "Dewi W.Irawan" <[EMAIL PROTECTED] To: Nyoman RAHAYU/IDJKT04/TDE/[EMAIL PROTECTED], Windy om> Widyawati <[EMAIL PROTECTED]>, "Agrarianti, Penny" <[EMAIL PROTECTED]>, Rifa <[EMAIL PROTECTED]>, 06/16/2005 04:31 Dini Febrina <[EMAIL PROTECTED]> PM cc: Subject: Busung lapar di DKI
Just a stone throw away from our home?. They're suffer of malnutrition? Regards, Dewi Lima Pasien Gizi Buruk Dirawat di RSUD Koja Penulis: Heni Rahayu JAKARTA--MIOL: RSUD Koja merawat lima pasien balita yang menderita gizi buruk. Tiga pasien masih dirawat hingga kemarin, sedangkan dua pasiennya telah pulang ke rumah. Tiga pasien penderita gizi buruk yang masih dirawat adalah Nadia Anggraini, 1 tahun 1 bulan, Dea Amalia, 18 bulan, dan Raihan Ridho Ramadhan, 2 tahun. Sedangkan, dua pasien yang telah pulang adalah, Herawati, 17 bulan, Budiyanto, 14 bulan. Nadia, anak bungsu pasangan Yaman, 57, dan Maryamah, 40, didiagnosis menderita gizi buruk oleh dokter RSUD Koja sejak Rabu (15/6). Sebelumnya, Nadia telah dirawat di RSUD Koja sejak 28 Mei 2005 karena menderita sakit infeksi paru-paru. Maryamah, ibu Nadia, kemudian membawa anaknya ke RSUD Koja karena kondisinya yang parah. Nafas Nadia tersengal-sengal dan perutnya membuncit. Tubuhnya lemah karena kaki dan tangannya lemas, tidak bisa digerakkan. Kini, Nadia dirawat di ruang 406 RSUD Koja bersama Raihan yang juga dirawat di ruangan ini. Sedangkan Dea Amalia dirawat di ruang 405 RSUD Koja. Menurut Maryamah, ibu Nadia, kondisi anaknya sudah sangat parah saat ia membawanya ke rumah sakit. Ia tidak tahu kalau anaknya menderita gizi buruk karena setiap harinya ia bekerja sebagai buruh pabrik konveksi. "Saat baru dirawat, Nadia tidak bisa duduk dan hanya terlentang di tempat tidur. Waktu itu, berat badannya hanya 5,8 kilogram, untungnya sekarang kondisinya sudah membaik, berat badannya sudah naik menjadi 6,1 kilogram," ujar Maryamah kepada wartawan di RSUD Koja, Kamis (16/6). Maryamah menyesalkan lambatnya bantuan pemerintah untuk warga miskin seperti dirinya. Selama anaknya dirawat di rumah sakit, ia harus menanggung biaya pengobatan yang cukup besar. "Setiap menebus obat, saya membayar paling sedikit Rp130 ribu. Kalau habis saya harus beli lagi, kalau dijumlah saya sudah keluar uang Rp2 juta. Sekarang saya bingung harus minjam uang siapa, barang-barang berharga di rumah sudah dijual semua," ujar Maryamah sambil menitikkan air mata. Kondisi ekonomi Maryamah memang serba pas-pasan. Yaman, suaminya, hanya bekerja sebagai tukang ojeg sepeda di pangkalan Pasar Sungai Bambu. Penghasilannya hanya Rp20 ribu per hari. Pekerjaan Maryamah sebagai buruh pabrik KBN Marunda juga tak bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka dan sembilan anak mereka. "Karena itu, saya mengharapkan bantuan pemerintah. Saya sudah sudah mencoba mengurus JPS Keluarga Miskin (Gakin), tapi karena mengurusnya susah sampai sekarang saya belum dapat," katanya. Hal senada juga diungkapkan oleh orang tua Raihan, Suryanti, 26, dan Mastur, 28, yang mengharapkan bantuan dari pemerintah. "Saya harap pemerintah membantu kami karena suami saya cuma bekerja sebagai penjaga gudang," ujar Suryanti. (OL- AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA UTARA !!! ================ Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]