Moms
& Dads..maaf ya......buat yg tidak berkenan........
----- Original Message -----
From: Saifull
Sent: Monday, July 11, 2005 11:50 AM
Subject: [pks-qatar] FW: Yth Pimpinan dan Anggota DPR.
----- Forwarded by Read Zuhdi/Tax/Jakarta/ErnstYoung/ID on 07/07/2005
14:30 -----
| "Hartawan Hary S" <[EMAIL PROTECTED]>
Sent by: [EMAIL PROTECTED]
07/07/2005 12:04 Please respond to akt95
| To:
<[EMAIL PROTECTED]> cc:
<[EMAIL PROTECTED]>,
<[EMAIL PROTECTED]> Subject:
[akt95] FW: Yth Pimpinan dan Anggota
DPR. |
Kompas - Selasa, 05 Juli 2005 Yth Pimpinan dan Anggota DPR...
Oleh: KRISTI
POERWANDARI Saat
saya membaca berita tentang anggota DPR mengusulkan kenaikan tunjangan
pimpinan dan anggota DPR yang tidak tanggung-tanggung jumlahnya per
bulan, batin saya
terasa sangat tidak enak. Terlebih saat saya mendengar tanya jawab Ida-Krisna
Show di radio Delta FM dengan seorang anggota DPR, yang saya tidak perlu
sebutkan namanya. Ia menjelaskan bahwa kenaikan itu penting demi prinsip
keadilan, dan mengingat anggota dewan juga harus memenuhi kepentingan partai
yang diwakilinya. Saya
sudah lupa apa ia juga yang menyatakannya: bahwa untuk menjalankan tugasnya
dengan baik, anggota dewan perlu punya asisten atau orang-orang yang membantu
yang harus digaji. Waktu disinggung apakah itu akan menghapus korupsi, ia juga
menjelaskan, "Kalau korupsi itu kan masalah jangka panjang. Itu kan sudah
dinyatakan sebagai masalah budaya...." Seolah-olah masalah jangka pendek yang terpenting adalah naiknya
tunjangan anggota DPR. Saya berharap Ida dan Krisna dapat bertanya lebih
kritis, tetapi mungkin saking terpananya mereka-karena mereka tidak mengantisipasi
akan memperoleh jawaban demikian dari seorang anggota dewan yang sangat
terhormat dan selama ini dikenal kritis-mereka seperti hilang ide untuk banyak
bertanya. Tidak
berdaya Dalam
perjalanan naik bus, lalu pindah angkot, ke tempat kerja saya di Depok,
tiba-tiba saya merasa amat sangat lelah dan sedih. Tak tertahan saya mengirim
SMS kepada adik dan sahabat di tempat kerja, SMS yang sama: "Tidak tahu
mengapa aku merasa lelah banget. Waktu baca berita anggota DPR minta
kenaikan tunjangan,
aku merasa sangat muak." Lebih
heran lagi, saya melakukan hal yang selama ini tidak pernah saya lakukan di
depan umum, saya mencucurkan air mata di bus dan mikrolet hanya karena
merasa sangat sedih, marah,
sekaligus tidak berdaya. Kok bisa-bisanya anggota DPR berpikir dan mengajukan
usulan seperti itu saat masyarakat Indonesia menghadapi masalah yang amat sangat
bertubi-tubi dan semuanya berat. Sebut saja kasus busung lapar dan angka keberhasilan lulus ujian
nasional yang amat rendah. Saya kirim SMS lagi: "Aneh betul. Aku menangis di
bus karena baca berita DPR itu. Jadi ingat banyak orang yang hidup kesusahan, yang
seharinya mungkin cuma bisa mengumpulkan sepuluh ribu rupiah
penghasilan." Saya
memerhatikan penumpang-penumpang angkot yang mungkin penghasilannya tidak
sampai Rp 1 juta per bulan, memerhatikan sopir angkot yang dengan hati-hati
menghitung dan merapikan uang receh serba kumal yang dikumpulkannya seharian.
Memerhatikan penjual- penjual jeruk di jalanan yang dengan penuh kasih
mengelap jeruknya agar terlihat bersih berkilau, berharap dengan imannya yang
teguh bahwa jeruknya yang terlihat bersih itu akan mengundang minat orang
untuk membeli. Orang-orang kecil hampir hilang kata. Tertegun dan tak mampu lagi
berkomentar akan banyaknya kejadian mengherankan tetapi nyata yang
dipertontonkan orang-orang hebat, pejabat pemerintah, dan wakil rakyat lewat media.
