FYI all.., Jangan lupa juga...., besok (28 Juni 2005) Imunisasi massal Polio lagi untuk para Balita se DKI, jawa Barat n Banten
rgrd http://www.republika.co.id/online_detail.asp?id=203097&kat_id=23 Minggu, 26 Juni 2005 21:10:00 Kakak Beradik Lumpuh Layuh Laporan: Rima Ria Lestari Jakarta-RoL-- Dua kakak beradik ditemukan lumpuh layuh di Jakarta Selatan. Satu di antaranya lumpuh total. Kedua orang tua mereka mengaku belum memberikan vaksinasi polio sejak lahir. Septianto (15 tahun) dan Edi Purnomo (7) harus berhenti sekolah karena menderita lumpuh layuh. Septianto mengalami penyakit ini sejak duduk di kelas 4 SD o4 Petukangan Selatan, Jakarta Selatan. Sedangkan adiknya pada saat duduk di kelas 1 SD di sekolah yang sama. Saat ini Septianto menderita kelumpuhan total namun adiknya masih dapat berjalan sedikit-sedikit. "Kalau dia merasa capek, pasti jatuh," ujar Yani (35), ibu mereka berdua, Ahad (26/6). Awalnya, tambah Yuni, kedua anaknya ini mengalami demam. Badan mereka saat itu panas. Ketika itu ia hanya memberikan pengobatan seadanya, kompres atau mendatangi tabib. Dia antara lima anaknya, lanjut Yuni, hanya dua anaknya ini lah yang memiliki tubuh kurus dan lumpuh. Tiga anak lainnya, bahkan Septiatun, saudara kembar Septianto, sehat seperti anak yang lain. Yuni mengaku ia tidak memberikan vaksin polio kepada seluruh anaknya. Keluarga yang tinggal di rumah kontrakan, Jalan Manunggal 2 RT 03/RW 02 Nomor 31, Petukangan Selatan, Jakarta Selatan, ini memang berasal dari keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan. Pardi (38), ayah kedua anak yang menderita lumpuh layuh tersebut bekerja sebagai buruh lepas yang memiliki penghasilan tidak tetap. Sedangkan Yuni tidak bekerja. Setiap bulan uang senilai Rp 170 ribu harus dikeluarkan untuk membayar tempat tinggal mereka. Mereka sudah membawa kedua puteranya berobat namun belum memberikan hasil. Pengobatan yang dilakukan selain mendatangi tabib, adalah Puskesmas. Wanita asal Kebumen yang sudah hampir 20 tahun menikah ini mengaku, belum pernah mendapatkan bantuan dari pihak manapun. Saat ini ia dan suaminya sedang berusaha mengurus surat-surat untuk mendapatkan pembebasan pembayaran di rumah sakit. "Saya nggak punya uang buat berobat anak," kata Yuni lirih.