Menjadi anggota DPR adalah suatu pilihan. Tidak ada seorang pun dapat memaksa
orang lain untuk
menjadi presiden, menteri, atau anggota DPR/MPR bila sang subyek tidak
menghendakinya. Lalu, sekarang mengeluh dengan gaji yang antara Rp 20 juta
hingga Rp 30 juta, yang dirasa sangat tidak memadai? Dan menuntut tunjangan
disesuaikan agar adil. Tidak memadai untuk ukuran siapa? Adil menurut siapa?
Dengan ukuran apa? Bila
alasannya agar anggota DPR dapat menjawab kebutuhan partai yang diwakilinya,
kita jadi bertanya-tanya, sebenarnya pantaskah uang puluhan juta rupiah
dikeluarkan untuk kepentingan partai, bukan untuk kepentingan rakyat? Alasan
lain: "Anggota dewan harus tampil berwibawa dan mantap di depan
pemerintah yang
dipantaunya." Sungguh ngeri bila kewibawaan itu dianggap dapat diperoleh
dengan naiknya tunjangan berlipat ganda. Mohon maaf, ini sama sekali
tidak mengikuti
runtunan logika.
Mohon maaf juga,
mengkritik-kritik-bila itu yang dipahami oleh anggota dewan tentang
pekerjaannya memantau eksekutif-itu jauh lebih mudah daripada mengerjakannya
sendiri. Apakah untuk mengkritik-kritik itu anggota dewan menuntut tunjangan
yang luar biasa besarnya? Angka 30 juta rupiah itu buat saya bisa
berarti menggaji
tujuh hingga sepuluh orang berkualitas sebagai peneliti. Lalu, untuk apa tunjangan bagi
pimpinan DPR yang diusulkan lebih dari 80 juta rupiah sebulan?
Orang biasa yang hidup layak tetapi
tidak bermewah-mewah tidak akan dapat mengerti, bagaimana take home pay
anggota DPR yang antara Rp 20 juta hingga Rp 30 juta dirasa tidak mencukupi. Terlebih lagi
banyak orang tahu bahwa sebagian besar mereka tidak bekerja penuh waktu
sebagai anggota dewan, yang artinya, sesungguhnya tidak dapat memberikan
perhatian penuh pada tugasnya. Tontonan tak pantas Masyarakat sangat jenuh, sangat heran, tak mengerti, kecewa, marah,
putus asa, dan merasa tidak berdaya. Mereka sudah sangat sulit mempertahankan
hidup, masih harus disuguhi tontonan sangat tidak pantas dari banyak penggede
kita. Naiknya angka bunuh diri yang tajam tahun-tahun belakangan ini jelas
mengomunikasikan perasaan tidak berdaya dan keputusasaan dari banyak anggota
masyarakat, suatu tanda bahaya sangat besar yang sungguh mengherankan,
tidak dipedulikan kalangan
atas.
Jadi, para anggota dewan
yang terhormat, bila tidak ada satu pun dari Anda yang merasa malu dengan
usulan kenaikan tunjangan dan tidak melakukan sesuatu pun untuk mencegahnya,
kami jadi bertanya: "Adakah, satu saja, dari Anda yang pantas untuk mewakili
masyarakat biasa, orang banyak, manusia Indonesia yang sungguh harus berjuang
berat untuk mempertahankan hidupnya?" "Adakah, satu saja, dari Anda yang merasa bersalah dengan ide itu dan
meminta maaf kepada kami, masyarakat yang Anda wakili, orang-orang biasa yang
tersebar di seantero Indonesia?" Semoga Allah memberkahi masyarakat Indonesia, rakyat biasa, dengan
kesabaran, pintu maaf, keteguhan, dan iman. Semoga, meski sepak terjang para
petinggi yang sungguh-sungguh menimbulkan disonansi dan frustrasi, kita tetap
dapat menemukan titik-titik harapan. Kristi Poerwandari Ketua Program Studi Kajian Wanita PPS-UI, Dosen
Fakultas Psikologi UI, dan Yayasan PULIH, yang Fokus pada Penanganan Trauma
dan Intervensi
Psikososial
Milis PK SEJAHTERA QATAR,sebagai media
Silaturahmi,Komunikasi,dan Saling Menasehati. Website: http://www.pksqatar.cjb.net
---- LSpots keywords ?>---- HM ADS ?>
aka-92
adalah milist Alumni AKA Bogor Khususnya Angkatan92 sebagai media
silaturahmi,komunikasi,informasi. www.aka-92.cjb.net
---- LSpots keywords ?>
SPONSORED
LINKS
YAHOO! GROUPS LINKS
|